01

3 0 0
                                    

"Eugh"lenguh remaja bangun dari tempat tidur dan menuju kamar mandinya serta mengganti baju.

"Ternyata beneran"Ucapnya,setelah melihat rupa/wajahnya di cermin.

"Baiklah,selamat tinggal Devano Mahendra sekarang selamat datang hidup/kisah baru gue Stevano Aditya"
Ucapnya serta senyuman wajahnya.

Flashback

Devano terbangun dan kagum melihat pemandangan sekitar/sekelilingnya sangat indah,tapi kemudian ia teringat nyatanya ia telah mati dan tidak bisa apapun.

"Ahh,hidup santaiku bahkan belum dijalankan,tapi guenya sudah mati"
Ucap ketus Devano di tempat itu.

"Hiks"Terdengar di telinga Devano.

"Ada suara tangis,tapi di sini sepi"
Ucap Devano melihat sekitarnya.

Karena penasaran Devano mencari dari mana suara itu berasal dan ia berhasil menemukan asalnya yaitu seorang remaja menangis sendiri.

"Hiks"Terdengar sangat pilu/sakit sekali di telinga dan hatinya,secara diam² ia pelan² berjalan semakin mendekati tempat remaja itu berada.

"Ahh,mengapa harus begini"batinnya ketika ia terkenang/teringat kembali kehidupannya dulu/dahulu,kejadian yang mana ia pernah diam² menangis seperti remaja ini sebelumnya dan
alasannya adalah keluarganya sendiri.

Pada akhirnya Devano memilih untuk memeluk serta menenangkan remaja laki² yang sedang tantrum tersebut.

"Sudah,jangan menangis lagi,tapi jika kamu ingin menangis maka jadikan ini sebagai tangisan terakhir,ok?"Kata Devano sambil memeluk remaja dari belakang dan mendudukkan tubuh kecil remaja tersebut di pangkuannya.

"Hiks~~capek~~~hiks"ucap remaja itu berulang² hingga tangisnya berhenti.

Setelah bocil itu tenang,barulah Devano bertanya mengapa ia bisa sampai berada di tempat seperti.

"nak kenapa di sini?bukannya ini tempat untuk orang yang mati,gak mungkin kamu sudah mati muda?"
Tanya devano serta pendapatnya.

"Capek,setengah benar,namaku Stevano Aditya,panggil Ste,kalau paman sendiri kenapa di sini?"
Balas remaja di akhiri kalimat tanya.

"Jadi kamu begitu ya,kalau paman itu karena mengalami kecelakaan tadi makanya sekarang berada di sini,
nama paman hampir mirip kamu,
Devano Mahendra panggil Vano"
Ucap Devano terlanjur santai,tanpa tahu si bocil Ste melihatnya dengan tatapan penuh dengan binarannya.

"Pa-paman mau gak ganti-in Ste?"
ucapnya dengan ragu² takut di tolak.

"Hah?"bingung Devano,mendengar ucapan yang keluar dari mulut Ste.

"Paman,Ste mohon ganti-in jiwaku di tubuh/raga itu dan paman bebas ngelakuin apapun yang paman suka"
Ste tidak mau menyerah dan terus²an membujuk Devano hingga pada akhirnya usaha dan bujukannya berhasil membuat Devano menerima.

"Hmm,ok,syaratnya mulai sekarang kamu tidak boleh nangis sendirian dan apapun yang paman lakukan di sana kamu tidak boleh marah/sedih,setuju?"
Ucap Devano dengan permintaannya.

"Yeay!!,makasih,paman bebas mau ngapain,ahh!!hehe!!,lupa paman akan mendapatkan ingatan dan kenangan
milikku secara bertahap,soalnya kalau tidak/gak begitu paman bisa² langsung nyusulin Ste lagi!!"Ucap Ste bahagia di akhiri dengan suara sedih.

★Transmigrasi?¿★Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang