Ch 2

282 0 0
                                    



Dana ingin protes, tapi seolah tak peduli, Max tetap menggendongnya melewati bangunan utama menuju kamar penginapannya, kamar yang tersembunyi di balik jejeran pohon palem. Dana masih tak habis pikir kalau tadi ia berhubungan seks di tengah pantai. Dana bukan wanita liar seperti itu. Apalagi pria itu Max! Pria yang membantunya mengusir mimpi buruk, memiliki senyum seksi dan tubuh yang membuat banyak wanita meneteskan air liur. Sangat sulit dipercaya.

Dana bukan penyuka eksibisionis, baginya, seks itu hal privat. Tapi bersama Max, entah bagaimana Dana tak terlalu mempermasalahkan. Bahkan tadi ia menikmati.

Pasti karena minuman, katanya pada diri sendiri. Karena tingkahnya di pantai tadi sangat bukan dirinya.

Dana harus mengucapkan selamat tinggal pada Max dan mencari cara kabur dari pulau ini.

"Kita perlu mandi," Kata Max. "Bagaimana?"

"Oh, benar. Mandi terdengar menyenangkan." Lalu ucapkan selamat tinggal, Dana!

Max tertawa. "Kupastikan mandi bersama akan terasa sangat menyenangkan, princess. Kau akan segera tahu."

Max menurunkan Dana sehingga ia bisa berdiri. Tapi selanjutnya, Max hendak melepaskan handuk yang menutupi tubuhnya, Dana segera mencengkeram ujung kain tebal itu dengan erat.

Max menangkup dagu Dana, mengangkat sedikit sehingga Dana mendongak. "Malu karena tadi, princess? Seks di tempat terbuka?" Selidiknya. "Tak perlu. Karena pertama, tak ada yang memperhatikan kita. Mereka terlalu sibuk dengan urusan masing-masing. Kedua, kau menikmatinya jadi tak perlu merasa buruk karenanya. Dan kuharap kau bisa menikmati lebih banyak lagi sebelum liburan ini berakhir."

Max mencium bibir Dana dengan tekanan lembut. Ciuman manis.

Tapi dalam hitungan detik, ciuman berubah panas saat Max mulai menjulurkan lidahnya, menerobos masuk melewati bibir Dana yang terbuka, tangan pria itu mencengkeram rambut Dana, menarik ke depan sehingga kepala mereka semakin dekat.

Max menjilati rongga pipinya, menggesek langit-langit mulutnya, menarik lidah Dana keluar dan menghisap. Max seperti pria yang kelaparan.

Selanjutnya, Max menarik handuk Dana hingga terlepas, lalu tubuh telanjang Dana menempel ke tubuh pria itu. Pada saat bersamaan, tangan pria itu memijat gundukan pantat Dana, memisahkan kedua gundukan empuk itu sementara satu jarinya menekan lubang sempit disana. Dana tersentak, tapi Max langsung menggigit tipis lidah Dana, menahan agar tubuh mereka tetap menempel.

Lalu Max menggeser bibirnya, beralih mencium pipi Dana.

"Katakan kalau memang ini tak membuatmu terangsang, princess. Aku yakin Greg sialan itu tak pernah menyetubuhi pantatmu, dan aku berani bertaruh pria lain juga tidak." Tangan Max berpindah, dua jarinya menggesek celah vaginanya dengan gerakan lembut. "Jangan kabur. Manfaatkan liburan ini dan rasakan seberapa indah musik yang bisa kita buat bersama."

Oke. Semudah itu Dana memutuskan tidak jadi pergi. Karena detik ini, ia tak yakin bisa bergerak, bahkan selangkah pun.

"A-aku..." Dana menelan ludah, menghirup napas dalam dan mulai berkata lagi, "Nanti malam, ada jadwal makan malam. Bersama pasangan. Dan.. you know."

"Sudah beres." Max menatapnya intens. "Kau takkan melakukan 'you know' dengan pria lain selain diriku. Aku janji. Tapi sekarang, kita harus mandi."

Dana merasa dikendalikan kekuatan tak kasat mata, seakan ia tak punya kuasa untuk menolak. Ia mengangguk dan mengikut Max memasuki kamar mandi terbesar yang pernah ia jumpai.

Dindingnya seperti terbuat dari bebatuan asli dengan pancuran. Terdapat seperti bangku di tiga sudut. Saat Max memutar tombol di dinding, kabut basah tercipta dari tiap sisi. Kabut air yang mirip embun pagi tapi lebih deras.

Dana menatap Max yang sudah telanjang, tubuh seksi penuh otot dan liat, dada bidang yang basah dan terdapat air mengalir karena kabut, perut rata kotak-kotak yang terlihat lezat, lalu paha pria itu, tampak kokoh hingga ia yakin Max sering menghabiskan waktu berjam-jam di gym.

Satu kata yang terlintas di otak Dana untuk menggambarkan Max, yaitu WOW!

Tapi yang paling menarik perhatian dari semuanya ada di antara paha pria itu. Batang Max berdiri tegak, terlihat tebal, besar dan bengkak. Mengingat monster itu memasuki tubuhnya beberapa saat lalu, Dana merasakan inti tubuhnya berdenyut. Dana takkan percaya kalau Max muat di vaginanya kalau tak mengalami sendiri. Dan sekarang, Dana mendambakan penis berukuran monster itu memasukinya lagi.

Pasti karena tempat ini. Lalu minuman tadi.

Max mengangkat tubuh Dana sehingga duduk di atas salah satu bangku—bangku yang posisinya agak tinggi, lalu Max mencium lutut dan paha Dana sambil memosisikan Dana di bangku tersebut.

"Sangat cantik." Pujinya. Suara pria itu kental penuh hasrat. "Aku ingin melihatmu. Tiap inci dari tubuhmu." Max mendongak, matanya mengunci. "Jangan panik, princess, aku takkan membiarkanmu jatuh." Max membuka panel tersembunyi di dinding dan mengambil sepasang borgol.

Dana mencoba menjauh sambil menjerit kecil. "Dengar, Max, aku tak pernah... maksudku..."

Max mencium perut Dana dengan bibir terbuka, menghisap kecil daging disana, lalu mendongak menatap Dana. "Hanya agar kau tak jatuh. Aku janji. Kapanpun kau ingin borgol terlepas, cukup katakan padaku." Max mengecup bibir Dana. "Rasakan dulu, kau mungkin menyukai sensasinya. Setelah mengunci kedua tanganmu, aku memakan vagina kecilmu, menghisap kuat hingga kau menjerit-jerit. Percaya padaku, oke?"

Dan Dana mempercayai pria itu. Karena pria itu Max.

Lalu Max memborgol masing-masing tangan Dana dan mengamankan keduanya ke kaitan di atas.

"Sekarang," Mata Max berkilat. "Kita lihat apa yang ada disini." Max menggesek jarinya naik turun di celah Dana. "Aku suka vagina mulus seperti ini, princess. Bibir vaginamu jadi sangat tembam dan klitoris kecilmu mengintip sangat seksi. Rentangkan kakimu, princess, jadi aku bisa melihat lebih jelas."

***

Lengkapnya ada di KK atau NBJ

PDF 118 halaman atau lebih dari 10,1 rb kata.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Liburan panasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang