Luna tidak tahu pasti, sejak kapan semuanya dimulai. Seingatnya, dari kecil ia sudah hidup tanpa tahu siapa orang tuanya. Luna tidak tahu dan tidak mengenali apa itu perasaan kasih sayang kedua orang tua karena ia memang tidak pernah diberi kesempatan merasakan itu.
Dulunya Luna tinggal bersama keluarga yang merupakan saudara dari ayahnya, sebuah rumah yang bagus dan layak ditinggali, tetapi Luna tak pernah bisa merasakan kehadiran rumah yang sesungguhnya disana.
Sejak kecil Luna terus menerus mendapat perlakuan kurang baik, selalu disuruh melakukan banyak pekerjaan rumah. Mencuci baju, menyetrika, mencuci piring, menyapu, mengepel lantai, hampir semuanya Luna lakukan supaya bisa diberi jatah makan. Kalau Luna tak melakukannya, siap-siap saja perut kecilnya akan kelaparan sampai besok pagi.
Tante Jesi adalah istri dari adik ayahnya, kerjaannya selalu memarahi Luna setiap waktu, menyebut Luna kecil sebagai anak tidak tahu diri yang menumpang tinggal pada keluarganya. Selalu membeda-bedakan perlakuan Luna dengan anak-anaknya, mengutamakan anak-anaknya lebih dulu daripada Luna yang notabene paling kecil diantara mereka.
Luna tak pernah diajak datang ke pesta, tak pernah dibelikan pakaian bagus, tak pernah diberi hadiah atau kue ulang tahun saat umurnya bertambah, tak pernah mendapat sesuatu yang membuat hati kecilnya merasa senang. Semua yang Luna dapat hanya perlakuan tidak menyenangkan, perlakuan yang membuat hatinya sedih sampai-sampai Luna mati rasa dan merasa terbiasa.
Hanya satu yang membuat Luna bersyukur, Om Tian masih sudi menyekolahkannya. Diantara semua anggota keluarganya, Om Tian seorang yang cukup peduli pada Luna. Meski pembawaannya diam tak banyak bicara, Om Tian selalu menyuruh istrinya agar tak menganggu Luna dan sekolahnya, memberi uang saku ke Luna juga ia lakukan walau lelaki itu sepertinya tak tahu kalau uang saku yang ia beri untuk Luna tak pernah sampai ke tangan Luna dulunya.
Tak apa, Luna sudah cukup bersyukur ia tak putus sekolah dulu. Untuk urusan uang jajan, Luna sudah terbiasa mencari sendiri dengan cara membuka les privat atau bahkan menjadi joki tugas anak sekolahnya dulu. Apa pun Luna lakukan supaya ia bisa punya uang yang cukup untuk membeli peralatan sekolahnya.
Ketika Luna beranjak dewasa, tepatnya tiga tahun lalu setelah ia menyelesaikan pendidikan SMA, Luna memutuskan mengambil langkah berani untuk pergi dari rumah tersebut. Meninggalkan segala bentuk kesakitan yang selalu ia dapat sejak kecil, mengabaikan teriakan Tante Jesi yang menyebutnya anak tidak tahu diri.
Luna tidak peduli, dipikirannya ia harus pergi dari sana begitu sudah cukup dewasa. Ia harus melakukan itu kalau ingin hidupnya berubah lebih baik.
Awalnya berat karena Luna tak punya apa-apa, berkali-kali Luna berpindah tempat tinggal karena tak mampu bayar, sampai ia harus menempati kos di daerah pinggir kota yang biaya sewanya lebih murah. Luna juga mencari pekerjaan kesana kesini, berusaha bertahan hidup dengan kemampuannya sendiri.
Kalau ditanya apa Luna tidak punya teman? Mungkin jawabannya iya, sebab tak ada yang ingin berteman dengan orang miskin sepertinya. Belum lagi dulu Luna suka dirumorkan yang tidak-tidak oleh anak Tante Jesi yang memang sengaja ingin membuat Luna dicemooh di tahun-tahun sekolahnya.
Satu tahun luntang-lantung di ibukota, Luna masih punya tekad untuk mengubah hidupnya lebih baik. Ia mencoba peruntungan mengikuti ujian beasiswa di salah satu perguruan tinggi terkenal ibukota, Luna belajar mati-matian, mempersiapkan segala kemampuan terbaiknya untuk bisa masuk kesana.
Nasib baik mulai menghampiri, Luna berhasil masuk ke perguruan tinggi yang ia mau, mendapat beasiswa penuh tanpa mengeluarkan uang sepeser pun. Setelah kuliah, ia mencoba lagi mencari kerja. Mulai dari menjadi pegawai tempat fotokopi sampai bekerja di pet shop karena kebetulan ia menyukai hewan lucu bernama kucing itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Jenuh
Fanfiction[on going] Mikhayla Aluna, sebisa mungkin meneguhkan prinsip 'hidup tenang' dalam menjalani hidupnya. Mengabaikan segala macam bentuk permasalahan atau menghindari semua hal yang dianggap mempersulit sudah ia terapkan sebagai kebiasaan setiap detik...