Langit mulai berubah gelap. Penerangan pun hanya dibantu cahaya lampu redup yang terpasang di beberapa sudut lapangan. Namun meski begitu, di antara cahaya remang-remang ini, Shaka bisa melihat jelas sosok yang berdiri tepat di hadapannya.
Sosok itu berdiri angkuh, tampak menyeringai puas melihat raut kebingungan juga sedikit keterkejutan dari wajah Shaka, persis seperti rencananya.
"Bima?" lirihan setengah tak percaya itu keluar dari bibir Shaka kemudian.
Meski awalnya sempat terkejut, tetapi kepalanya berpikir cepat. Ingatan soal ancaman Bima beberapa waktu lalu terlintas di benaknya. Bima dan obsesi gilanya pada Karel, agaknya Shaka sedikit mengerti.
Maka dirinya hanya menatap lurus tanpa ekspresi kala Bima perlahan mendekat, menjatuhkan tatapan penuh padanya dengan menampilkan senyum manis yang terlihat palsu.
"Hai, Shaka," sapanya, tampak ramah namun tersimpan sesuatu yang tersembunyi di baliknya.
Shaka menatap tajam, berusaha memberontak dalam kukungan dari tangan pria yang masih setia menahan di belakangnya. "Mau lo apa? Hah?! Harus banget nyuruh orang buat bawa gue? Cih, payah."
Tangan Bima terkepal. Air mukanya nampak berubah keruh. Lantas dengan cepat ia bergerak semakin mendekat, tanpa aba-aba mencengkram kuat rahang Shaka hingga napas itu tercekat.
"Shut up, bitch!" Bima semakin kuat menekan rahangnya. Dan ketika Shaka hampir kehabisan napas, cengkraman itu ia lepas dengan kasar.
"Dulu gue udah kasih lo kesempatan buat milih. Tapi kayaknya lo pengen gue yang jauhin dia dari lo, ya?" Bima kembali berujar.
Dan seakan tidak ada rasa takut, Shaka balas menatap tanpa ragu. "Lo sakit Bima."
Sudut bibir Bima sedikit tertarik ke atas. "Gue gak peduli," ucapan itu terlontar dingin, berbarengan dengan sebuah pukulan yang ia layangkan tepat pada sisi wajah Shaka.
Senyum puasnya terukir saat bibir Shaka mengeluarkan darah. Ini baru permulaan. Ia lantas menjulurkan tangan, menarik kuat rambut belakang Shaka agar kedua mata itu menatap ke arahnya.
"Tadi lo tanya apa yg gue mau, kan? Yang gue mau lo jauhin Karel!"
Langkah mundur Bima ambil setelah itu. Dan dengan satu isyarat, gerombolan orang-orangnya maju mendekat, lalu salah satu dari mereka langsung melayangkan pukulan pertamanya ke bagian perut.
Shaka merintih kala merasakan perih di ulu hati. Belum reda rasa sakitnya, pukulan kedua kembali dilayangkan orang berbeda, menghantam keras sisi wajah bekas pukulan Bima yang sekarang kembali berdenyut nyeri.
Tubuhnya jatuh ke tanah, dengan darah mengalir lewat hidung dan sudut bibir tak menjadikan orang-orang itu mengiba. Mereka terus memberikan pukulan dan tendangan bertubi-tubi.
Rasa sakitnya sudah tidak bisa untuk ia gambarkan. Mereka terus menghantam perut, punggung, juga wajahnya tanpa jeda. Yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah berusaha melindungi diri, menjadikan kedua tangan sebagai tameng guna mengurangi rasa sakit yang diterima meski itu tak membantu banyak.
Di sisi lain, Bima berdiri tenang di sana, menikmati setiap suara yang mengalun diantara sepinya malam. Bibir itu senantiasa tersenyum, tatapan matanya nampak puas dengan pemandangan di hadapan.
Erangan kesakitan juga suara peraduan antar kulit seakan menjadi alunan melodi merdu di telinganya. Ia terus menikmati hingga rasa bosan perlahan melanda. Lantas, dengan satu tepukan tangan, Bima menghentikan aksi pengeroyokan itu.
Orang-orang yang sempat mengerubungi Shaka menyingkir satu per satu, memberi jalan pada Bima untuk melihat hasil karya mereka. Di sana Shaka terkapar lemas, tetapi tubuhnya mencoba bangkit.

KAMU SEDANG MEMBACA
Secret (Boy) Friend
Novela JuvenilMereka yang harus berpura-pura asing antara satu sama lain. Apa yang sebenarnya terjadi? ‼️P E R H A T I A N‼️ Cerita ini mengandung unsur boyslove, yang tidak suka harap menyingkir, terimakasih 😊 ©thursdayliu Start : 06/08/24 End : ?