Ruang rapat di Altar Hub udah kayak kapal pecah. Kertas berserakan di meja, gelas kopi kosong numpuk di pojokan, dan whiteboard penuh coretan ide yang nggak ada ujungnya. Zayn yang lagi selonjoran di kursi, mainin pulpen sambil sesekali melempar komentar iseng.
Di sisi lain Kiara masih berdiri dengan ekspresi serius sambil bolak-balik ngecek catatan di tabletnya. "Zayn, seriuslah dikit," Kiara ngomel sambil melotot ke arahnya.
Zayn cuma nyengir. "Aku serius, Kak. Serius lapar. Udah makan belum, kamu?" Ucap Zayn yang membakukan bahasanya biar Kiara kesal.
Kiara mengerutkan dahinya sambil melipat tangan di dada. "Ini gue bahas booth festival, bukan booth makanan, ah elah!"
Zayn tiba-tiba bangun dari posisi selonjorannya, nyamperin whiteboard dengan semangat. Dia gambar sesuatu yang nggak jelas bentuknya di pojokan papan.
"Yaudah, Ini idenya. Kita bikin booth yang kayak ini LED strip di sepanjang jalan masuk, terus ada logo festival kita yang muter-muter. Pasti pengunjung bakal langsung ngerasa kayak di konser K-pop."
Kiara melirik gambarnya, lalu memutar bola mata. "Lebih mirip ular naga di pesta ulang tahunnya Darren bulan kemaren."
Zayn ketawa lepas. "Makanya gue butuh tim desain buat bikin ini jadi keren, bukan cuma ide doang."
Kiara nyaris membalas, tapi nada santai Zayn bikin dia tersenyum kecil. "Kalau gitu, lo juga jangan cuma modal ide. Besok bantu handle tim desain, ya. Biar gue bisa fokus ngatur rundown."
"Siap, The Kiara," Ucap Zayn sambil hormat.
Kiara muterin bola matanya, rasanya hal sepositif apapun yang datang di hidupnya hari ini tetep nggak bisa ngalahin betapa lelahnya dia buat mikirin semua masalah mulai dari skripsi sampai persoalan Katalis yang masih 10% ini.
"Ki." Kini Zayn memanggil Kiara lagi namun dengan nada yang lebih rendah.
Kiara nggak langsung nyaut karena sibuk buka chat yang nggak penting. "Hmm?"
Zayn nunduk sedikit, tangannya mengetuk-ngetuk meja. "Kok lo nggak penasaran kenapa si Arka ngelirik Nara buat kerja bareng, sih? Gimana kalau dia mikir, 'Oh, Nara kayaknya bisa jadi partner hidup gue'?" Zayn nyengir sambil nunggu reaksi, karena tujuannya hanya satu. Membuat Kiara kesal.
Kiara cuma ngangkat bahu tanpa ngelirik Zayn. "Gue sih nggak masalah. Arka juga punya otak, jadi dia bisa bedain mana yang serius dan mana yang cuma iseng."
Zayn ketawa pelan karena nggak bisa nahan. "Serius? Lo bisa sebaik itu sama Arka? Gue rasa, kalau ada masalah, pasti lo yang repot duluan."
Kiara balas nyengir, nggak terlalu khawatir. "Gue udah biasa. Kalau Arka ribet, gue tinggalin aja. Biasa, kan?"
Zayn cuma ngehela nafasnya, kadang dia nggak ngerti sama Kiara yang sok jadi orang yang punya posisi tinggi di dalam hubungannya, padahal sebenernya semua orang juga tau kalau dia adalah orang yang menyedihkan. Kiara bertingkah seolah dia bakal fine fine aja kalau Arka selingkuh lagi, padahal setiap hal itu terjadi yang kena dampak besarnya selalu Kiara. Mulai dari kesehatan, perubahan sifat, hingga pola hidup yang tiba tiba berantakan. Kiara juga bukan tipe orang yang mau dengerin advice orang, kalau dia mau A ya A nggak ada satu pun orang yang bisa ngubah opini dan keputusannya. Si keras kepala.
Karena hal tadi, Zayn jadi keinget masa masa jaman mahasiswa baru dulu. Dimana tiap kali dia mencoba ajak ngobrol Kiara, dia selalu aja nyari alasan buat ngeluarin senyum tapi menjauh. Zayn nggak pernah nyerah. Dari sekadar ngajak ngobrol, sampe ngikutin Kiara ke berbagai acara cuma buat ngeliatin kalau dia serius. Tapi Kiara, ya Kiara, selalu berusaha jaga jarak. Nggak bisa dipungkiri kalau dulu Zayn pernah punya rasa lebih ke Kiara waktu maba sampai akhirnya Kiara pacaran sama Arka yang buat Zayn capek. Tapi Kiara nggak pernah tau soal itu, sampai hari ini Zayn memberanikan diri buat nanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LAST SEMESTER
General FictionSatu semester lagi dan hidup mereka akan berubah selamanya. Zayn, Kiara, Bram, Nara, dan Darren-kelima mahasiswa ini udah lewatin banyak hal bareng. Tapi, di semester terakhir ini, mereka bakal menghadapi lebih dari sekadar ujian. Konflik, rahasia y...