ANBOB-4

383 72 3
                                    

Jam istirahat akhirnya tiba. Suara riuh siswa yang bergegas keluar dari kelas membuat suasana menjadi lebih hidup. Jay melirik ke arah Jaemin yang masih duduk diam di kursinya, pandangan matanya menerawang.

"Jaem, lu nggak ke kantin?" tanya Jay, memecah keheningan di antara mereka.

Jaemin menoleh, wajahnya tampak lesu. "Aku nggak tahu kantinnya di mana... Terus, aku juga nggak ada teman buat ke sana," jawabnya pelan, nyaris seperti gumaman.

Jay tersenyum kecil, seolah tak percaya. "Lah, gua kan temen lu! Ayo, gua temenin," katanya sambil berdiri. Tanpa menunggu jawaban, dia menggenggam pergelangan tangan Jaemin dengan lembut, menariknya keluar kelas menuju kantin.

Sesampainya di kantin, Jaemin tertegun melihat keramaian. Aroma makanan bercampur dengan suara tawa siswa menciptakan suasana khas kantin sekolah. Jay langsung mengarahkan pandangannya, mencari teman-temannya. Setelah melihat mereka duduk di meja tengah, dia membawa Jaemin mendekat.

"Oi!" seru Jay lantang saat tiba di meja mereka.

"Oi, Jay! Eh, siapa nih? Anak baru ya?" tanya Jungwon, menatap Jaemin dengan penuh rasa ingin tahu.

"Wih, cakep juga," celetuk Heeseung dengan nada bercanda, membuat Jaemin sedikit salah tingkah.

Jay tertawa kecil. "Kenalin, ini Jaemin," ujarnya sambil menepuk bahu Jaemin.

Jaemin tersenyum canggung. "Halo, aku Jaemin Oliver Alexander," katanya sopan.

Begitu nama "Alexander" keluar dari mulut Jaemin, suasana meja langsung berubah. Mereka semua saling pandang, seolah ada sesuatu yang tidak terucapkan. Nama itu bukan nama sembarangan. Mereka tahu betul siapa itu Alexander atau lebih tepatnya Jeno Alexander—pemimpin geng yang selama ini bermusuhan dengan mereka.

Jake langsung menunjuk Jaemin dengan tatapan tajam. "Oh, lu adik tirinya Jeno, kan? Lu ke sini buat mata-matain kita?!" serunya penuh curiga.

Jaemin terkejut, langsung berdiri dan menggelengkan kepala. "Nggak! Aku nggak tahu apa-apa soal Jeno. Aku bahkan nggak dekat sama dia!" ucapnya panik.

Jay segera turun tangan, menenangkan situasi. "Santai, ges. Kalau dia mau mata-matain kita, mana mungkin dia terang-terangan nyebut nama keluarganya," ujarnya tegas.

Teman-temannya mulai saling pandang, lalu mengangguk pelan, memahami maksud Jay.

"Ya udah, Jaem, sini duduk lagi," kata Sunghoon sambil menepuk kursi kosong di sebelahnya. Ada senyum tipis di wajahnya, seolah gemas melihat Jaemin yang tampak polos dan kebingungan.

Suasana kembali mencair. Obrolan pun berlanjut, kali ini lebih santai. Mereka berbicara tentang banyak hal, dari pelajaran hingga gosip sekolah terbaru. Jaemin, yang awalnya canggung, mulai merasa nyaman. Tawa kecil keluar dari bibirnya, senyumnya semakin lebar.

"Lu santai aja, Jaem. Sekarang ada kita," ujar Heeseung sambil menepuk bahunya.

Jaemin tersenyum. "Makasih ya, kalian baik banget," ucapnya tulus.

Niki tiba-tiba berseru, "Nah, untuk ngerayain masuknya Jaemin ke pertemanan kita... Ayo beli mie ayam, nanti ditraktir sama Bang Jay!" godanya, membuat semua bersorak setuju.

Jay hanya pasrah. "Dasar kalian!" gumamnya, meski tersenyum kecil. Maklum, sebagai anak tunggal kaya raya, dia sudah terbiasa mentraktir teman-temannya.

Jaemin menatap Jay, merasa nggak enak. "Eh, biar aku aja yang traktir. Kan aku yang baru masuk."

Jay menggeleng. "Nggak usah. Nanti aja, Jaem. Hari ini biar gua yang traktir."

Suno menyodorkan semangkuk mie ayam ke Jaemin. "Makan aja, Jaem. Nikmati gratisan!" katanya sambil terkekeh.

Jaemin hanya tersenyum, lalu mulai makan. Siapa sih yang bisa menolak mie ayam gratis?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 6 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A New Bond of BrotherhoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang