୨୧⋆MELANKOLIA. ༶

1 1 0
                                    

Play on:

Beranjak dewasa - Nadin Amizah

______________________________________

Membayangkan masa-masa indah bersama Arum, membuat Mahajana tertidur pulas. Tanpa ia sadari, di luar sana, hujan sedang mengguyur desanya. Lengkap dengan gemuruh petir.

Mahajana terkejut tatkala suara petir saling bersahutan di angkasa. Lelaki itu terbangun lalu matanya melihat jam yang berada di dinding kamarnya.

Sudah pukul empat sore.

Kemudian, ia membuka pintu kamar, terdengar suara Ratna dan Bayu di ruang makan. Apakah mereka bertiga tidak menyadari bahwa Mahajana sudah pulang?

Dengan wajah kusut, Mahajana berjalan kearah ruang makan lalu menyapa Ratna dan Bayu. Sudah tentu mereka semua terkejut. Apalagi Ratna, wanita paruh baya itu senang bukan main ketika melihat anak bungsunya sudah kembali ke rumah. Meskipun tanpa mengabari lebih dulu.

"Mas? Kok pulangnya tidak memberi kabar?"

Mahajana menarik kursi lalu duduk. Matanya masih mengantuk.

"Sampai ke Cirebon jam berapa?"

"Jam tiga, mungkin." Jawab Mahajana.

"Jam tiga?" Tanya Ratna. "Pasti disini tidak ada orang, iya kan?"

"Iya," jawab Mahajana. Lelaki itu kemudian bertanya kepada Ratna tentang kemanakah semua anggota keluarganya pada saat itu.

"Bunda dan ayah pergi ke acara pernikahan kawan ayahmu di daerah Lemahwungkuk sana, kalau Mala, entahlah kemana dia. Tapi, saat bunda dan ayah pergi, Nirmala memang ada di rumah kok."

Mahajana menggerutu. Kemana pula perginya Nirmala. Jangan-jangan dia pergi bermain ke rumah kawannya yang jaraknya memang tidak terlalu jauh dari sini.

"Makan dulu mas, ada bakwan jagung. Mas memang tidak kangen dengan bakwan jagung buatan bunda?" Ratna mengambilkan piring, lengkap dengan tiga bakwan jagung untuk anak sulungnya.

Melihat bakwan jagung buatan ibunya, Mahajana langsung membelalakkan matanya. Makanan yang ia rindukan kini ada di hadapannya, maka, jangan salahkan Mahajana bila nanti ketika Nirmala pulang bakwan jagung sudah ludes. Salah sendiri, mengapa gadis itu tidak kunjung pulang.


***

Sementara itu, dilain sisi, Nirmala sedang berada di sungai yang dahulu menjadi tempatnya dan Mahajana bermain. Dingin serta mencekamnya cuaca, membuat Nirmala kembali merasakan moment-moment dimana Mahajana hampir mengorbankan diri untuk menyelamatkan nyawa adik perempuannya itu.

Kawasan sungai ini tidak banyak berubah. Hanya saja di sisi kanan dan juga kiri jalan sudah dipenuhi oleh beberapa rumah warga. Penerangan di kawasan itupun sudah memadai.

Tubuh Nirmala basah kuyup akibat kehujanan, namun bukannya segera pulang, ia justru berjalan mendekat kearah sungai yang alirannya sudah semakin deras. Dengan beraninya, ia melompati satu persatu bebatuan yang begitu licin.

"Kalau mau kesini, harus dengan mas, kamu masih kecil. Nanti terpeleset, luka, lalu menangis."

"Aku sudah dewasa, kalau jatuh, mana mungkin menangis." Ucap Nirmala saat ia mengingat perkataan kakaknya beberapa tahun lalu. Saat mereka berdua sedang bermain di sungai.

Nirmala kemudian berdiri pada sebuah batu yang dahulu pernah ia dan Mahajana jadikan sebagai tempat duduk tujuh tahun lalu. Nirmala ingat betul, di batu ini, ia terpeleset dan tercebur ke dalam air sungai yang kala itu deras sekali. Seperti sekarang ini.

ROMANTIKA MAHAJANA [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang