Setelah hari itu, hubungan biu dan bible semakin kuat. Mereka tak hanya saling mengagumi tetapi juga saling mendukung dalam mewujudkan impian masing-masing. bible dengan pameran fotonya, dan biu yang mulai menulis cerita pendek tentang pengalaman hidupnya, termasuk kenangannya bersama ibunya dan kisah-kisah kecil yang ia bagi dengan ladang bunga matahari.
Suatu hari, bible mengajak biu ke kota. Ia ingin memperkenalkan biu kepada rekan-rekan fotografernya, dan berharap bisa membantunya menerbitkan cerita-ceritanya.
"Biu, aku sudah bicarakan tentang cerita-ceritamu pada seorang editor di kota. Dia bilang cerita tentang ladang bunga matahari itu terdengar unik dan penuh makna. aku yakin, banyak orang akan terinspirasi."bible bersemangat
"Tapi... aku tidak tahu apakah ceritaku cukup bagus untuk diterbitkan."biu tersenyum canggung
"Percayalah pada dirimu, biu. Seperti kau mempercayai bunga matahari dan cahayanya. aku melihat betapa kuatnya kata-katamu, betapa tulusnya perasaanmu di setiap kalimat yang kau tulis. itu akan menyentuh hati banyak orang." ucap bible sambil memegang kedua bahu biu
Dengan dukungan yg bible berikan, biu pun mencoba berani melangkah. ia mengirimkan naskah-naskahnya, dan tak lama kemudian, cerita-cerita itu diterima untuk diterbitkan dalam sebuah kumpulan cerita pendek berjudul "Cahaya di Ladang Bunga Matahari."
Ketika buku itu diterbitkan, biu tak pernah menyangka bahwa karyanya akan mendapat sambutan hangat dari pembaca. Banyak orang yang merasa terhubung dengan kisahnya merasa bahwa cerita tentang harapan, kehilangan, dan menemukan kekuatan dalam hal-hal sederhana adalah sesuatu yang akrab dalam hidup mereka. buku itu menjadi sumber inspirasi, dan ladang bunga matahari yang dulu sunyi kini menjadi tempat yang lebih hidup, dikunjungi banyak orang yang ingin melihat bunga-bunga yang menjadi inspirasi cerita biu.
"Kau benar, bible. Seperti bunga matahari, kita hanya perlu mengikuti cahaya, meski jalannya sulit dan tidak pasti. aku tidak pernah membayangkan semua ini bisa terjadi." Biu berbisik pada bible diantara ladang bunga
"Biu, kita semua adalah bunga matahari dalam hidup kita sendiri. Kita punya tantangan masing-masing, tetapi selama kita punya arah, kita akan menemukan tempat kita." Bible tersenyum
Namun, di balik kebahagiaan itu, ada satu kekhawatiran yang menggantung di hati biu. ia tahu bahwa meski bible mencintai ladang dan ketenangan desa, jiwa bible adalah petualang. fotografer muda itu sering mendapat tawaran proyek di luar negeri, kesempatan untuk mengabadikan keindahan dunia yang selama ini hanya ada dalam imajinasinya.
Suatu malam, bible datang menemui biu dirumahnya, dan memberitahunya bahwa ia mendapat kesempatan besar untuk bekerja di luar negeri selama setahun.
"Biu, aku tahu ini tiba-tiba, tapi aku ditawari proyek foto di jepang. ini kesempatan besar untuk karierku, dan aku selalu ingin menjelajahi dunia lebih jauh." bible berkata dengan mata yang berbinar
"Itu hebat, bible! kau harus pergi. ini adalah impianmu sejak lama, bukan?" Biu menyembunyikan kegundahan dibalik senyumannya
"Aku tidak mau pergi tanpa memastikan kau baik-baik saja. aku tidak ingin kehilanganmu, biu."
Biu terdiam sejenak, mencoba menenangkan hati. meski sedih, ia menyadari bahwa cinta yang sejati adalah memberi ruang pada orang yang dicintai untuk tumbuh, bahkan jika itu berarti harus berpisah sementara.
"Pergilah, bible. Aku akan baik-baik saja di sini. ladang bunga matahari ini akan selalu menunggumu, seperti aku yang akan selalu menunggumu. kamu adalah bagian dari cahayaku juga."
Hari keberangkatan bible pun tiba, dan dengan berlinang air mata, biu melepasnya. biu mengantar bible sampe bandara dan mereka berpelukan sebentar untuk melepas rindu, setelah mengantar bible, lalu biu kembali ke ladang bunga matahari, tempat di mana ia selalu merasa dekat dengan kenangan ibunya dan kini juga dengan bible. meski rindu, ia tetap melanjutkan hidupnya, merawat ladang, menulis cerita, dan berbagi kebahagiaan dengan orang-orang yang datang berkunjung.
Setiap pagi, biu berdiri di tengah ladang, memandang bunga-bunga matahari yang selalu menghadap ke arah cahaya. baginya, bunga matahari kini bukan hanya lambang kekuatan dan harapan, tetapi juga janji untuk selalu percaya pada hal-hal baik, meski kadang tak terlihat.
Satu Tahun Kemudian...
Setahun kemudian, di tengah ladang bunga matahari yang bermekaran indah, biu melihat sosok yang familiar berjalan ke arahnya. bible, yang telah kembali dari petualangannya, berdiri di sana dengan senyum yang tak berubah.
"Aku pulang, biu."ucap bible dengan lembut
"Selamat datang kembali, bible" Biu tersenyum lebar dan matanya berkaca-kaca
Di bawah sinar matahari yang hangat, di antara bunga-bunga yang selalu menghadap cahaya, mereka berdiri bersama, saling menggenggam tangan. mereka tahu bahwa, seperti bunga matahari, mereka telah menemukan arah dan kekuatan dalam satu sama lain. kini, tak ada lagi keraguan bahwa apa pun yang terjadi, mereka akan terus tumbuh bersama, menghadap ke arah cahaya, dengan hati yang penuh harapan dan cinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUNFLOWER (Short Story)
Short Storytentang biu yang sangat menyukai bunga matahari dan juga bible sang fotografer tampan