3

128 19 2
                                    

Maaf jika typo bertebaran 🙏

-

-

-

Malam itu, di bawah langit gelap yang hanya diterangi oleh cahaya bulan, Shankara sedang sibuk memasak. Aroma nasi goreng yang menggugah selera memenuhi ruangan, menandakan keahlian pemuda ini dalam memasak. Ia tersenyum saat melihat sang adik yang duduk di meja makan, menunggu dengan sabar.

Namun, ketenangan malam itu terganggu oleh sebuah sosok yang mengawasi dari kejauhan. Zargo Cardellion, malaikat kematian dengan payung kuning cerahnya, duduk di atas cabang pohon. Matanya yang tajam menatap Shankara, seolah sedang mengawasi setiap gerak-geriknya. Shankara, yang merasakan ada yang memerhatikannya, melirik ke arah jendela dan mendapati Zargo yang tidak bergerak.

"Eh, Zargo! Apa yang kau lakukan di sana? Kau terlihat seperti lutung yang memanjat," ledek Shankara sambil tersenyum. Namun, Zargo tidak menjawab. Ia menghilang dalam sekejap, meninggalkan Shankara dalam kebingungan.

"Aneh sekali," gumam Shankara, kembali fokus pada makan malamnya bersama sang adik. Mungkin Zargo memang selalu seperti itu, misterius dan sulit dipahami.

Sementara itu, Zargo telah tiba di tempat persembunyiannya. Ia menatap dingin ke arah depan, di mana Lintang, salah satu dari kembar tiga, berdiri dengan ekspresi penasaran. Lintang selalu menjadi pengganggu, sama seperti Hyunsik, tetapi sikap mereka bagaikan bumi dan langit.

"Kenapa kau di sini, Zargo?" tanya Lintang, dengan nada menggoda. "Kau terlihat sangat serius. Apa kau sedang merencanakan sesuatu?"

Zargo hanya memutar bola matanya, tidak tertarik dengan pembicaraan Lintang. "Kau tidak perlu tahu urusanku, Lintang. Urus saja urusanmu sendiri," jawabnya dengan suara dingin.

"Ah, come on! Jangan galak-galak gitu, Zargo. Kau bahkan lebih galak dari Hyunsik!" Lintang melanjutkan, mencoba merayu Zargo agar berbagi.

Zargo menghela napas, merasa frustrasi. "Apa kau memiliki permainan baru dengan manusia itu?" tanya Lintang, penasaran.

"Kau tidak perlu kepo, Lintang. Itu urusanku," balas Zargo dengan tegas. "Dan kau ini tidak membantu sebagai kembaran yang baik."

Lintang hanya tertawa, tidak terpengaruh oleh nada serius Zargo. "Baiklah, baiklah. Tapi aku akan tetap mengawasi, Zargo. Siapa tahu ada sesuatu yang menarik."

Zargo mengabaikan Lintang, memikirkan kembali pertemuannya dengan Shankara. Pemuda itu memang menarik perhatian, namun Zargo selalu berusaha menjaga jarak. Mengingat tugasnya sebagai malaikat kematian, menghubungkan dirinya dengan manusia seperti Shankara bukanlah hal yang bijak.

Namun, ada sesuatu dalam diri Shankara yang membuatnya ingin tahu lebih banyak. Mungkin, di balik kesederhanaan dan keceriaan pemuda itu, terdapat kisah yang lebih dalam.

Keesokan harinya, Shankara terbangun dengan perasaan aneh. Mimpi semalam tentang Zargo masih menghantuinya. Ia merasa ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar permainan kehidupan biasa. Keberadaan Zargo, malaikat kematian, seolah memberikan petunjuk tentang sesuatu yang lebih penting.

Saat beranjak dari tempat tidur, Shankara teringat akan adiknya yang masih asyik tidur. Ia memutuskan untuk membuat sarapan dan memikirkan cara untuk menghibur adiknya yang sedang mengalami masa sulit.

Sementara itu, Zargo dan Lintang sedang berdiskusi di atas pohon. "Kau tahu, Zargo, jika kau terus-menerus mengawasi Shankara, bisa jadi kau akan terjebak dalam kehidupan manusia," ujar Lintang dengan nada serius.

Zargo menggelengkan kepala. "Aku tahu apa yang aku lakukan. Ini bukan tentang terjebak. Ini tentang tugas dan tanggung jawabku, kau tidak usah sok tau"

Lintang mengangkat bahu. "Tapi, jangan salah. Kadang, terjebak dalam kehidupan manusia bisa mengajarkan kita banyak hal. Mungkin kau bisa belajar dari Shankara."

My Demon "Sing Zayyan Xodiac" END✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang