Setelah menguasai Pilar Angin dan Pilar Air, Rama dan kelompoknya melanjutkan perjalanan menuju Pilar Api, yang diyakini terletak di dalam perut Gunung Berani. Gunung ini terkenal dengan aktivitas vulkaniknya yang intens, dengan lahar dan bebatuan yang mematikan. Mereka tahu bahwa tantangan ini mungkin akan menjadi yang terberat sejauh ini, karena mereka harus menaklukkan elemen api, yang tak mengenal belas kasihan.
Saat mereka mendaki lereng gunung yang panas, mereka disambut oleh hembusan angin panas dan aroma belerang yang menyengat. Uap tebal dan lahar yang mengalir membuat jalan menjadi sulit. Langit di atas gunung tampak berwarna oranye, seperti selalu berada di ambang ledakan besar. Setiap langkah terasa lebih berat, seolah-olah gunung itu sendiri menolak mereka untuk mendekat.
Sari menatap puncak gunung yang mengeluarkan asap tebal. "Sepertinya ini tidak seperti tantangan yang lain. Kekuatan ini seakan-akan siap menghancurkan siapa pun yang berani mendekat."
Rama mengangguk. "Pilar Api adalah ujian dari keberanian dan ketangguhan. Kita harus kuat, baik secara fisik maupun mental, untuk melewatinya. Tak ada jalan lain kecuali terus maju."
Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan sosok misterius yang menjaga jalan menuju kawah gunung. Sosok itu adalah seorang kakek tua berpakaian kain tradisional dengan ikat kepala merah, wajahnya keriput, namun matanya masih memancarkan kekuatan yang luar biasa. Ia memegang tongkat kayu yang dihiasi dengan ukiran kepala naga.
"Siapa kalian yang berani mendekati Gunung Berani?" tanya kakek itu dengan suara dalam yang penuh wibawa.
Jaya maju dan menjawab dengan penuh hormat. "Kami datang untuk mendapatkan kekuatan Pilar Api. Kami adalah para petualang yang sedang mencari jalan keluar dari dunia ini dan mempelajari setiap elemen yang ada."
Kakek tua itu menatap mereka satu per satu, seolah-olah menilai kekuatan dan niat mereka. "Banyak yang datang mencari kekuatan api, namun tak banyak yang bisa mengendalikan amarahnya. Kalian harus membuktikan bahwa kalian layak."
Tanpa peringatan lebih lanjut, kakek itu menancapkan tongkatnya ke tanah, dan lingkaran api muncul mengelilingi mereka. Api itu berputar-putar di sekitar mereka, semakin lama semakin panas. Mereka merasakan panasnya langsung merasuk hingga tulang, membuat mereka kesulitan untuk bernapas.
"Api ini adalah cerminan dari keberanian dan ketakutanmu sendiri. Jika kalian bisa menahan nyala ini tanpa menyerah, maka kalian akan memahami makna sebenarnya dari kekuatan Pilar Api," kata sang kakek.
Rama memejamkan mata, berusaha menenangkan pikirannya. Di dalam pikirannya, ia melihat bayangan dari setiap ketakutan yang pernah ia alami. Ketakutan akan kegagalan, kehilangan, dan ketidakpastian. Ia merasa panas api itu membakar semua emosi ini, membuatnya harus menghadapi dirinya sendiri.
Sari merasakan hal yang sama. Ingatannya tentang ketakutannya di masa lalu berkelebat, membuat jiwanya terbakar dalam lingkaran api ini. Namun, ia tidak ingin menyerah. Ia menggenggam tangannya erat dan memikirkan tujuan perjalanan mereka, yang membuatnya semakin kuat.
Di sisi lain, Jaya tampak lebih tenang. Dengan latihan yang pernah ia jalani, ia sudah terbiasa menghadapi tekanan. Ia mengatur napas, berusaha menyelaraskan diri dengan api yang mengelilinginya, seakan ia adalah bagian dari nyala itu sendiri.
Setelah beberapa saat, api itu perlahan mereda, dan kakek itu menatap mereka dengan tatapan puas. "Kalian telah melewati ujian pertama. Tapi perjalanan belum selesai. Pilar Api berada di jantung gunung ini, dikelilingi oleh lahar yang bergejolak. Kalian harus mencapai puncak dan menemukan kekuatan di sana."
Dengan tubuh yang lelah namun tekad yang kuat, mereka melanjutkan perjalanan. Lereng semakin curam, dan panas semakin menyengat, namun mereka tidak gentar. Saat mencapai kawah, mereka melihat lahar yang memancar, seperti sungai merah menyala. Di tengah-tengah lahar itu, berdiri sebuah pilar api yang memancarkan cahaya oranye terang.
Namun, untuk mencapai Pilar Api, mereka harus menyeberangi lautan lahar. Mereka menyadari bahwa tidak ada jalan lain selain menghadapi panas itu secara langsung.
Rama mengingat kekuatan air yang mereka peroleh dari Pilar Air, dan mencoba memanfaatkan energi tersebut untuk menciptakan semacam perisai pendingin di sekeliling tubuh mereka. Sari dan Jaya mengikutinya, dan mereka pun mulai berjalan perlahan ke arah pilar.
Langkah demi langkah, mereka semakin dekat, tetapi tiba-tiba, lahar di sekeliling mereka bergolak, dan muncul makhluk berbentuk ular naga yang terbuat dari api. Makhluk itu melingkar di atas pilar, seolah melindungi kekuatan tersebut dari siapa pun yang mendekat.
Makhluk api itu menatap mereka dengan mata berkilat, lalu melancarkan serangan dengan semburan api. Rama menggunakan perisai air untuk menahan serangan tersebut, tetapi panasnya masih terasa hingga membakar permukaan kulit mereka.
"Makhluk ini adalah penjaga Pilar Api. Kita harus mengatasi makhluk ini tanpa merusak keseimbangan elemen api," seru Jaya.
Rama kemudian meraih Keris Arjuna dan mencoba berkomunikasi dengan elemen angin yang telah ia kuasai. Dengan lompatan cepat, ia berusaha mendekati naga api tersebut, menghindari semburan apinya dan mencoba menyerang titik-titik lemah di tubuh makhluk tersebut.
Jaya dan Sari bergabung, berusaha mengalihkan perhatian naga api dengan serangan kombinasi. Mereka menggabungkan serangan dari kekuatan air dan angin, menciptakan pusaran angin dingin yang membingungkan naga api tersebut. Dalam kekacauan itu, Rama berhasil menusukkan kerisnya ke pusat energi makhluk tersebut.
Dengan teriakan keras, makhluk api itu berubah menjadi percikan-percikan kecil yang jatuh ke dalam lahar. Setelah makhluk itu lenyap, Pilar Api menyala lebih terang, seolah menerima kehadiran mereka. Rama mengulurkan tangannya, dan ia merasakan panas yang luar biasa merasuk ke tubuhnya. Namun, panas itu bukan lagi membakar, melainkan mengalir dengan lembut, mengisi tubuhnya dengan kekuatan baru.
Kini, mereka berhasil mendapatkan kekuatan Pilar Api, yang membuat tubuh mereka semakin tangguh dan mampu menahan panas yang luar biasa. Perjalanan ini memperkuat tidak hanya fisik, tetapi juga mental mereka. Kekuatan Pilar Api memberikan mereka daya tahan dan semangat yang lebih besar.
Saat mereka menuruni Gunung Berani dengan kekuatan baru, Rama merenung tentang perjalanan mereka. Setiap elemen yang mereka dapatkan tidak hanya menambah kekuatan fisik, tapi juga memberikan pelajaran hidup yang mendalam. Mereka semakin dekat ke puncak dari perjalanan ini, namun juga tahu bahwa rahasia terbesar dunia Nusantara Online mungkin masih tersimpan rapat.
Dengan ketiga Pilar dalam genggaman, mereka kini hanya perlu mencari Pilar terakhir, Pilar Tanah, yang dikatakan terletak di hutan belantara penuh jebakan. Mereka tahu bahwa tantangan berikutnya akan menjadi ujian terbesar, bukan hanya tentang kekuatan, tetapi juga kebijaksanaan dalam menyelaraskan semua elemen.
Di kaki Gunung Berani, Rama, Sari, dan Jaya bersiap menghadapi tantangan akhir mereka dengan tekad baru.
![](https://img.wattpad.com/cover/384503852-288-k281152.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Nusantara Online
FantasíaSeorang pemuda bernama Rama bersama pemain lainnya terjebak dalam permainan virtual bernama Nusantara Online, sebuah dunia maya yang terinspirasi dari budaya dan mitos Indonesia. Dalam upaya untuk keluar, para pemain dihadapkan pada tantangan bertar...