ANBOB-2

613 79 0
                                    

Dengan canggung, Jaemin duduk di meja makan bersama keluarga barunya. Suasana terasa sedikit menegangkan bagi anak itu, terutama karena tatapan yang terus mengarah padanya dari para kakak tirinya. Ia melirik ke kanan dan kiri, berusaha menelan makan siangnya dengan tenang, namun rasa gugupnya tak bisa disembunyikan.

Akhirnya, setelah sesendok terakhir, Jaemin menarik napas lega. 'Huftt... akhirnya selesai juga,' batinnya.

Suasana kembali hening untuk sesaat sebelum Siwon membuka pembicaraan, mencoba menghangatkan suasana.

"Jaemin, kamu tahu, kan, kalau Papa punya empat anak," Siwon berkata lembut, sambil tersenyum penuh perhatian ke arah Jaemin. "Dan sekarang, mereka semua jadi kakak-kakak kamu."

Jaemin mengangguk kecil, menatap Siwon dengan mata gugup.

Siwon mulai memperkenalkan satu per satu. "Dimulai dari abang pertama, Kun. Dia ini dosen, serius kalau bekerja, dia orangnya pinter loh, kamu kalo ada kesulitan mengerjakan tugas bisa bertanya sama Abang kamu yang ini ya?" katanya sambil tertawa kecil. Jaemin tersenyum, meski masih kaku.

Lalu Siwon melanjutkan, "Nah, yang kedua ada abang Jaehyun, yang tadi menggendong kamu ke sini." Mendengar itu, Jaemin melirik ke arah Jaehyun, dan mereka bertukar senyum. Senyum Jaehyun tenang, seolah menyampaikan bahwa ia bisa jadi tempat aman bagi adik barunya.

Siwon melanjutkan lagi, "Berikutnya ada abang Mark, dia dua tahun lebih tua dari kamu. Mark ini ceria, jadi kamu pasti bisa cepat akrab."

Jaemin mulai merasa sedikit lebih nyaman, hingga tiba saatnya tatapan matanya beralih ke sosok terakhir yang diperkenalkan Siwon. "Dan ini yang terakhir, anak bungsu Papa yang sekarang sudah jadi abang, namanya Jeno. Kamu bisa panggil dia Bang Jeno."

Namun, begitu Jaemin melihat wajah Jeno, ia tertegun. Tatapan Jeno tampak dingin dan tajam, seolah memberi peringatan halus namun nyata. Jaemin segera menunduk, jantungnya berdebar kencang. Meski abang-abang lainnya menyambutnya dengan senyum tipis, tatapan Jeno membuatnya merasa seakan ia tak diinginkan. Sejenak, Jaemin mulai berpikir, Apa Jeno marah padaku? Apa dia tak suka aku ada di sini? Apa karena aku merebut posisinya sebagai anak bungsu?

Yoona, ibunya, melihat kecemasan di wajah putranya yang tertunduk. Ia mengelus punggung Jaemin dengan lembut, berharap bisa menenangkan hati anaknya. Tatapan matanya bertemu dengan Siwon, yang mengangguk seolah memahami. Siwon pun melanjutkan bicaranya, berusaha membuat semua terasa lebih mudah bagi Jaemin.

"Papa harap kalian semua bisa akur, ya?" kata Siwon dengan nada hangat namun tegas, sambil menatap satu per satu anaknya. "Dan khusus untuk Mark dan Jeno, Papa minta kalian berdua menjaga Jaemin di sekolah nanti. Karena Jaemin akan sekolah bersama kalian."

Mark mengangguk patuh, sedangkan Jeno—meski tampak patuh—tetap menunjukkan tatapan seriusnya ke arah Jaemin yang kembali menunduk, merasa berkecil hati.

<⁠(⁠ ̄⁠︶⁠ ̄⁠)⁠↗

Malam semakin larut, dan keluarga mereka masih berkumpul di taman belakang yang hangat dengan lampu-lampu taman yang temaram. Ada yang sibuk sendiri-sendiri—Kun dengan laptopnya, Mark dan Jeno asyik bermain game, dan di sudut taman, Siwon dan Yoona duduk berdua sambil tertawa kecil, menikmati malam pertama mereka sebagai pasangan suami istri.

Di lantai atas, Jaemin sedang merapikan peralatan sekolahnya dengan perasaan berdebar. Besok adalah hari pertamanya di sekolah baru, dan ia ingin memastikan segalanya sudah siap. Namun, ia juga merasa canggung; suara tawa dan obrolan yang terdengar dari taman membuatnya ingin bergabung, tapi ia terlalu gugup untuk keluar sendiri.

Siwon menyadari bahwa Jaemin tidak ada bersama mereka. Ia memanggil Jeno, "Bang Jeno, bisa panggilin Jaemin? Kasihan dia kalau sendirian di kamar."

Jeno menghela napas, sedikit berat hati, namun ia bangkit dan menuju kamar Jaemin di lantai tiga. Ia menekan tombol lift, mengumpulkan pikirannya, lalu mengetuk pintu.

"Tok… tok…"

Jaemin membuka pintu dengan pelan. Di balik pintu, wajah datar Jeno menatapnya, membuat Jaemin langsung merasa gugup. Dalam hati ia berpikir, Kenapa harus Bang Jeno yang datang?

"Papa nyuruh kamu ke taman belakang," ucap Jeno singkat, tanpa basa-basi, lalu berbalik menuju lift, meninggalkan Jaemin yang masih mematung.

Sesaat kemudian, Jaemin turun ke taman. Begitu melihatnya, Kun langsung melambai, mengajaknya duduk. Jaemin tersenyum kecil dan mendekat, lalu duduk di samping Kun, yang saat itu sedang sibuk dengan laptopnya.

“Abang lagi ngerjain apa?” tanya Jaemin penasaran.

Kun tersenyum, merangkul bahu Jaemin dengan hangat. “Abang lagi ngecek tugas mahasiswa. Kebetulan ada beberapa yang perlu Abang nilai.”

Jaemin hanya mengangguk, terkesan dengan kesibukan abangnya yang seorang dosen.

“Habis lulus SMA nanti kamu mau ke mana, Dek?” tanya Kun, membuka obrolan.

“Ke mana ya… gak tahu deh, Bang. Emang aku mau ke mana?” Jaemin menjawab dengan lugu, membuat Kun tertawa kecil.

“Eh, maksud Abang, kuliah di mana? Mau pilih jurusan apa?” Kali ini, Jaehyun yang menjawab sambil ikut mendekat. Kun melirik dengan sedikit kesal, seolah-olah Jaehyun mengganggu momen bersama adik kecilnya.

“Ohhh, iya, iya…” Jaemin mulai berpikir. “Aku sih mau ke UI, ambil jurusan kedokteran. Aku suka banget belajar anatomi manusia! Besok aku mau jadi dokter bedah terbaik di Indonesia, terus bisa bantu banyak orang.”

Suara Jaemin yang semangat itu terdengar sampai ke telinga mereka yang lain. Siwon, Yoona, bahkan Mark dan Jeno berhenti sejenak dari kesibukan mereka dan ikut mendengar. Mereka bertepuk tangan, merasa bangga pada Jaemin yang punya cita-cita mulia.

“Wah, kalau gitu, harus rajin belajar ya, Dek, biar cita-citanya tercapai,” ucap Yoona sambil tersenyum bangga pada putranya.

“Betul tuh, kata Mama,” tambah Siwon sambil merangkul bahu istrinya. Mereka berdua tersenyum lebar, senang melihat keakraban yang mulai terbentuk di antara anak-anak mereka.

Kun dan Jaehyun bergantian mengusap rambut Jaemin, membuatnya merasa nyaman. Semua memberikan semangat pada si bungsu yang terlihat semakin percaya diri.

Mark, yang tak ingin ketinggalan, menyeletuk sambil tersenyum, “Nanti kalau jadi dokter terkenal, jangan lupa traktir abang-abangnya, ya!”

Jaemin tertawa kecil, merasa semakin diterima di tengah keluarganya yang baru. “Oke, Bang Mark, nanti aku traktir yang paling besar deh.”

Jeno yang tadinya diam, mendadak angkat bicara, “Yang penting kamu juga jaga kesehatan. Jangan cuma belajar terus.”

Jaemin tertegun, sedikit terkejut mendengar nada perhatian dari Jeno. Ia tersenyum kecil, menyadari bahwa mungkin kakaknya yang satu ini mulai menerimanya, meski perlahan. “Siap, Bang Jeno. Makasih, ya.”

Malam itu, tawa mereka terus berlanjut, dan mereka saling bercanda hingga Jaemin akhirnya tertidur pulas di pelukan Kun. Kun dan Jaehyun tersenyum, melihat betapa nyamannya Jaemin dalam pelukan mereka. Yoona dan Siwon juga merasa lega, melihat anak-anak mereka mulai membangun ikatan hangat.

Di tengah dinginnya malam, kehangatan keluarga baru ini perlahan tumbuh, memberikan Jaemin rasa aman dan cinta yang ia cari sejak lama.

Continue.

Makasih yang udah memberikan vote dicerita ku yang nggak jelas ini gusy. Jangan lupa buat komen juga ya, gimana sama cerita ini.




A New Bond of BrotherhoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang