PART 1

0 0 0
                                    

Ara (POV)

"AAAKKKKHHHH!!!!" Pekik sebuah suara anak kecil yang tak asing, dihadapan gue.

"UNDA! UNDAAAAAAA! AAAKKHHHH!" Pekiknya lagi disertai tangis histerisnya.

Bisa gue lihat dengan jelas, anak itu terus dicambuk tanpa henti oleh pria brengsek yang selama ini ia sebut sebagai 'Ayah'. Gue pun tak bisa berkutik, tubuh ini terasa remuk redam, sakit, dan lemah.

BRAK!
Suara dari tubuh kecilnya yang dilempar hingga mengenai kaki meja, menjadi penutup dari siksaan yang ia terima sedari tadi. Ia terlihat lemas dan tak lagi berdaya bahkan untuk sekedar merangkak mendekati gue.

Terlihat jelas, darah segar mengucur deras dari kepalanya. Beberapa anggota tubuh lainnya pun terlihat membiru akibat bekas pukulan yang sedari tadi ia terima.

"Unda... Nda..." Rintihnya dengan suara lirih lalu segera ia kehilangan kesadarannya.

"EZAAAAAA!!!" Pekik gue tertahan ketika tiba-tiba terbangun dari mimpi buruk yang selalu menghantui dalam beberapa tahun terakhir ini.

"Engh! Bunda! Kenapa? Eza disini." Tanya seorang anak laki-laki berusia 3 tahun yang ikut terbangun mendengar suara teriakan gue.

"Nope! Nggak ada apa-apa, Sayang. Tidur lagi, ya!" Perintah gue, seraya mencium kening dari anak semata wayang gue itu dengan penuh cinta.

Ia pun mengangguk, dan segera melanjutkan tidurnya.

"Fiuh! Lagi-lagi mimpi itu. Ck!" Gumam gue yang kemudian kembali melanjutkan tidur.

~~

Pagi hari dikediaman keluarga Synclair... (Author POV)

"Maaaa! Lihat kacamata Papa, nggak?" Teriak Altair yang duduk diruang tamu.

"Maaaa! Seragam ku mana?" Teriak Al, bocah berusia 7 tahun.

"Maaaa! Kaos kaki Papa dimana?" Teriak El, Papanya Al.

"Bundaaaa! Eza lapar!" Teriak Eza.

"Sebentar ya, sayang!" Jawab Ara.

"Astaga! Para laki-laki dirumah ini nggak bisa apa-apa kah tanpa kita? Ini rumah tiap pagi udah kayak hutan aja, semua laki-laki pada teriak, yang cari inilah, itulah, adaaa aja." Omel Fani yang disambut gelak tawa anak dan menantunya.

"Yaudah sih, Ma. Mama ngomel-ngomel mulu, awas hipertensinya kambuh loh." Ujar Keira, menantunya.

"Udah-udah! Sekarang Mama sama Kak Kei mending samperin mereka semua deh, urusan dapur biar aku yang selesaikan sisanya, sebelum mereka membawa masuk toa masjid kedalam rumah." Ujar Ara.

"Yaudah deh. Jadi kamu lagi 'kan yang siapin semuanya sendiri. Dih, si bapak tua itu ada aja sih yang dicari tiap pagi." Gerutu Fani sebelum meninggalkan dapur.

Sementara Kei dan Ara tertawa mendengar gerutuannya.

"Yaudah, Kakak beresin dua beruang dikamar dulu ya, Ra." Pamit Keira.

"Sana gih! Keburu beruangnya jadi banteng." Canda Ara yang membuat mereka berdua kembali tertawa.

"Hah! Ada aja tiap pagi. Padahal si Bapak tua dan si banteng itu, suami-suami mereka. Genap ya isinya alam ini." Gumam Ara yang kembali meneruskan pekerjaannya didapur.

~~

1 Jam kemudian...

"Morning, Sweety. *cup*" Sapa Altair seraya mengecup kening putri kesayangannya yang masih sibuk menata meja makan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang