Hening, dingin, dan sunyi.
Didalam kamar itu.
Mungkin sudah lebih dari 30 menit, tapi belum ada pergerakan diantara keduanya, masing-masing masih betah berdiam diposisinya.
Mingyu masih menatap bintang-bintang dilangit kamar Myungho, ia tidak tahu harus melakukan apa sekarang, ia mulai dilanda kebosanan. Sebenarnya Mingyu ingin memulai pembicaraan, mengobrol, bercanda, bermain game, atau bahkan mengajak Myungho menonton film bersama, tapi entah kenapa suasana keduanya menjadi canggung saat ini.
'Ah shit dingin banget, bisa masuk angin gue lama-lama kek gini', Mingyu mulai merubah posisinya, ia meringkuk menghadap punggung Myungho didepannya.
"Ekhem", Mingyu berdehem. "Hao, lo udah tidur?, lo mau pake selimutnya gak? Gue udah kedinginan banget ini, hujan diluar gak berenti-berenti, jadi makin dingin ini hawa dalem kamar lo", ujar Mingyu. Ia lagi-lagi merutuki kata yang keluar dari mulutnya itu. Kenapa kata yang keluar dari mulutnya saat berbicara dengan Myungho selalu terdengar seperti ia yang egois, padahal jauh di lubuk hatinya ia juga peduli pada Myungho, ia ingin Myungho segera memakai selimutnya, ia tidak ingin Myungho kedinginan dan berakhir sakit. Tapi sialnya Mingyu tidak pernah bisa mengungkapkan isi hatinya dengan benar dan lantang kepada sahabatnya itu.
Beberapa menit berlalu, Myungho tidak kunjung menjawab perkataan Mingyu. Ah mungkin Myungho sudah benar-benar tertidur, begitu fikir Mingyu.
Mingyu mulai beranjak bangun, merangkak sedikit demi sedikit mendekat menghampiri Myungho.
Ketika jaraknya tinggal sekitar 1 meter lagi menuju Myungho, Mingyu terdiam. Batin dan jiwa nya berperang, kalau ia maju sedikit lagi, sedikit lagi saja ia bergerak menuju Myungho, ia rasa ia bisa hilang kendali, karena jujur, sudah sejak tadi jiwanya sangat ingin merengkuh tubuh kecil itu, menciptakan kehangatan untuk keduanya dicuaca dingin ini, tapi sayangnya batinnya menahan, menolak tubuhnya untuk terus bergerak maju. Batinnya berkata itu salah, ia tidak boleh melakukan itu pada sahabatnya dan mengambil keuntungan untuk dirinya sendiri.
Mingyu ditampar kenyataan lagi saat ini, ia bukanlah siapa-siapa untuk Myungho, selain hanyalah seorang sahabat yang ibaratnya sedang berdiri diambang jurang, karena jika ia berani melangkah maju sedikit saja, ia akan jatuh ke dasar jurang dalam itu, mungkin ia akan mendapatkan sakit, atau parahnya ia akan kehilangan dirinya di dalam jurang itu.
Mingyu menahan diri untuk tidak melewati batas, dan terus berdiam di ambang jurang dalam itu, walau ia tahu itu sangat berbahaya, tapi ia sudah lama memutuskan untuk tetap berada disana. Karena pernah suatu hari saat ia merasa sudah putus asa, ia mencoba melangkah mundur menyelamatkan hatinya, tapi setelah ia mencoba, ia malah hilang arah, dan merasa hampa. Mingyu rasa ia dan hatinya tidak salah memilih untuk seperti ini, bahkan jika suatu hari nanti ia benar-benar jatuh ke dalam jurang itu, itu adalah pilihannya sedari awal, dan ia tidak akan pernah menyesal.
"Gyu", panggil Myungho pada sahabatnya itu dan menyadarkan Mingyu yang sedang larut dalam fikirannya sendiri.
Mingyu tersentak karena Myungho tiba-tiba memanggil namanya, ia melebarkan matanya menatap lurus pada Myungho yang masih memunggunginya. 'Apa Myungho tau kalau gue lagi ngedeket ke dia ya?', benak Mingyu bertanya-tanya. "Ah iyah, apa Hao?", Mingyu segera beranjak duduk bersila.
"Dingin", jawab Myungho dengan nada begitu pelan.
"Ah iya nih gue juga dingin, awet bener lagi ujannya", 'shit Kim Mingyu, kenapa lo jawab gitu sih!, bukannya lo langsung nyelimutin Myungho, dia udah bilang dingin juga, atau ini saatnya gue bertindak ngelewatin batas? Gue pengen langsung meluk lo Hao.. Arghh ASU lah', Mingyu memukul-mukul kepalanya merutuki kebodohannya lagi.
![](https://img.wattpad.com/cover/379617368-288-k167817.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙾𝚗𝚎𝚜𝚑𝚘𝚘𝚝 𝚐𝚢𝚞𝚑𝚊𝚘
ФанфикKumpulan oneshoot gyuhao - Slice of gyuhao relationship au - Canon au - Request au - Married life au - Mpreg Hao au