05; What Do I Do?

381 71 57
                                    

aku males nulis drama yang nyebar ke mana-mana seperti kehidupan nyata, jadi bakal ada time-skip

btw double up yak ini berarti? wkwk

***

Cowok yang mondar-mandir di depan pintu kamar mandinya itu namanya Cikal, dipanggil cogil juga boleh, lebih cocok malah. Dia sengaja bohong ke pacarnya sendiri, bilang kalau hamil anak mereka, dan minta tanggung jawab. Semua itu dilakuin modal nekat saking gak pengin ditinggal sama Agastian, pacarnya.

Mungkin rencana gilanya memang berhasil meyakinkan untuk sekarang, tapi pertanyaan baru tentu muncul; sampai kapan? Iya, kira-kira berapa lama dia bisa menyimpan bangkai itu sebelum baunya terendus hidung orang-orang yang udah dia bohongin sebesar ini.

Dasarnya modal nekat, Cikal cuma mikir soal jangka pendeknya, dia gak ‘sampai’ buat mengkalkulasi kalau ke depannya berarti dia harus beneran melahirkan seorang bayi. Atau kalau sebelum-sebelum itu dia harusnya ada indikasi normal kehamilan; dia bakalannya harus merekayasa fase morning sickness, ngidam, tambah berat badan, berubah secara fisik, dan yang tentunya gak bisa ditipu adalah;

“Kita periksain dedenya, yuk?”

Sialan. Itu juga alasan kenapa Cikal gak tenang banget sejak tadi; gegara Agas mendadak ngajakin dia periksa ke dokter kandungan. Cowoknya itu bilang, dari awal dikasih tau jabang bayi mereka hadir di perut si gemini, dia belum ada kesempatan nengokin. Makanya, Agas ngide begitu sekalian mau tau perkembangan si kecil.

Cikal nggak nyangka si Agustus bakal meluangkan waktu buat hal kayak gini, padahal orangnya kan paling males ngurusin apa pun, apalagi ke rumah sakit. Dia hampir ragu ini bener Agastian cowoknya apa bukan—tapi apa pun itu, Cikal gak suka dengan perhatian yang satu ini. Gimana caranya dia buat lari dari dokter? Kalau Agas beneran bawa dia periksa, udah deh, habis kebongkar semuanya. “Gue harus apa?” Anak itu gigit kuku-kuku jarinya cemas, manik deragem bergulir ke arah jam dinding yang mendadak menjelma bak hitung mundur bom. Agas mungkin sampai sini sebentar lagi, dan dia gak siap.

Kring!

Bunyi penghitung waktu di ponselnya berdering keras sampai bikin kaget; Cikal misuh seraya masuk ke kamar mandi. Dia ambil benda pipih yang tadi digeletakin gitu aja sama dia di sisi bak mandi. Entah kenapa juga dia beli itu, mungkin sebagian dirinya mengharap ada mukjizat di momen genting kayak gini. Namun, namanya juga hidup, gak semua seturut yang diinginkan. Cikal ketap bibir tatap garis tunggal di indikator benda itu, padahal udah ditungguin lumayan lama, dan hasilnya gak berubah. Dia memang gak punya janin di perutnya.

“Sial, sial, sial!” Umpat sang jauza keras; duduk di atas tutup kloset, memandangi testpack negatif di tangan, dan tangan satunya jambak rambut buat nyadarin ini bukan mimpi. Cikal meratapi nasib yang bahkan belum kejadian, tapi dia udah bisa tebak bakal semarah apa Agas sama dia setelah ini. Cuma dengan ngebayangin aja air matanya udah jatuh lagi, perasaan campur aduk seketika memenuhi relung dada, dia overwhelmed. Nanti kalau Agas gak mau lagi sama dia, terus gimana? Dia gak punya siapa-siapa lagi.

Tok tok!

Muka Cikal terangkat buru-buru denger bunyi ketukan di pintu kamar kostnya; itu pasti Agas. Dia gak perlu ngebukain, soalnya memang enggak dikunci. Tapi, gara-gara si pengetuk bisa langsung masuk itu juga, Cikal kelabakan berdiri nutup pintu kamar mandi dengan kasar. Bunyinya pasti bikin kaget orang yang baru masuk, kentara dari suara yang setelah itu kedengeran, “Kal? Sayang? Kamu di kamar mandi?” Itu beneran Agastian, sedang Cikal di dalem kamar mandi udah kayak karakter film thriller pas kabur dari penjahat. Gemini Juni gak henti tatap pintu, dia jalan mundur ke belakang sampai punggung nempel dinding lembab kamar mandi. Kepal tangan kecilnya menyimpan testpack bergaris satu dengan erat. Gue harus gimana, tanyanya dalam hati.

The Baby Trap | ft. Nahyuck (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang