07; That's Our Life (END)

977 124 93
                                    

Sepanjang hidupnya, Cikal belum pernah menyaksikan raut seseorang sekecewa yang tadi tampil di wajah Bunda sama Agas. Dia bodoh banget, bahkan gara-gara pengakuannya itu, ibunda suaminya terlampau syok dan jatuh pingsan. “Emang anjing kamu! Punya otak gak, sih?! Hatimu terbuat dari apa, tega-teganya bohongin aku sama Bunda kayak gini, Kal?!” Semua makian dari Agas, dia terima tanpa menyangkal. Tangisannya gak henti sampai mau napas aja dada kerasa sesak banget.

Cikal tau dia salah; kesalahan besar yang kalau dia ada di posisi Bunda dan suaminya pun entah bakal bisa maafin atau enggak. Namun, lihat keadaan ibu mertuanya nggak sadarkan diri begitu, dia mencoba buat bantu sewaktu suaminya lagi sibuk telepon ambulance, dan suara Agas langsung menahan, “Jangan sentuh Bunda, kamu gak ada hak!” Meski kaget, Cikal terpaksa urungkan niatnya sebelum sang suami makin marah. Anak itu baru kali ini tahu menyesal yang teramat sangat itu gimana rasanya. Rupanya bukan main, ibarat melukai hati orang dengan pisau bermata ganda, ujungnya mereka sama-sama sakit.

“Aku minta maaf, aku tau aku salah, tapi--” Tergugu, suaranya hampir lesap ditelan udara. Ucapan kurang jelasnya kontan memancing emosi si Agustus yang terlanjur kecewa dan geram. Apalagi Agas udah tahan diri terus selama dia kira istrinya beneran berbadan dua. “Tapi?!” Potong sang asad. “Minta maaf itu yang bener, bukan malah cari pembelaan! Apa yang kamu lakuin itu gak main-main, ngerti, gak?!” Bentak Agastian, nggak peduli lagi mau Cikal nangis, mau dia takut, atau minta maaf sampai sujud. Perbuatan istrinya gak akan pernah dia beri ampun sampai mati.

“Kamu bohong sejauh ini biar aku nikahin? Seniat itu kamu hancurin hidup orang, ya ... licik banget.”

Cikal geleng kepala, rautnya tampak gak sepaham. Dia mau raih lengan sang suami buat digenggam, tapi tau itu mustahil, jadi Cikal tahan tangan tetap di pangkuan. “Aku cinta sama kamu, Gas. Seumur hidup aku cuma cinta sama kamu, aku gak mungkin mau hancurin kamu.” Ngomong gini rasanya di lidah pahit banget, Agas juga pasti sadar sama perubahan ekspresi singkat sang jauza. Gemini itu tahu betul kalau dia emang udah main-main sama hidup orang dengan mojokin Agas buat menikah.

“Cinta macam apa yang kayak gini?! Kamu obsesif! Kamu nekat ngelakuin apa pun demi aku tetep sama kamu, you’re fucking scaring me, Cikal Sandhyakala!” Manik kecokelatan terbuka lebar, rasanya kayak ada bongkahan batu besar yang baru aja dijatuhin ke atas tubuhnya. Gemini itu termangu, merenungi perkataan yang dilontarkan oleh sang suami dengan hati tersayat-sayat. Mungkin untuk bilang dia terluka adalah satu hal egois, karena penyebab semua masalah ini juga dirinya sendiri. Dia yang membuka pintu, mempersilakan musibah ini datang bertamu.

Dalam perjalanan menuju rumah sakit, Cikal cuma diam. Hadirnya gak dianggap, bahkan tadi Agas sempat dorong dia supaya gak usah ikut. Hari ini kacau banget, dan di kepala sang jauza hanya ada kosong. Lihat ibu mertuanya dibawa masuk unit gawat darurat oleh paramedis kayak nggak terasa nyata, tapi ini bukan lagi mimpi. “Puas kamu, hah?!” Dilihatnya sang suami jalan hampiri tempatnya berdiri setelah dari tadi Cikal nggak dianggapnya lebih dari sekadar angin tak kasat mata. Pemuda dua puluh empat tahun itu acak surainya kasar dan usap muka, memandang penuh kemarahan ke Cikal meski mereka lagi di fasilitas kesehatan umum.

“Bundaku sampai serangan jantung gara-gara orang gak tau diuntung macem kamu!” Teriakan si jangkung tepat di depan muka sang jauza yang harus gigit pipi dalamnya, menahan takut serta kagetnya dibentak. Kalau tadi di iris gelap suaminya masih ada sedih dan kecewa, maka sekarang Cikal udah gak temukan itu; semua berganti nyala api kemurkaan yang entah kapan bakal padam. “Kalau sampai Bunda kenapa-kenapa, kamu habis sama aku! Ngerti?!” Anggukan pelan serta tundukan kepala adalah satu-satunya respon yang berani Cikal kasih; tapi bagi suaminya, itu ternyata gak cukup. “Punya mulut itu buat jawab yang bener, dasar lonte!”

Plak!

Sakit banget. Rasa sakit di pipinya bahkan gak sebanding sama nyeri yang dia rasakan di dada sewaktu terima layangan tangan suami. Cikal kembali menghadap ke lantai rumah sakit dengan sudut bibir berdarah serta jejak merah nan panas di sisi muka. “Maaf.” Selain kata itu, dia nggak tahu lagi harus ucap apa. Air matanya menetes jatuh ke lantai, rambut turun merungkau tutupi wajah yang kini udah menyedihkan banget.

The Baby Trap | ft. Nahyuck (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang