"Arum, sudahlah. Yang kau cemaskan itu tidak terjadi. Aku tidak akan mengingkari ucapan ku, bahwa kau tetap menjadi cintaku setelah bunda. Dan selamanya begitu Rum."
Suara berisik dari dalam rumah, membuat Raihan penasaran. Lelaki itu masuk kemudian memperhatikan ketiga manusia yang sedang saling beradu mulut.
Mahajana berusaha menenangkan Arum, sementara gadis itu terus menerus mencari keberadaan Puspita. Santoso juga ikut menenangkan Arum sebenarnya, meskipun berkali-kali dia harus kena dorong oleh kekasih sahabatnya.
"Hei, astaga," Raihan menegur.
"Berisik sekali. Ada ini?" Raihan kemudian menghampiri ketiga Mahajana, Santoso dan Arum.
"Nah, kau jelaskan pada dia kalau disini memang benar-benar tidak perempuan." Santoso menarik tangan Raihan. Dia meminta lelaki itu agar membantu untuk menjelaskan kepada Arum, bahwasanya tidak ada perempuan disini.
Raihan memandangi Arum sambil tersenyum dan tebar pesona sedikit-sedikit. Dia memastikan bahwa baju yang dipakainya bersih, juga wangi.
"Sudah, tidak ada guna bertengkar begini." Raihan menengahi. "Nona manis, lebih baik kau duduk saja di sofa lalu akan aku buatkan teh manis semanis dirimu." Raihan menyugar rambutnya lalu memberikan senyuman yang menampilkan gigi-gigi putihnya kearah Arum.
Mahajana yang melihat aksi tengil Raihan itu, tanpa aba-aba langsung menarik bahu kawannya. Cengkraman tangan Mahajana pada bahu begitu kuat hingga membuat Reyhan kesakitan.
"Berani sekali mulutmu menggoda Arum. Apa maksudmu begitu? Agar apa? Agar kau terlihat mempesona?!"
Raihan bertanya. "Apa salahku? Lagipula gadis ini begitu manis. Kan aku jadi penasaran, apakah dia sudah punya kekasih?" Raihan iseng mengedipkan matanya kepada Arum.
"Sudah." Jawab Mahajana.
"Siapa?"
Mahajana menunjuk dirinya sendiri. "AKU! AKU ADALAH KEKASIHNYA! MAU APA KAU? MASIH MAU MENGGODA DIA? KALAU MEMANG KAU MASIH MAU MENGGODANYA, LAWAN AKU DULU!"
Raihan menutup mulutnya menggunakan tangan. Oh astaga, apa yang sudah dia lakukan? Mengapa ia tidak tahu jika wanita yang dipanggil 'nona manis' itu adalah kekasih Mahajana? Ah, habis sudah.
"Maafkan aku, aku tidak tahu. A-aku tidak bermaksud menggoda pacarmu. Tolong, jangan terkam aku, Mahajana." Raihan meminta ampun. Sementara itu Santoso memijat pangkal hidungnya. Mengapa saat ia berusaha tidur, sesuatu selalu menggangu dirinya.
Arum diam. Bukan, bukan karena emosinya sudah reda. Melainkan karena ia sedang mencari cara untuk menggeledah beberapa ruangan di dalam rumah ini satu persatu. Ia yakin, bahwa Puspita berada di salah satu ruangan tersebut.
Saat Mahajana masih beradu mulut dengan Raihan, Arum mendekat kearah ruangan dengan pintu yang tertutup itu. Tangannya siap melayangkan tinju di wajah Puspita. Bonyok, ya bonyok lah sekalian.
"Rum, jangan buka pintu itu. Aku mohon,"
"Kenapa memangnya? Apakah perempuan itu bersembunyi disini?" Tanya Arum. "Kalau iya, coba, aku ingin bertemu dengannya."
Mahajana kewalahan sendiri, sungguh, hari ini Arun seperti orang kesetanan. Datang tanpa kabar, marah-marah lalu tiba-tiba mengatakan bahwa Mahajana menyembunyikan seorang wanita di dalam kontrakan.
Saat pintu itu berhasil dibuka, Arum begitu terkejut.
Pemandangan apa yang sedang ia lihat di depan matanya ini?
Sebuah patung berwujud Serigala dengan rupa menyeramkan, dan mata besarnya membuat Arum berteriak keras. Untung saja itu patung, coba kalau itu makhluk hidup? Oh Ya Tuhan, kocar-kacir sudah penghuni kontrakan ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
ROMANTIKA MAHAJANA [THE END]
Romansa"Arum, kita adalah dua manusia yang saling mencintai. Dan tentu saja, semua ini adalah kehendak Yang Maha Kuasa-termasuk perasaan cintaku, juga cintamu. Jadi, bila Tuhan meminta perasaan itu untuk diambil lagi, mau tak mau, kita harus ikhlas Rum." ...