O1; a girl who want to live in peace

620 180 24
                                    

"Terima kasih kembali, Kak."

Senyuman manis yang ditunjukkan gadis itu perlahan memudar seiring perginya langkah kaki sang pelanggan terakhir menjauhi area kasir dimana kakinya berpijak sekarang. Helaan nafas kontan tercipta, gadis itu buru-buru menyandarkan tubuh rampingnya seraya mengelap keringat sebulir jagung di pelipis.

Ruangan cafe ini memiliki pendingin, tetapi ia tetap merasakan gerah karena terlalu banyak bergerak melayani pelanggan sedaritadi.

"Luna!" pekik seorang perempuan memanggil namanya, membuat Luna menoleh ke sumber suara. Dari jarak beberapa langkah, perempuan yang mengenakan seragam yang sama dengannya itu tengah berlari menghampirinya.

"Hai? Gimana keadaan dapur?" canda Luna yang dibalas ekspresi cemberut temannya—Dara, sesama pegawai Cozy Bean yang lebih banyak membantu area dapur mempersiapkan makanan ketimbang mengantarkan makanan ke mejanya, padahal Dara berstatus waitress disini—ya tidak apa-apa lah.

"Hari ini rame banget, mantap banget dah pinggang gue rasanya encok!" keluh Dara sambil mengusap pinggangnya sengaja, "Lo sendiri gimana? Keteteran gak ngadepin pembayaran customer? Tadi gue sempet ngintip, gila deh rame bener kek lagi ngantri sembako bansos."

"Enggak," kekeh Luna, ia merasa geli dengan respon lucu Dara, "Gue udah biasa, segini mah belom apa-apa dibanding new year holiday, keinget jari gue sampe kram gara-gara nginput pembayaran non-stop hahah."

"Oh iya juga! New year holiday kemarin sih gila-gilaan banget, untung gak pingsan kita berdua ya." Dara mengangguk-ngangguk membenarkan.

"Enggak apa-apa sih, kerjanya setara gaji, bonusnya banyak jadi hajar aja, kalo pingsan tinggal suruh Mami yang tanggung jawab," sahut Luna yang membuat mereka berdua terbahak, tertawa puas untuk gurauan yang hanya mereka sendiri tahu arti dibaliknya.

Luna pun bersiap-siap membereskan pekerjaannya. Menginput stok barang tersisa yang sudah dilaporkan rekan kerjanya yang lain, lalu menghitung uang omset pendapatan, tak lupa menyelesaikan sistem penjualanan hari itu di komputer.

Setelah memastikan semuanya rapih, Luna beralih pergi menuju ruang belakang dimana loker tempatnya menaruh barang-barang berada. Disana sudah banyak rekan-rekan sesama pegawainya, termasuk Dara yang juga sedang memakai jaket tebal bersiap untuk pulang.

"Luna pulang sama siapa?" tanya Dara tepat di sebelah Luna, "Bareng Mami atau gimana?"

Mami, orang yang sejak tadi mereka sebut-sebut itu keluar dari ruangannya. Wanita paruh baya dengan pakaian modis itu geleng-geleng kepala melihat kelakuan pegawai-pegawai cafe-nya yang sudah ia anggap anak-anaknya sendiri itu.

Ada Adrika, perempuan berusia seperempat abad yang sudah bekerja dengannya sejak lulus SMA, orang yang cukup ramah dan sangat jujur.

Di sebelahnya ada Chan, remaja yang masih duduk di bangku SMA, bekerja disini paruh waktu untuk mengisi jam luangnya.

Ketiga ada Dara, si gadis ceria, supel nan cerewet yang suaranya bisa terdengar sampai ke segala penjuru cafe—saat ini duduk di bangku kuliah sama seperti Luna, tak mengherankan kenapa mereka bisa cepat akrab karena sebaya.

Selanjutnya ada lelaki yang paling dewasa disini, berkepribadian tenang sehingga sering menjadi pemegang tanggung jawab cafe kalau Mami sedang tak ada di tempat, namanya Arya.

Lalu Jana, perempuan manis yang sudah menikah itu juga jadi salah satu dari keluarga Cozy Bean. Beberapa kali suka mengajak anaknya yang masih balita datang kesini untuk meramaikan suasana, beruntung Mami tak protes akan hal itu sebab anak laki-laki Jana tipe yang penurut dan anteng.

Titik JenuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang