Kaito dan Naura terengah-engah, keringat bercucuran dari dahi mereka. Di hadapan mereka, Hakka dan Dokutsukai masih berdiri tegak, seolah tak tersentuh oleh pertarungan sebelumnya.
"Kaito... kita tidak punya pilihan lain," bisik Naura, matanya melirik ke arah kantong kecil di pinggang Kaito.
Kaito mengangguk pelan, tangannya gemetar saat meraih ke dalam kantong. "Aku tahu. Tapi kau tahu risikonya, kan?"
Hakka menyeringai, "Oh? Apa yang kalian sembunyikan di sana? Jangan bilang..."
Dokutsukai melangkah maju, matanya yang kosong tiba-tiba berkilat berbahaya. "Mutiara itu. Mereka akan menggunakannya."
Kaito mengeluarkan sebuah mutiara berkilau, cahayanya memantulkan warna-warni mistis. "Kalian tahu tentang ini?"
"Tentu saja," jawab Hakka, terkekeh. "Kami sudah lama menunggu kalian menggunakannya. Tapi jangan kira hanya kalian yang punya kartu as."
Sebelum Kaito dan Naura bisa bereaksi, Hakka dan Dokutsukai mulai merapalkan mantra dalam bahasa kuno. Udara di sekitar mereka bergetar, dipenuhi energi gelap yang mencekam.
"Kaito, sekarang!" teriak Naura.
Dalam sekejap, Kaito menghancurkan mutiara itu. Cahaya menyilaukan menyelimuti mereka berdua. Saat cahaya memudar, Kaito dan Naura telah berubah.
Kaito kini berdiri dengan tinggi hampir tiga meter. Kulitnya berkilau seperti emas, matanya memancarkan api biru. Sayap-sayap api membentang di punggungnya. Di tangannya, sebuah tombak petir bergemuruh.
Naura tak kalah menakjubkan. Rambutnya yang panjang berubah menjadi air mengalir, kulitnya seputih salju dengan ukiran-ukiran bercahaya. Gaun birunya bergerak-gerak seperti ombak, dan di tangannya terbentuk busur es yang indah namun mematikan.
Hakka bersiul pelan. "Impresif. Tapi lihat ini."
Transformasi Hakka dan Dokutsukai tak kalah mengerikan. Tubuh Hakka membengkak, kulitnya berubah menjadi sisik hitam legam. Matanya yang merah kini menyala dalam kegelapan, dan dari punggungnya muncul tentakel-tentakel tajam yang bergerak-gerak liar.
Dokutsukai berubah menjadi sosok setengah manusia setengah serangga. Sayap-sayap transparan berderit di punggungnya, sementara tangannya berubah menjadi cakar-cakar beracun. Matanya yang tadinya kosong kini dipenuhi ribuan mata kecil yang bergerak-gerak.
"Bagaimana? Kalian masih yakin bisa mengalahkan kami?" tantang Hakka, suaranya kini terdengar seperti deru angin topan.
Kaito menggenggam tombaknya erat. "Kami harus. Demi Shiro dan yang lainnya."
Naura mengangguk, menarik busurnya. "Kita tidak punya pilihan lain. Kita harus menang!"
Namun, sebelum pertarungan dimulai, tanah di bawah kaki mereka bergetar. Dari kegelapan, muncul tiga sosok yang memancarkan aura kekuatan yang mencekam.
"Perkenalkan," ujar Dokutsukai, "para pemimpin kami yang telah lama tertidur."
Sosok pertama adalah seorang pria tinggi besar dengan armor hitam yang dihiasi tengkorak-tengkorak kecil. Matanya merah menyala, dan di tangannya tergenggam pedang raksasa yang berlumuran darah.
Di sampingnya berdiri seorang wanita cantik namun mengerikan. Rambutnya yang panjang terbuat dari ular-ular hidup, dan setiap langkahnya meninggalkan jejak es di tanah.
Sosok ketiga adalah makhluk setengah manusia setengah naga. Sisik emasnya berkilau di bawah sinar bulan, dan dari mulutnya keluar asap beracun.
Kaito dan Naura terpaku, tak mampu berkata-kata melihat kekuatan yang kini mereka hadapi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mystery Secret Code
Mystère / ThrillerShiro, seperti banyak remaja lainnya, merasa jalan hidupnya buntu. Dipecat dari pekerjaannya dan kehilangan arah, ia hanya ingin memperbaiki hidupnya. Namun, sebuah kode rahasia yang tersembunyi di bawah selokan kota kecil yang penuh cerita mistis...