ALAMUALAIKUM PARA GIRLS, DIMANAPUN KALIAN BERADA JANGAN LUPA YA! MEMBACA CERITA INI DALAM KEADAAN TENANG
•
•
•
CERITA INI TAK SEISLAMI DAN TAK SESEMPURNA APA YANG KALIAN KIRA.
•
•
BANYAK SEKALI KESALAHAN DALAM ALUR DAN JUGA PENULISAN,SAYA ADALAH MANUSIA YANG MEMILIKI BANYAK KEKURANGAN,DAN KESEMPURNAAN HANYALAH MILIK ALLAH.....
Bandara Internasional Juanda, Surabaya, pagi hari pukul 05.00. Cahaya lampu bandara menerangi kesunyian, suara pesawat terdengar jauh. Udara dingin membalut ruang kedatangan yang sepi. Ziya dan Laila menunggu kedatangan Fatimah dengan sabar. Mereka ditemani oleh suami dan anak-anaknya, Gus Rezi, Ustadz Azmi, Zaid, dan Zuan."Udah setengah jam kita nungguin Fatimah, lama banget, Zi..." Laila mengeluh sambil melirik jam tangannya.
Ziya tersenyum. "Yah, salah kamu juga, ngapain buru-buru pergi?"
Sementara itu, Gus Rezi dan Ustadz Azmi sibuk bermain dengan Zaid dan Zuan. Suasana hangat dan penuh kegembiraan.
Laila menatap sekeliling. "Ning, liat deh, pemandangan indah banget."
Ziya melirik Laila. "Punya suami kemana-mana pakai sarung dan topi, ditambah main sama bibit kita."
Ziya tersenyum. "Bibit gak tuh..."
Laila menunggu dengan hati yang berdebar. Matanya terus memandang pintu kedatangan, mencari sosok yang sudah lama tidak terlihat. Tiba-tiba, senyum lebar memenuhi wajahnya. "Akhirnya, Fatimah kembali!" teriaknya dengan gembira.
Ziya, yang berdiri di sebelahnya, mengangguk dengan senyum tipis di bibirnya. "Alhamdulillah," katanya dengan lembut.
Tiba-tiba, seorang perempuan mendekati mereka, mengenakan pakaian serba hitam dengan penutup wajah. Langkahnya lembut, tak terdengar. "Assalamualaikum," katanya sambil menyalami Ziya dan memeluk Laila.
"Fatimah?" Laila bertanya dengan nada penuh harap.
Fatimah mengangguk, mata di balik niqobnya berkilau.
"16 bulan tanpa kamu! Dia tambah berisi ya?" Laila memandang Fatimah dengan rasa ingin tahu.
"Kebalik, kita yang nambah berisi," jawab Ziya dengan senyum sinis.
Laila memegang pergelangan tangan Fatimah. "Gak gitu! Dulu dia kurus..." Suaranya penuh kekaguman.
Fatimah tersenyum, mata di balik niqobnya berbinar.
"Dia tidak tanya saya sehat?" Suaranya sedikit cemburu, matanya memandang Ziya.
Ziya tersenyum. "Jangan cemburu." Suaranya lembut, menenangkan.
Fatimah terharu saat berpelukan dengan Ziya dan Laila. Tak terasa waktu begitu cepat memisahkan, dan juga mempertemukan mereka.
Gus Rezi dan Ustadz Azmi menghampiri istri mereka, masing-masing membawa stroller yang dinaiki Zaid dan Zuan. Mereka berdua tetap diam, namun senyum hangat terukir di wajah mereka.
Fatimah menjatuhkan diri untuk menyapa Zaid dan Zuan. "Ini pasti Gus Zaid sama Zuan ya? MasyaAllah, tampan banget!"
Laila tersenyum. "Iyah, dong! Liat dulu 'bibitnya'."
Laila menatap Ziya dengan tajam. "Maksudnya, bapaknya."
"Yasudah,mari kita pulang ke pesantren," ajak ziya.
Mobil melaju lancar di jalan tol, pemandangan sawah dan gunung memanjakan mata. Gus Rezi mengemudi dengan percaya diri, sementara Ustadz Azmi duduk di sebelahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
GIRLS [END]
Ficção AdolescenteDISINILAH PERTEMUAN DARI ZIYA QUROTUL A'YUN. Ziya Qurotul A'yun, seorang perempuan cantik yang mendalami ilmu agama dan juga ketua geng motor, menemukan sahabat sejatinya. Ziya bertemu dengan tiga sosok wanita yang kelak akan menjadi sahabatnya dala...