Ruka tidak terlalu yakin bagaimana ceritanya dia bisa berada dalam posisi ini sekarang.
Ketika dia terbangun, yang pertama dia dengar adalah suara percakapan dari film yang terputar. Lalu wajahnya terasa seperti terkena helai-helai rambut yang menggelitik. Dan saat dia membuka mata, dia melihat kepala berambut hitam berkilau dekat sekali dengan dirinya. Hal yang kemudian dia sadari adalah tangannya kini melingkari pinggang seorang gadis dari belakang.
Gadis itu, Pharita.
Setelah siang tadi Ruka bertemu dengan kakek calon istrinya itu dan berakhir mendapat kenang-kenangan benjolan di dahi akibat getokan tongkat ajaib Sang Kaundra, mereka berdua berniat mendiskusikan rencana mereka ke depannya sebab ucapan Ruka yang ingin segera meminang Pharita. Maka Ruka mengajak Pharita untuk singgah sebentar di vilanya. Namun, Ruka dan Pharita berakhir menonton film dan ketiduran sampai hari mulai gelap.
Tentu awalnya Pharita begitu marah kepada Ruka karena seenak jidat berucap tanpa berpikir lebih dulu. Apalagi kepada Kaundra. Si kakeknya Pharita itu akan langsung memegang kalimat pertama yang keluar dari mulut seseorang. Jadi, Ruka berkewajiban membuktikan kata-katanya yang ingin segera menikahi Pharita.
Tetapi itu, nanti saja dulu. Ruka kini memilih kembali mendekatkan wajahnya ke sosok di dekapannya yang masih terlelap.
Dengan sedikit berani, Ruka membenahi helaian rambut Pharita yang menutupi leher jenjangnya. Mencuri-curi sedikit pula, Ruka mengendus dalam aroma memabukkan yang menguar, meski bibir tipisnya juga gatal sekali ingin mengecup leher putih mulus itu.
Dia tidak berpikir jika akan secepat ini tidur dengan Pharita. Baginya ini terlalu cepat. Tapi nyaman. Tapi terlalu cepat. Tapi ini tidak disengaja.
Dari sore hingga malam menjelang, Ruka hanya menonton bersama Pharita di vilanya setelah sesi merengeknya sebab dahinya sakit serta kemerahan dan dia ketiduran di tengah film. Mungkin Pharita tetap lanjut menonton dan berakhir ketiduran juga.
Ruka menatapi film yang masih beputar di TV. Sekarang sudah malam. Lalu manusia kukang itu mencari posisi aman untuk beranjak perlahan-lahan agar Pharita tidak terbangun.
Sekuat apapun dia berusaha, pada akhirnya Pharita tetap terbangun ketika Ruka hendak beranjak dari sofa.
Gadis itu bergumam seperti orang mengantuk sekaligus menyipitkan matanya menatap Ruka. “Oh… hmm… idola gue udah bangun…” ujarnya dengan suara pelan yang berat, kentara masih mengantuk. Kemudian dia menatap ke arah TV yang masih menyala. “Jam berapa sekarang.”
“Tujuh lewat.” Ruka berdiri. Padahal tadi dia berniat memuja wajah terlelap Pharita yang begitu manis.
“Lanjut tidur lagi aja, yuk.” Ujar Pharita dengan kelopak mata yang masih lengket. Seolah sebentar lagi dia bisa kembali tidur.
Ruka tersenyum kecil melihatnya. “Tidur lagi aja.” Ucapnya, menarik selimut untuk menutupi tubuh Pharita. Dia juga baru tersadar jika selimut itu tidak ada saat malam. Mungkin Pharita yang membawakan selimut itu kepadanya saat dia ketiduran di sofa.
“Ruka…”
“Iya?”
“Tapi laper…”
Ruka terkekeh sebentar, tapi kemudian mengangguk. “Iya, ntar gue masakin. Gue cek dulu isi kulkas ada yang bisa dimasak apa enggak.”
Kemudian Pharita kembali menutup mata. Ruka pun beranjak ke kamar mandi untuk cuci muka sebelum memasak.
Ruka menyiapkan beberapa bahan yang ada, seadanya, untungnya ada beberapa butir telur, sosis serta daginh. Ketika dia sedang mengaduk telur dalam mangkuk, tiba-tiba ada suara yang menyapa. “Hai. Masak apa lo?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Unintentionally Yours
FanfictionKita ada karena aku dan kamu disatukan oleh semesta. Secara kebetulan? Atau memang sudah ketetapan Tuhan? Tetapi perlu diketahui, ketidaksengajaan yang sengaja semesta mainkan, tidak akan pernah salah sasaran.