03▪︎Minor Disaster

5 0 0
                                    

Funfact 🥹
Lanjutin nulis ini di part awal-awal memang menyenangkan, sampe aku lupa tugas kuliah dan harus cari judul baru😭

▪︎▪︎▪︎

"Anna? Apa-apaan dia buat caption begini di postingannya?!" Seorang wanita dewasa itu terlihat beranjak dari ranjangnya, lekas menuju toilet dan sekejap langsung mengganti pakaiannya di walk in closet. Tak lama ia keluar sudah berpakaian rapi.

"Sayang, mau kemana?"

Wanita itu mengurungkan membuka pintu kamarnya, menoleh pada sang suami yang terbangun. Ia hampiri dan mengecup lembut suaminya. "Tolong jagain anak kita dulu, Mas. Kamu nggak ada jadwal operasi 'kan hari ini? Aku harus ke kantor sekarang, Anna kayaknya otw buat ulah."

"Kenapa lagi dia?" tanya sang suami terdengar lelah mendengar kabar yang sama setelah beberapa bulan terlewati dengan tenang. "Bukannya menyelesaikan tesisnya dengan damai, malah buat ulah terus."

"Coba kamu bantu nasehati lagi. Aku harus berangkat sekarang, see you." Wanita itu lekas keluar sembari menempelkan ponsel ke telinganya, terlihat sangat sibuk.

▪︎▪︎

"Oh, anjing!" Sementara itu di negara berbeda, ada seorang wanita juga yang tengah frustasi. Sama-sama meratapi caption postingan terakhir Anna yang bisa menyebabkan keadaan genting.

Gara-gara skandal terakhir Anna tentang pembulian di beberapa tahun lalu, segala kelakuan dan perbuatan gadis itu menjadi lebih diawasi oleh massa setelahnya. Bahkan Anna masih mendapat DM ataupun komentar tak pantas yang bersarang di akunnya. Ia dan seluruh keluarga gadis itu tentunya sudah berulang kali mengatasinya, tetapi pasti ada saja akun lain haters-nya yang muncul.

Dan sekarang secara terang-terangan, Anna kembali memancing keributan di postingannya?

"Aish! Perubahan suasana hatinya kadang memang menyebalkan," gerutu Cica, asisten pribadi yang menjadi orang pertama yang akan dicari siapapun jika ingin menghubungi Anna—jika gadis itu tidak bisa dihubungi terlebih dahulu.

Berulang kali, sedari kemarin Cica berusaha menghubungi nomor Anna tetapi selalu tidak mendapat jawaban. "Kemana dia?!" Ia frustasi sendiri.

"Zen!" Cica yang sebenarnya baru mendarat beberapa saat lalu di Incheon, langsung berlari menghampiri Zen yang menunggunya. "Dimana Nona?"

Zen menatap Cica yang sepertinya juga sama stresnya menghadapi Anna yang sekarang. "Dia nggak bisa ditelepon, 'kan?" tanyanya memastikan.

"Sama sekali nggak diangkat. Dia kemana sebenarnya?"

Zen menghela napasnya kasar. "Check in hotel sama bule."

"What?!" Teriakan melengking Cica sanggup membuat Zen menatap kesal sang pelaku.

Laki-laki itu langsung menarik Cica untuk berjalan keluar bandara menuju parkiran mobilnya.

"Gue yakin semalem dia check in di hotel, tapi pagi ini kayaknya udah keluar. Gue cek, tapi di penthouse-nya nggak ada."

"Orang gila!" Cica berhenti dan menunjuk wajah Zen, merasa marah entah pada siapa. Intinya saat ini ia tengah ketar-ketir. "Siapa aja yang tahu dia check in? Lo sama sekali nggak cegah dia? Waras lo?"

Zen memejamkan matanya, berusaha untuk tidak terpancing emosi. "Lo pikir gue biarin dia gitu aja? Gue bahkan langsung telepon Pimpinan, cari bantuan buat nyulik dia sekalian biar nggak semakin gila. Terus lo tahu kelanjutannya gimana?"

Cica diam, merasa penasaran sekaligus khawatir. Tetapi kemudian ia mulai menebak saat Zen belum melanjutkan ceritanya. "Pimpinan biarin Nona gitu aja? Nggak mungkin, 'kan?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AnalgesicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang