'1' [Keras]

12 2 0
                                    

   

                                  01
                      'Peluk aku, nya'




Kicauan burung mulai terdengar, matahari yang mulai hadir dan bersinar terang mengisi pagi itu.

"Akhh" Ringis seorang gadis berparas cantik namun wajah mulusnya itu harus dihiasi dengan banyak luka lebam.

"Lemah, Nya".

"Hiranya, ayo bangun, kamu kuat".

Dengan tertatih-tatih, Hiranya berjalan untuk membersihkan diri dan mulai menjalani harinya.

Tok tok

"Anya?" Panggil gadis lainnya yang berada didepan kamar Hiranya.

"Ini kak Sera".

Tavisha Anasera Dineshcara, anak sulung sekaligus kakak pertama Hiranya, salah satu orang yang peduli dengannya.

"Nya, jangan buat kakak khawatir, kamu gapapa kan?" Cemas Sera karena adiknya tak kunjung menjawabnya itu.

Ceklek

"Maaf, nya, kakak izin masuk, takut kamu kenapa-napa" Ucap Sera yang langsung melangkah perlahan masuk kedalam kamar itu.

Wangi bunga, khas sekali, menggambarkan seorang Hiranya yang sangat suka dengan bunga.

"Masih sama, gaada yang berubah, nya" Batin Sera.

Ceklek

"K-kak".

Brukh

"HIRANYA!".

Panik, Sera langsung menggendong adiknya yang terkapar tiba-tiba ketika keluar dari kamar mandi.

"Tunggu sebentar, nya! Kakak ambil kompresan sama obat dulu" Dengan terburu-buru, Sera bergegas pergi keluar kamar dan menuju tempat penyimpanan obat-obat.

Ketika sedang dilanda kepanikan, ia berpapasan dengan adik pertamanya yang sedang berjalan menuju dapur dan langkahnya terhenti ketika melihat kakaknya sedang sibuk sendiri.

"Kak, ngapain pagi-pagi buta ngotak ngatuk lemari obat" Tanya anak kedua Dineshcara.

"Gausah banyak tanya, ikut kakak" Setelah sudah menemukan salep dan membuat kompresan untuk adiknya, Sera langsung melangkah menuju kamar Hiranya diikuti gadis tadi.

Dengan telaten, Sera mengompres luka lebam itu pelan-pelan agar adiknya tidak terbangun karena rasa sakit itu.

"Asa gakuat kak, kasian Anya kalo harus begini terus" Lirih kakak kedua Hiranya.

"Kamu kira kakak kuat, sa?".

Renjana Asa Dineshcara, anak kedua Dineshcara, dan tempat keluh kesah Hiranya selain kepada sang langit.

"Jangan merasa paling tersakiti, kalian semua masih mendapatkan peran ibu dihidup kalian kan? Lalu Anya?".

"Kita hanya peran pembantu dikala semua luka yang dia miliki" Suara tegas gadis lain yang tiba-tiba saja berada diantara mereke bertiga.

"Kalau Anya sudah sadar, bilang padaku, aku ingin bicara padanya" Ucap gadis itu sembari menatap sendu Hiranya yang terbaring lemah diranjangnya.

Tidak memedulikan kedua kakaknya, gadis itu lantas melangkah pergi keluar dari sana, sedangkan kedua gadis itu hanya menatap kepergiannya.

Kirana Aswara Dineshcara, anak ketiga Dineshcara, kakak terakhir Hiranya, sekaligus salah satu yang memiliki peran penting dihidup Hiranya.

"Padahal kau sama kuatnya dengan Hiranya, na" Gumam pelan Sera, sangat pelan, namun masih terdengar oleh Asa.

Rasa Dan AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang