05

371 55 16
                                        

.
.

بسم الله الرحمن الرحيم♡

Happy Reading♡

Hope enjoy it♡
.
.
.

.......

Enam bulan kemudian....
Di malam hari setelah sholat isya Zeina tidak langsung kembali keasrama, ia melakukan simaan di depan ustadzah salsa.

"wa lâ 'alalladzîna idzâ mâ atauka litaḫmilahum qulta lâ ajidu mâ aḫmilukum 'alaihi tawallaw wa a'yunuhum tafîdlu minad-dam'i ḫazanan allâ yajidû mâ yunfiqûn, shadaqallahuladzim" berkat kerjakerasnya kini Zeina berhasil menghafal 10 juz dalam waktu 6 bulan.

"Maa syaa Allah Na, kamu hebat baru 6 bulan disini, tapi kamu berhasil menghafal alqur'an sebanyak 10 juz, ustadzah bangga sama kamu sayang" ujarnya sembari tersenyum bangga.

"Alhamdulillah ini semua juga berkat ustadzah yang sudah membantu Ayna dalam menghafalnya"

"Maa syaa Allah, semangat terus dalam menghafalnya yaa dan jangan lupa niatkan semuanya karena Allah. Hafalan itu bukan hanya soal jumlah ayat yang kita hafal, tapi juga tentang pengamalan dari ayat-ayat yang sudah kita hafal"

"Na'am ustadzah, terimakasih atas segala motivasi yang sudah ustadzah berikan kepada Ayna, doakan Ayna semoga bisa khatam yah ustadzah"

"Aamiin sayang, ustadzah yakin kamu pasti bisa, pokonya jangan pernah lupa untuk melibatkana Allah dalam segala hal ya sayang, ustadzah pamit ya karena masih ada urusan yang harus di selesaikan"

"Na'am, fi amanillah ustadzah" ustadzah Salsa pun mengangguk.

"Kalo begitu ustadzah duluan ya, assalamualaikum"

"Waalaikumussalam"

Ayna berdiri sejenak, memandangi langkah ustadzah Salsa yang perlahan menjauh. Hatinya terasa lebih ringan, seperti ada kekuatan baru yang diberikan oleh setiap nasihat dan doa ustadzah.

"Semoga Ayna bisa mencapainya sebelum kelulusan tiba, aamiin" bisiknya dalam hati.

"Keknya ke taman enak deh" lanjutnya.

Ia perlahan berjalan ke arah taman, Malam itu, udara cukup sejuk dan tenang, hanya terdengar desiran angin dan suara gemericik air dari sebuah kolam ikan, lalu duduk di bangku kayu gazebo, yang pertama kali ia bertemu dengan seseorang yang memotivasinya.

Di bawah sinar rembulan, pikirannya melayang. Ia teringat dengan seseorang itu karena pertemuan mereka menjadi pertemuan pertama dan terakhir bagi keduanya.

Tetapi Meskipun pertemuan itu hanya sekejap, nasihat orang itu tetap menjadi dorongan dalam langkah Zeina. "Semoga aku bisa bertemu kakak itu lagi," bisiknya, menatap rembulan yang bersinar terang.

.....

Dilain tempat semua santri tengah berkumpul di aula pesantren untuk menyambut kedatangan anak kyai dari pemilik ponpes.

"Kak, Ayna kemana yah?" Tanya Arisha dengan sedikit nada khawatir.

"Gatau, mungkin masih simaan sama ustadzah Salsa di masjid"

"Masa sih kak, tapi tadi aku liat, ustadzah Salsa lagi bantuin para asatidzah buat makanan deh di dapur"

"Mungkin Aynanya masih ada kerjaan" jawab Arsyila mencoba menenangkan Arisha. Arisha pun hanya mengangguk.

....

Masih di tempat yang sama Zeina duduk termenung di bangku kayu gazebo, matanya terpokus ke salah satu bunga yang tak jauh darinya, ketika ia berjalan menghampiri bunga itu tiba tiba seorang laki-laki berlari ke arahnya dan meraih bahu Zeina menariknya kedalam dekapan.

"Kak, Izam rindu kaka, kaka kemana aja"

Zeina membeku. Tubuhnya kaku seperti batu, otaknya mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. Hatinya berdegup keras, dan wajahnya memerah menahan malu serta keterkejutan. Ia ingin mengatakan sesuatu, tapi lidahnya terasa kelu.

"Zaidan.." teriak kyai dengan amarah yang hampir meluap. Dengan cepat dia melepaskan pelukannya, tetapi semuanya sudah terlambat.

Zeina hanya menundukan kepala, ia merasa malu karena dirinya yang sudah di peluk oleh seseorang yang bukan mahramnya. Abah kyai berjalan mendekat, sorot matanya bercampur amarah dan luka.

Plak!

Satu tamparan berhasil lolos di pipi milik Zaidan.

"Ini yang kamu dapatkan selama belajar di luar negri" ujarnya dengan nada marah yang menggebu-gebu.

"Aba, maafkan Zaidan, Zaidan khil-" ujarnya dengan nada rendah dan bergetar.

"Diam!" Potong abah kyai dengan suara menggelegar. "Kau pikir dengan permintaan maaf saja cukup? Kau pikir ucapan khilaf bisa menghapus apa yang baru saja terjadi? Kau tahu, Zaidan? Umimu dan semua santri tengah menunggu kedatanganmu, tetapi kau malah menghadiahi kami dengan perbuatan yang menjijikan seperti ini" ujarnya dengan nada lebih rendah, namun masih penuh penekanan.

Zaidan menggigit bibir bawahnya, ia mau menjelaskan pun rasanya percuma, karena perkataan yang keluar dari mulut sang ayah bagai petir yang menghantam telinganya. Membuatnya terhukum tanpa ampun.

"Aba tidak mau tau kalian harus menikah!"

Deg!

Zeina menggeleng cepat, air mata mengalir deras membasahi pipinya. "Tidakk... Ayna tidak mau... hikss " isaknya ketakutan.

"Aba, Zaidan mohon maafkan Zaidan, Zaidan benar-benar khilaf aba, Zaidan belum siap menikah aba" sanggah Zaidan.

"Siap tidak siap kau harus mempertanggung jawabkan semua ini, Zaidan, ingat kau tidak hanya merusak reputasi keluarga, tetapi kau juga merusak kehormatan seorang perempuan" jelasnya lagi.

"Zeina, kamu boleh kembali ke asrama, dan jangan lupa panggil orang tuamu kemari" lanjutnya dengan nada rendah, Zeina mengangguk dan pergi meninggalkan mereka dengan tangis yang masih membasahi pipinya.

"Dan kamu, lebih baik bersihkan dirimu, setelah itu temui aba diruangan kerja, aba akan memberitahu semua santri untuk membatalkan penyambutannya, assalamualaikum" ujarnya dingin meninggalkan Zaidan seorang diri.

"Ya allah, maafkan hamba, hamba benar-benar khilaf, maaf kan hamba karena nafsu yang menguasai diri hamba mampu merusak kehormatan wanita itu ya allah" lirihnya.

.......





#tbc..

Zeina & Zaidan [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang