CHAPTER 08

199 22 0
                                    

Galeon menahan tangannya di atas bantal, memandangi wajah Nattaren yang tertidur lelap di hadapannya, dengan senyuman tipis menghiasi wajahnya. Diam-diam, ia merasa ada yang aneh di dalam dada, perasaan yang tak bisa ia uraikan, tapi selalu muncul tiap kali ia melihat Nattaren begitu dekat.

Namun, tiba-tiba Nattaren membuka matanya. Ia menyeringai, seakan sudah tahu betul betapa terkejutnya Galeon. "Udah mulai suka ya?" godanya sambil tersenyum jahil, seperti biasa, membuat Galeon terkejut hingga membelalak.

Galeon buru-buru mengalihkan pandangannya, berusaha menyembunyikan rasa gugup yang mengalir ke wajahnya. "Enggak," jawabnya, suaranya lebih rendah dari biasanya. Ia mencoba terdengar santai, meski nyatanya jantungnya berdebar lebih cepat dari biasanya.

"Dok," panggil Nattaren dengan nada lebih lembut, seakan tahu kalau ia punya sedikit kendali atas perasaan Galeon saat ini. "Jadi... kamu beneran enggak ada perasaan apa-apa sama aku?" Ia mendekat sedikit, matanya menyiratkan sesuatu yang lebih dalam. "Kenapa nggak kita coba aja? Coba kencan, liat kita cocok atau nggak. Kalau cocok, ya lanjut... Kalau nggak, ya nggak masalah juga."

Galeon membelalakkan matanya, merasa dunia seakan berhenti sejenak. Pikirannya kosong, dan ia merasa ada sedikit kegelisahan yang tiba-tiba merayapi dirinya. Ia terperangah, tak tahu harus berkata apa, namun, tak bisa mengelak dari kenyataan bahwa tawaran itu mulai terasa menarik, meski dia merasa sedikit terpojok.

"Apa?" tanya Galeon, suaranya lebih rendah dari biasanya, berusaha mencerna kata-kata Nattaren. "Kencan? Maksudnya, beneran... kayak pasangan?"

Nattaren mengangguk dengan wajah yang jauh lebih serius dari biasanya. "Cuma coba-coba, siapa tahu kita bisa saling kenal lebih dalam. Kalau nggak cocok, ya nggak masalah. Tapi kalau kita nggak coba, kita nggak akan tahu."

Galeon terdiam lama, matanya menatap Nattaren, mencoba mencari jawaban dalam dirinya sendiri. Perasaan bingung masih ada, tapi ada juga rasa penasaran yang mulai tumbuh, lebih besar dari sebelumnya.

"Coba ya?" akhirnya Galeon mengangguk perlahan, lebih pada dirinya sendiri daripada Nattaren. "Oke. Kita coba."

Akhirnya hari yang di tunggu-tunggu telah tiba, hari ini adalah hari yang sudah mereka sepakati sebagai "kencan pertama" mereka. Meskipun mereka berdua merasa sedikit gugup.

Galeon baru saja memasuki pintu masuk akuarium, matanya mencari-cari sosok yang sudah ia tunggu-tunggu. Begitu ia melangkah lebih jauh, pandangannya tertuju pada Nattaren yang sudah duduk santai di dekat tangki besar, menatap ikan-ikan dengan serius.

"Natta," panggil Galeon dengan suara sedikit gugup, jantungnya terasa berdebar lebih cepat dari biasanya.

Nattaren langsung menoleh dan tersenyum lebar begitu melihat Galeon. "Akhirnya datang juga!" katanya dengan nada ceria, berdiri dan melambai-lambaikan tangannya seolah menyambut Galeon seperti teman lama yang sudah lama tak bertemu.

Galeon mengangkat alis, sedikit bingung dengan sambutannya yang begitu antusias. "Aku kan janji, nggak mungkin nggak datang." Ia melangkah mendekat, masih dengan ekspresi tenang meski hatinya sedikit cemas menghadapi suasana baru ini.

Nattaren melangkah lebih dekat, matanya menyala penuh semangat. "Tapi kamu lama banget! Aku udah keliling akuarium, lho. Lihat, ada ikan pari besar banget di sana!" Ia menunjuk ke arah tangki yang penuh dengan ikan besar, mata Nattaren tak bisa berhenti berbinar.

Galeon hanya tersenyum kecil, agak tersenyum geli melihat Nattaren yang penuh semangat itu. "Kamu nggak bisa tenang ya? Baru masuk, udah lari ke sana sini."

"Tapi ini seru banget, Dok!" jawab Nattaren dengan nada cemas yang penuh semangat, menarik tangan Galeon dengan cepat. "Ayo, kita liat yang ini!"

Galeon menghela nafas dengan senyuman kecil. "Untuk hari ini jangan pakai kata 'dok', Galeon." ucapnya, dibalas anggukan oleh Nattaren.

Akhirnya, mereka sampai di depan tangki besar yang dipenuhi ikan-ikan warna-warni. Nattaren tampak sangat terpesona, matanya berbinar seolah dia baru pertama kali melihat makhluk hidup di dalam air itu. Galeon yang berdiri di sampingnya, menatap ke arah pandang Nattaren.

"Tuh, lihat tuh! Ikan-ikan itu kayak lagi nari," kata Nattaren dengan semangat, menunjuk ke arah ikan pari yang sedang meluncur pelan di dalam air.

Galeon mengangguk ringan, meskipun di dalam hatinya,  merasa sedikit aneh. Walau ia hampir bertemu Nattaren setiap hari namun kali ini terasa lebih spesial dibanding biasanya. Rasanya bibirnya selalu ingin membentuk sebuah senyuman.

Ketika Nattaren berbalik sedikit untuk menunjukkan ikan lainnya, tangannya yang bergerak tanpa sengaja menyentuh tangan Galeon. Sontak, keduanya saling memandang, dan tangan itu hanya terdiam di udara, seakan menunggu reaksi.

Galeon terdiam sejenak, jantungnya yang tadinya berdebar pelan, kini berdegup lebih cepat. Nattaren yang biasanya tidak terlalu peka, kali ini tampak sadar dan tersenyum dengan cara yang lebih lembut. "Ups... maaf," katanya, meskipun senyumnya menunjukkan bahwa ia tak terlalu menyesal.

Galeon menatap tangan mereka yang masih bersentuhan, lalu kembali melihat Nattaren dengan wajah yang lebih serius. "Enggak apa-apa," jawabnya, suara agak serak, berusaha menenangkan dirinya sendiri. Ada sedikit rasa canggung di antara mereka, tapi juga ada semacam ketegangan yang membuat udara terasa lebih panas dari sebelumnya.



Tooth & TiramisuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang