Minuman yang terasa membakar tenggorokannya itu sesekali ditenggak Anna untuk melampiaskan rasa kesal. Sementara tangan kanannya menggulir layar ponsel di genggamannya, melihat-lihat postingan instagram di beberapa akun kenalannya yang membuat darahnya mendidih.
Mantannya yang selama ini masih ia harapkan, ternyata telah memulai sebuah hubungan baru dengan teman karibnya semasa SMA.
"Shit!" umpat gadis tersebut, dengan mata mulai memerah ia mendongak dari layar ponsel. Menatap lurus tajam ke arah rak-rak di belakang meja bartender yang berisi ratusan botol minuman alkohol.
Tangan kirinya tanpa sadar mencengkram terlalu erat gelas alkoholnya. Giginya bergemelatuk menandakan betapa emosinya dara satu ini.
Tok! Tok!
Kemudian ketukan tak terlalu keras di meja bar depannya, membuat perhatian Anna teralihkan sepenuhnya. Seolah beberapa saat lalu hanyalah angin lalu, gadis itu meneguk salivanya diam-diam saat mendapati pria matang yang terlihat menggoda iman tengah menatapnya.
"My phone."
Bagai disiram air es, Anna langsung tersadar dan mengerjapkan matanya. Bahkan ia refleks memiringkan kepalanya, sebelum menyangga dengan kedua tangannya yang memegang ponsel. Kali ini dengan kesadaran penuh, gadis itu tersenyum menawan.
"What's your name, dude?"
Sayangnya pria matang yang terlihat tampan itu hanya mengernyitkan kening tak suka, ia kemudian meneliti penampilan Anna terang-terangan. Sebelum dengusan mengejek jelas ia keluarkan untuk gadis di sampingnya, lalu ia terlihat mencondongkan badannya dan berbisik rendah di samping telinga Anna.
"Benahi dulu penampilanmu jika ingin benar-benar menggoda pria di klub malam, Sweety."
Anna kembali mengerjap, kali ini dengan mulut yang mulai terbuka sedikit. Dadanya bergemuruh kencang hanya karena mendengar suara serak dalam milik pria itu.
"Mwoya? Naneun waeirae?" gumam Anna merasa takjub dengan euforia di sekitarnya yang tiba-tiba terasa menyenangkan ini.
*Apaan nih? Gue kenapa njir?
Sementara si pria yang masih bisa mendengarkan gumaman tersebut sempat mengernyit, sebelum meneliti struktur wajah Anna yang memang kental dengan wajah orang Korea. Ia kemudian mengangguk pelan, sebelum menarik ponsel yang masih di genggaman Anna.
Hal tersebut membuat Anna mengernyit heran. "Apa yang kau lakukan, Sir? Kau seperti pencuri pemberani di sini, di depan mata pemiliknya."
"Call me Nil, please." Suara dalamnya menyahut dengan nada ringan, lantas ia mengangkat ponsel yang ia rebut tadi sekilas. "Ini ponselku. Bukankah yang seharusnya dituduh pencuri itu adalah dirimu, Nona?"
Anna melihat ponsel dan Nil secara bergantian, sebelum mengedarkan pandangannya. Berusaha mencari pemilik ponsel yang memang tadi ia pinjam, lantaran ia baru sadar ponselnya tidak ada di tas.
"Orang yang kau pinjami ponsel ini, dia temanku," jelas Nil singkat berusaha terdengar akrab.
"Benarkah?" Anna tidak mungkin percaya begitu saja.
Nil mengangkat bahunya sekilas sebelum kemudian mengotak-atik ponselnya. Tak lama, menunjukkan layar ponselnya kepada Anna. Memperlihatkan fotonya bersama beberapa temannya.
Anna menyipitkan mata berusaha mengingat wajah orang yang meminjamkan ponsel itu tadi, kemudian mengangguk-angguk saat menemukannya. Pantas saja orang itu meninggalkan ponsel kepadanya begitu saja seolah percaya, ternyata memang bukan miliknya.
"Oh, waitt!" Anna menahan lengan Nil, kembali meneliti foto yang ditunjukkan. Ia merasa mengenal salah satu pria di sana, suami dari Aya.
Sekilas Nil kembali mengernyit tak suka saat gadis itu tiba-tiba memegangnya. Ia bukan tipe orang yang senang dengan sentuhan fisik orang asing, tetapi entah kenapa kali ini ia hanya diam saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Analgesic
RomanceON GOING ▪︎▪︎▪︎ Moranna Jung, atau akrab dipanggil Anna. Publik mengenalnya sebagai cucu bungsu dari Pimpinan H.A Grup, salah satu perusahaan real estate terkemuka di Indonesia. Lalu relasi bisnis keluarganya mengenalnya sebagai anak haram Erla...