7 : debat rumah tangga.

115 12 4
                                    

WATTDEE

part ini sengaja gua bikin biar kaga bucin mulu ya ege, kata siape nih pasangan lucu kaga bisa ada konplik?

VOTMEN

“mungkin aku yang terlalu memaksakan dia.”

—HAPPY KIYOWO—




“Sini tiduran, sayang.” Barat menepuk tempat di sebelahnya.

Barat hanya menggunakan boxer hitam tak menggunakan baju, sementara Natha menggunakan daster yang di belikan Arel agar ia lebih leluasa.

“Hum, nyamannya disini,” ucap Natha saat langsung mendapatkan tempat nyaman, membuat Barat mencubit hidung mancung nya.

“Dasar, kecil. Aku mau ngomong sama babby boleh?” tanya Barat.

Natha mengangguk, ia lalu membuka dasternya dari bawah. Ah sial, tahan icibos tahan. Natha hanya menggunakan celana dalam berwarna pink, Barat mencoba abai ia langsung mendekap perut buncit milik Natha.

“Hai babby, ini Daddy sayang. Kecil, gemas, jangan sering buat Momma kecapean ya? Momma akhir-akhir ini sering sakit pinggangnya, kamu nanti kalau udah besar mirip siapa ya, sayang?” monolog Barat tiba-tiba terkekeh sendiri membayangkan betapa gemasnya anaknya nanti.

“Kalau kamu mirip Momma kamu, kamu bakal se lucu itu. Tapi kamu harus mirip sama Daddy biar jadi pelindung buat Momma nanti, okay? I love u, Momma and Babby.” final Bara lalu mengecup perut Natha, membuat Natha terkekeh geli.

“Lucu banget sih,” ucap Natha membuat Barat memeluknya.

Barat sangat menyayangi Natha, seperti besarnya bumi, laut, dan seisinya. Sebutlah jika Natha adalah kehidupannya, jika ia hilang Barat akan gila, gila sampai berkhayal jika bisa terbang seperti burung-burung di atas sana bersama Natha.


=••=


Saat matahari masih sedikit memunculkan cahayanya, Barat terbangun karena ingin ke kamar mandi. Namun atensinya teralihkan saat mengetahui Natha sudah tak ada di tempat tidur, ia langsung berlari ke lantai bawah khawatir jika Natha kenapa-napa.

“Sayang, sayang,” panggil Barat berkali-kali, namun tak ada sautan.

BaratBarat membuka pintu utama, dari ambang pintu, ia melihat Natha yang tengah berada di halaman depan sembari memegang perutnya dan bergumam sendiri.

“Kenapa bangun pagi-pagi banget, hm?” tanya Barat mendekat ke arah Natha.

Natha menoleh. “Lihat deh, mas. Kayanya disini lucu kalau di kasih kelinci-kelinci, ade bayangin kalau nanti babby main sama kelinci disini.”

“Kamu mau kelinci?” tanya Barat.

Natha mengangguk dengan cepat. “Mau, boleh? Tapi aku gak suka kelinci.”

Mangsutnya apenih pak Natha, mau kelinci tapi kaga suka kelinci (emot nangis)

“Ini masih pagi banget, Dek. Nanti agak siangan kita pergi cari kelincinya ya?”



=••=


Rotasi bumi sangat cepat berputar, ada seseorang yang sedang cemberut di atas kasur. Ia menggerutu kecil, memperlihatkan pipi gembul putih nya menggelembung.

“Hei kenapa?” tanya Barat lalu naik ke atas kasur.

Natha memalingkan wajahnya, membuat Barat mengernyit bingung. “Kenapa sayang? Katanya mau beli kelinci, ayo. Jadi nggak?”

“Aku gak mau kelinci tau!” kesal Natha membuat Barat lagi-lagi kebingungan.

Ia sedikit menghela nafas, lalu mengusap lembut jari jemari Natha. “Lalu ingin apa, kesayangan?”

“Mas tau kan kalau aku suka banget sama kucing?” tanya Natha sembari menggerutkan alisnya kesal.

Barat mengangguk. “Ayo beli kucing.”

“GAK MAU IH!!!! MAUNYA RUMAH POHON!!” pekik Natha lalu merebahkan tubuhnya di kasur dan memeluk guling putih.

Barat terdiam sejenak, hadeh suami mana yang tidak kebingungan saat semua pasangannya susah di tebak? Ia lalu mendekat ke arah Natha yang membelakangi dirinya.

“Nanti kamu jatuh kalah ada rumah pohon, kan lagi hamil. Nanti kalau Babynyaa kenapa-napa gimana?” pertanyaan Barat membuat suasana hati Natha tiba-tiba meredup.

Beberapa menit tak ada jawaban, namun malah isakan yang terdengar. Barat khawatir, ia lalu memeluk Natha, namun anehnya. Natha menepis kasar tangan Barat.

“Iya, semua aja ade bayi. Ade bayi, ade bayi, ade bayi. Terserah!” ucap Natha kesal lalu menutupi dirinya dengan selimut.

Barat melebarkan matanya. “Sayang, tidak begi—”

“Diem lo!” sentak Natha memotong ucapan Barat.

Barat terdiam, ia memikirkan seribu cara. Ah soal, ia lupa jika orang hamil sangat sensitif. Natha pasti berfikir jika ia lebih menyayangi calon bayinya daripada Natha.

“Mas gak bermaksud begitu, sayang. Ayo bicara?”

“Halah, gua juga udah ngerasa kok. Kalau lo berubah selama 4 bukan terakhir ini, lo lebih sering perhatian sama anak ini. Iya gua tau, gua makin gendut, jelek, gak bikin enak lagi.”

“Terserah,” final Natha ingin beranjak namun di tahan oleh Barat.

Barat lalu memeluk tubuh Natha, Natha tak memberontak. Ia diam karena ia lelah, ia merasa dunia tidak ada yang berpihak dengannya hari ini.

“Kenapa cara bicara kamu seperti ini, Natha?” tanya Barat membuat Natha mendorong tubuh Barat.

Natha menatap mata Barat yang juga sedang menatapnya. “Lo juga udah gak manggil gua dengan sebutan sayang atau adek lagi?”

“Kamu salah paham, aku bahkan lebih mencintaimu dari biasanya. Mau perut kamu membesar saat 9 bulan nanti pun, Mas bakal sayang sama kamu.”

“Basi tau gak? Gua mau pergi,” ketus Natha membuat Barat berdecak.

“Ck, kamu selalu saja seperti ini, Natha!” ujar Barat agak meninggikan nada bicaranya.

Natha yang semula sudah di ambang pintu pun berhenti, ia lalu berbalik menatap Barat dengan mata yang berkaca-kaca. “Keliatan banget cintanya udah habis.”



=••=




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[JOONGDUNK] TOUCH ME, DADDY! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang