Hiraeth ; Zayyan dan Poli Kejiwaan

95 17 9
                                    

Happy Reading ^^

Happy Reading ^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°

°

°

°

°

°

─┉┈◈◉◈┈┉

Pilihannya hanya mengubur lalu tertimbun, atau membiarkannya terbang jauh sampai mengabur

─┉┈◈◉◈┈┉


" Ibu bilang gak baik ngelamun didepan makanan, kak "

Yang ditegur begitu mengangguk, kembali menyuapkan roti berisi selai kacang yang selalu menjadi favoritnya. Tapi sorot matanya masih menyiratkan jelas kebingungan, isi kepalanya sibuk berfikir kesana-kemari.

Sing bahkan sudah selesai dengan sarapan miliknya, menyisakan piring kosong yang tak berniat diisi kembali. Kontras dengan piring lain dihadapan. Piring milik kakaknya masih menyisakan separuh roti yang sebenarnya disajikan dengan ukuran tak seberapa itu.

" Aku mau berhenti kuliah "

Tak ayal satu kalimat sederhana yang keluar dari mulut adiknya membuat Zayyan mengalihkan fokus sepenuhnya pada kenyataan. Melupakan apa yang sebelumnya dipikirkan.

" Coba bilang sekali lagi "

Zayyan tampak marah sekarang, lain dengan Sing yang memancing perkara.

Sing memberi senyum simpul, " Aku mau berhenti kuliah... "

" ....kalo kakak makannya lelet kayak siput gitu "

Zayyan mengerjap bingung, sedetik kemudian tersadar tengah dikerjai begitu melihat Sing tengah menahan tawa. Dengan setengah kesal, Zayyan mencubit lengan adiknya yang kini tertawa terbahak-bahak.

" Kok nyubit ? "

Zayyan mendelik, " Biarin. Suka banget buat kakak jantungan "

" Loh ? Tapi aku bener. Kalo kakak makannya lelet kayak gitu, yang ada sampai aku wisuda nanti, itu sarapannya belum abis-abis "

Yang lebih tua kali ini ikut tertawa tanpa suara mendengar lelucon yang dilontarkan, lalu melanjutkan sarapannya yang tertunda. Kali ini fokus dan makan dengan kecepatan normal.

Zayyan tersenyum kecil ketika sedikit mencuri pandang pada Sang adik. Pada Sing yang tengah diam-diam menghembuskan nafas lega.

Maaf, ungkapnya dalam hati.

Jujur saja, Zayyan merasa bersalah. Adiknya itu selalu tahu detail sekecil apapun dari dirinya. Sing sangat peka bahkan ketika Zayyan tidak peka terhadap dirinya sendiri.

ZALESING ; HIRAETHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang