028. Kangen

1.1K 135 20
                                        

Arsen melirik ponselnya untuk kesekian kalinya malam ini. Mengendarai mobilnya dengan lambat, Arsen berkali-kali melirik ponselnya saat seharian ini tak satu pun pesan atau panggilan masuk ke sana. Padahal biasanya, sesibuk apa pun wanita itu. Dia tidak akan lupa mengabari keadaannya juga menanyakan kabar Arsen.

Arsen berdecak. Untuk kesekian kalinya dia berdecak karna kesal. Padahal jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, apa wanita itu benar-benar sibuk sampai tidak sempat menanyakan kabarnya?

Arsen baru saja hendak memutar stirnya, berbelok sebelum pandangannya jatuh pada seseorang yang melambai-lambai di depan sana. Di depan sebuah mobil yang kap depan mobilnya terbuka dengan asap mengepul di depannya.

Memicingkan matanya guna mempertajam penglihatannya. Arsen mendesah saat tahu jika malam ini satu masalah lain datang padanya. Jadi dia meminggirkan mobilnya, mematikan mobilnya bersamaan dengan itu, pintu mobilnya di ketuk beberapa kali dari luar.

"Pak Arsen?" Pekikkan itu terdengar begitu Arsen membuka kaca jendela mobilnya. Dan benar saja, orang yang berdiri di depan mobilnya itu sejak tadi adalah Marisa. Wanita yang siang tadi ia marahi dan ia minta untuk menyingkir dari hadapannya.

"M-maaf, Pak. Saya kira tadi-"

"Kenapa mobil kamu?" Tanya Arsen, mengabaikan suara wanita yang tergagap itu.

"Mogok, Pak." Cicit Marisa, yang mau tidak mau membuat Arsen keluar dari mobilnya. Dia menutup pintu mobil, membenarkan letak kaca matanya sebelum melepaskan jasnya dan melemparnya begitu saja ke dalam mobil lewat kaca jendela mobilnya.

Kaki bergerak ke arah mobil yang kap bagian depan mobilnya terbuka, dengan asap yang masih keluar dari sana. Selagi kakinya mendekat, tangannya sibuk menggulung lengan kemejanya. Membuat Marisa yang sejak tadi menatapnya pun menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Dia secepat kilat mengekori pria yang awalnya stelannya tampak rapi itu. Namun kini lengan kemejanya telah digulung hingga siku.

"Pak, Bapak nggak perlu-"

Arsen menoleh pada wanita di sampingnya, tatapannya yang tajam seketika menghentikan ucapan wanita itu.

"Masuk ke mobil!" Perintahnya. Yang mau tidak mau membuat Marisa harus menurutinya karna kini tatapan pria di sampingnya itu tampak tak ingin di bantah.

Dia duduk di kursi kemudi, memperhatikan dari tempatnya bagaimana Arsen sibuk membenarkan mobilnya. Entah apa yang pria itu lakukan, namun dari tempatnya saat ini. Marisa tahu jika pria itu tampak berlipat-lipat tampan saat terlihat serius seperti itu.

Marisa menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Sudut bibirnya tertarik ke atas begitu melihat ternyata pria yang awalnya ia kira sulit untuk didekati, nyatanya tidak sesulit itu. Dan mungkin akan ada sedikit cela untuknya untuk membuat pria itu sedikit melirik ke arahnya.

Cukup lama Arsen sibuk dengan kegiatannya, jika dulu ia tidak mengerti soal memperbaiki mobil. Karna di rumahnya semua mobil akan dipastikan kondisinya, Arsen mulai mengerti tentang mobil karna seseorang yang sering mengeluh jika mobilnya sering tidak nyaman.

Bahkan wanita itu sama sepertinya, hanya bisa menggunakan tanpa peduli dengan kondisi kendaraannya. Hingga pada akhirnya, membuat Arsen harus belajar sedikit tentang cara memperbaiki mobil jika waktu-waktu mobil itu mogok.

Akan menggelikan jika mobil wanita itu mogok dan Arsen tidak tahu apa pun tentang semua itu. Tanpa sadar sudut bibir Arsen berkedut menahan senyum. Terutama saat mengingat bagaimana wajah cemberut menatapnya saat ia sedang kesal.

Menoleh ke arah dalam mobil bagian kemudi, Arsen memberi isyarat pada seseorang yang duduk di sana untuk menghidupkannya. Yang langsung dituruti wanita itu tanpa bantahan.

STAY (Titik Henti) (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang