CHAPTER 10

315 25 2
                                    

Hari sudah mulai larut, namun Galeon dan Nattaren memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar kafe sebelum kembali. Mereka melangkah perlahan, menikmati lampu jalan yang berkelap-kelip dan angin malam yang sepoi-sepoi, membawa ketenangan yang menyelimuti suasana.

Namun, suasana yang tenang itu terpecah ketika Nattaren menoleh ke Galeon dan tiba-tiba bertanya, "Jadi?"

Galeon sedikit bingung, berjalan sambil memiringkan kepala. "Hah? Jadi apa?"

"Jadi," lanjutnya, berbicara dengan nada yang lebih serius, dengan senyuman, "gimana tentang hubungan kita?"

Galeon berhenti sejenak, matanya mencari-cari arti dari pertanyaan itu. Suasana malam yang tenang seakan membuat jantungnya berdegup lebih kencang. Dia tak pernah benar-benar memikirkan hal ini sebelumnya. Walau Nattaren selalu menggodanya, ia tak pernah menganggap itu adalah hal serius.

Ia mengangkat bahu sedikit, mencoba untuk tidak terlihat canggung. "Kita... oke sih. Aku mulai merasa nyaman," jawab Galeon, suaranya sedikit ragu tapi jujur. Ia tidak tahu harus menjawab apa, tapi di satu sisi, ada perasaan aneh yang menghangatkan dadanya. "Maksudku, kita punya banyak kesamaan, dan nggak ada alasan buat nggak coba lebih serius, kan?"

Nattaren tersenyum lebar, senang mendengar jawabannya. "Jadi, kamu mau jadi pacar aku?" tanyanya, menatap Galeon dengan harapan yang jelas terlihat di matanya.

Galeon terdiam sejenak, merasa jantungnya seperti akan melompat keluar dari tubuhnya. Meskipun canggung, ada sesuatu yang membuatnya merasa baik-baik saja dengan pertanyaan itu. "Hm... aku mau," jawabnya dengan perlahan, mencoba terdengar lebih yakin meskipun perasaan campur aduk di dalam dadanya.

Begitu mendengar jawabannya, Nattaren langsung tersenyum cerah dan tanpa ragu, dia mengangkat tangannya ke arah Galeon, mengajak untuk menggandengnya.

Galeon sedikit terkejut, tapi tak bisa menahan senyum di wajahnya. Ia akhirnya meraih tangan Nattaren, merasakan hangatnya genggaman itu. Tangan mereka saling bertaut, dan seketika itu juga, dunia terasa lebih sederhana dan nyaman.

Nattaren tak bisa menahan diri. Senyum lebar di wajahnya menunjukkan kebahagiaan yang tidak bisa ia sembunyikan.

"Sekarang aku jadi pacar dokter Galeon!" teriaknya tiba-tiba, suara lantangnya mengalihkan perhatian orang-orang yang berada di sekitar mereka. Galeon langsung membeku, matanya melirik ke sekeliling, merasa panas di wajahnya.

Di sekitar mereka, beberapa orang yang sedang berjalan berhenti sejenak, beberapa bahkan tersenyum simpul melihat pasangan itu. Ada yang berbisik-bisik, ada juga yang melirik dengan senyum geli. Galeon hanya bisa menatap Nattaren dengan ekspresi malu-malu, merasa dunia seolah-olah menyaksikan momen canggung itu.

"Natta!" ujar Galeon dengan nada terburu-buru, berusaha menutupi wajahnya yang memerah. "Ngapain kamu teriak?"

Nattaren hanya tertawa, tidak merasa menyesal sedikit pun. "Kamu harusnya senang! Aku bangga punya pacar dokter!" jawabnya dengan ceria, sambil tetap menggenggam tangan Galeon.

Galeon hanya menggelengkan kepala, meskipun dia tidak bisa menghapus senyum di wajahnya. Di satu sisi, dia merasa canggung dengan perhatian yang tiba-tiba teralihkan ke mereka, tapi di sisi lain, dia juga merasa senang. Semua itu terasa begitu baru, tapi juga menyenangkan.

Mereka melanjutkan langkah mereka, dengan Nattaren yang masih tersenyum lebar, dan Galeon yang tampak sedikit kikuk, tetapi hati mereka sudah mulai terikat lebih erat. Meskipun dunia sekitar melihat mereka dengan pandangan yang mungkin mengandung rasa ingin tahu, bagi mereka berdua, malam itu tetap terasa istimewa langkah pertama dalam perjalanan hubungan mereka yang baru dimulai.

See u in my next work na ~
Love u guys 🫶🏻

Tooth & TiramisuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang