"Jelasin!"
Karel menggebrak meja belajar di sampingnya, tidak terlalu keras, masih tahu diri untuk tak membuat keributan di rumah orang. Sedang Shaka di depannya masih tampak santai, tahu sekali Karel hanya cemburu, tidak benar-benar marah.
Beberapa saat lalu, demi mencegah keributan pada suasana yang kian memanas, Shaka segera menyeret Karel masuk ke kamarnya. Revan yang tidak tahu menahu pun kebingungan, berakhir duduk menunggu di ruang tamu.
"Gue gak sengaja ketemu Revan, Karel. Dia nawarin tumpangan waktu gue lagi nunggu angkot, jadi yaudah gue ngikut. Cuma itu aja," Shaka memberi penjelasan.
Namun agaknya Karel masih kurang puas, ia bersidekap dada dengan tatapan intimidasi yang kuat. "Terus, soal jalan-jalan tadi, ngapain tuh?" ketusnya.
"Itu janji lama gue sama Revan, dulu. Udah ah, cemburu lo jelek." Shaka berlalu begitu saja, berjalan mendekat pada nakas samping tempat tidur, sekedar untuk mengambil ponsel yang sempat ia isi dayanya sebelum berangkat ke pasar tadi.
Sedangkan di sisi lain, Karel tampak membelalak, lantas mengelak cepat, "Siapa yang cemburu?"
"Lo."
"Gue enggak!"
"Oh, ya?"
"Iya lah!" Karel tetap berisikeras. Shaka menatapnya agak lama, memincing, sebelum akhirnya mengangkat bahu dan berpaling.
"Oke deh, gue mau siap-siap dulu. Mau jalan sama Revan~" kata Shaka sedikit memancing, bermaksud menggoda. Sengaja ingin tahu reaksi Karel. Dan ketika respon itu sesuai dugaannya, ia menyunggingkan senyum.
"Serius gue di giniin?" Karel merasa tak terima.
Shaka berbalik, "Apa?"
"Serius pacar lo yang ganteng ini mau di tinggalin?"
Masih betah dengan sandiwaranya, Shaka total abai. Bahkan saat Karel terus memanggil namanya, ia tak kunjung merespon. Kakinya bergerak ke arah lemari, fokus memilih baju yang akan ia kenakan tanpa menghiraukan orang dibelakangnya yang terus merengek.
"Shakaaa!"
Cup!
Bibir itu seketika menutup, diam seribu bahasa kala tanpa aba-aba, Shaka berbalik lalu mengecupnya singkat. Matanya berkedip beberapa kali. Karel terlalu linglung untuk memproses cepat kejadian yang baru saja berlangsung.
"Bawel banget pacar, buruan siap-siap kalo mau ikut."
Bahkan ketika Shaka sudah keluar dari kamar dengan membawa serta baju gantinya, Karel masih diam di tempat. Yang barusan tadi itu...apa?
🌱🌱🌱
"Ka, ini seriusan?"
"Serius lah! Emang kenapa? Gak boleh gue ikut?"
Suasana di mobil itu tampak dingin saat Revan dan Karel beradu pandang. Revan tidak tahu kenapa akhirnya jadi begini. Dengan Karel yang duduk di kursi penumpang sebelah kemudi dan Shaka duduk di jok belakang, sama sekali bukan rencana awalnya.
"Gue gak nanya sama lo, sat!" timpal Revan tak kalah ketus.
Shaka yang sedari tadi diam pun buka suara, "Jalan aja, Van. Gak papa kan Karel ikut?"
"Sebenernya gak boleh, sih. Tapi berhubung lo yang minta, ya udah boleh." Revan pasrah, pada akhirnya tetap menjalankan mobilnya walau hati sedikit mengganjal.
Perjalanan yang rencananya akan sangat menyenangkan, diwarnai canda tawa, obrolan ringan, juga ditemani beberapa makanan ringan, pada kenyataannya hanya didominasi hening. Di situasi ini ingin sekali Revan berteriak,
![](https://img.wattpad.com/cover/374513344-288-k128948.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret (Boy) Friend
Novela JuvenilMereka yang harus berpura-pura asing antara satu sama lain. Apa yang sebenarnya terjadi? ‼️P E R H A T I A N‼️ Cerita ini mengandung unsur boyslove, yang tidak suka harap menyingkir, terimakasih 😊 ©thursdayliu Start : 06/08/24 End : ?