ALAMUALAIKUM PARA GIRLS, DIMANAPUN KALIAN BERADA JANGAN LUPA YA! MEMBACA CERITA INI DALAM KEADAAN TENANG
•
•
•
CERITA INI TAK SEISLAMI DAN TAK SESEMPURNA APA YANG KALIAN KIRA.
•
•
BANYAK SEKALI KESALAHAN DALAM ALUR DAN JUGA PENULISAN,SAYA ADALAH MANUSIA YANG MEMILIKI BANYAK KEKURANGAN,DAN KESEMPURNAAN HANYALAH MILIK ALLAH.....
Ziya sedang asyik bermain dengan bayinya, menggoyang-goyangkan mainan berwarna cerah yang mengeluarkan suara "klik-klak" lucu. Sementara itu, Gus Rezi berdiri di sisi, menatap istrinya dengan mata berbinar, tapi Ziya justru mengalihkan pandangan darinya.
"Sayang. Mas. Laper!" seru Gus Rezi dengan suara sedikit mendesak. Ziya menoleh, mengangkat alisnya, "Makan mas, udah ku siapin," jawabnya sambil tersenyum manis. Namun, Gus Rezi tak bisa menyembunyikan harapnya, pupil matanya berharap Ziya bisa lebih peka dengan situasi di sekitarnya.
"Ayok sayang," ajak Gus Rezi, berusaha membujuk. Tapi Ziya hanya menggeleng, sambil mengelus lembut kepala bayinya yang mulai mengantuk. "Kasian dedeknya mas, dia mau bobok. Makan sendiri dulu ya?"
Gus Rezi merasa sedikit kecewa, tapi tak ingin menunjukkan. Tanpa menjawab pertanyaan istrinya, dia melangkah pergi, mendengar suara "klek-klek" dari lantai yang dia injak. Dari belakang ziya membuntuti sang suami dengan membopong izham disertai kain panjang yang membantu ziya menahan berat badan putranya itu.
Muhammad Zaid Izham al-Maliki. Kini menjadi kesayangan kedua keluarga. Dari mata hingga bibir sangat mirip dengan ziya, sementara Gus Rezi hanya kebagian bentuk tubuh dan wajah saja. Kharisma yang
Setelah makan, Gus Rezi melangkah memasuki kamarnya. Melihat keduanya telah tertidur pulas, ingin sekali ia memindahkan bocil baru itu ke kamar yang telah disiapkan untuk sang anak.
"Hm. Bocil baru penguasa kerajaan!" gumamnya, Gus Rezi ikut merebahkan tubuhnya di sisi kanan.
Suara "Waaah..." dari Zaid memecahkan kesunyian siang. Cahaya matahari menerangi kamar, membuat bayangan di dinding semakin jelas. Ziya terjaga dari tidurnya.
"Mas, kenapa Zaid terganggu?" tanya Ziya dengan nada khawatir, alisnya terangkat.
Gus Rezi menjawab dengan kesal, wajahnya merah padam. "Mas tidak suka dia ada di sini! Ini siapa, sudah mengalahkan Mas dan kamu!"
Ziya memandang Gus Rezi dengan sedih. "Kamu yang membuat kok kami yang lupa mas," katanya pelan.
Zaid menangis lebih keras, "Waaaah..." Air matanya mengalir.
"Jangan nangis, bocil!" kata Gus Rezi, mencoba menenangkan.
Ziya menggelengkan kepala dan mengambil popok bayi. Saat Ziya membuka perekat pamper, Zaid membasahi pipi Gus Rezi dengan air pipisnya, "Cipratt!" Gus Rezi meringis.
"Zaid bisa balas ya kamu nak, Mas cuci muka!" tertawa Ziya, matanya berbinar.
Gus Rezi pergi ke toilet dengan langkah "Tap-tap-tap". Setelah selesai, ia melihat Zaid terlelap di kasur, wajahnya tenang.
"Le, mboten angsal nggih pipis teng wajahe abahe, lek ngoten maleh Abah hukum!" kata Gus Rezi pelan, senyum tipis di bibirnya.
Zaid terbangun dan menangis lagi, "Waaaah..." Dari luar kamar, Ziya berteriak, "Mas, kamu apain anakku!" suaranya penuh kekhawatiran.
Akhirnya ziya bisa tenang, kedua bayinya terlelap dalam mimpinya masing-masing.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
GIRLS [END]
Dla nastolatkówDISINILAH PERTEMUAN DARI ZIYA QUROTUL A'YUN. Ziya Qurotul A'yun, seorang perempuan cantik yang mendalami ilmu agama dan juga ketua geng motor, menemukan sahabat sejatinya. Ziya bertemu dengan tiga sosok wanita yang kelak akan menjadi sahabatnya dala...