22

9.5K 536 61
                                    


Jaemin rasa setelah pulang bertemu dengan Guanlin dan Renjun, Jeno lebih banyak diam. Pria tampan itu akan berbicara secukupnya, lebih banyak waktu untuk bekerja.

Terlebih saat pria tampan itu mengatakan jika ada pekerjaan mendesak di perusahaan, Jeno harus ke sana selama tiga hari.

Pria manis itu tengah merapihkan pakaian Jeno, hanya pria itu yang akan pergi sementara Jaemin tetap tinggal di sini.

Perkataan Jeno tentang dirinya yang mencintai Jeno atau tidak, sebenarnya Jaemin masih bingung. Tak tau perasaan apa yang ada, entah dirinya yang sekedar menyukai Jeno atau mencintainya. Entahlah.

"Na." Pria manis itu tersadar, menatap Jeno bingung.

"Sudah?" Jaemin menggeleng pelan.

"Sebentar." Merapihkan kembali hingga selesai, sementara Jeno duduk di tepi ranjang memainkan ponselnya.

Jeno benar-benar sibuk.

"Nana taruh dekat pintu." Kata Jaemin.

"Terima kasih."

Jaemin merebahkan tubuhnya di atas ranjang, pria manis itu memunggungi Jeno. Berusaha memejamkan mata, enggan memikirkan hal tadi.

Merasakan Jeno memeluknya dari belakang, mengecup leher Jaemin membuat si manis mendesah pelan hingga sedikit memaksa Jaemin untuk menghadap kearahnya. Mencium bibir sang suami dengan tangan yang sibuk mengerayangi tubuh Jaemin.

...

Jaemin membuka mata, pria manis itu menatap sekeliling kamar. Juga sampingnya, ternyata Jeno tak ada.

Beranjak dengan meringis pelan, pria manis itu menatap dirinya di pantulan cermin. Keadaan begitu berantakan, di tambah warna merah pada leher dan area dada nya.

Menghela nafas pelan, Jaemin melangkah kembali untuk membersihkan diri.

Ternyata rumah sepi, mungkin sibuk dengan kegiatan masing-masing begitu dengan Wonbin dan Sungchan.

Orang tuanya sudah pulang kemarin.

"Tuan." Panggil salah satu maid, Jaemin menoleh.

"Sarapannya sudah saya hangatkan." Jaemin mengangguk dan tersenyum.

"Terima kasih, bi." Maid itu mengangguk, belum sempat pergi suara Jaemin yang memanggil membuatnya menoleh.

"Dimana mas Jeno?"

"Ah, tuan Jeno sudah pergi pagi sekali, tuan." Jaemin mengangguk dan kembali mengucapkan terima kasih setelah itu berjalan menuju meja makan untuk sarapan, pria manis itu bahkan diam dan sedikit melamun selama sarapan.

Pria manis itu juga terkekeh pelan, dirinya seperti jalang seperti ini. Setelah di pakai, Jeno langsung pergi tanpa pamit bahkan membangunkannya? Ah, Jaemin benar-benar kesal.

Apa Jeno sudah bosan? Atau tidak mencintai Jaemin lagi karena tau jika Jaemin tak mencintai Jeno juga?

Menghela nafas kasar, pria manis itu bangkit. Tak ingin memikirkan Jeno lagi.

Lagipula pernikahan ini, bukannya berdasarkan atas pelunasan hutang Jaemin pada Jeno? Jika seperti ini, uang yang Jaemin simpan akan di berikan pada Jeno supaya pernikahan ini berakhir.

Jika dirinya hamil pun, Jaemin bisa mengurus sendiri tanpa bantuan Jeno.

Akh! Jaemin kesal sekali. Rasanya mau marah, mau ngamuk.

Mas Jeno | Nomin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang