11

14 5 0
                                    

         Disini lah Samuel, ia berada di depan pintu Kamar Julian. Mengetuk pintu sebelum memasuki Kamar itu.

Tok
Tok
Tok

"Julian, abang masuk ya" Ucap nya meminta izin.

"Iya bang masuk aja!" Mendengar hal itu ia pun segera membuka pintu kamar itu dan memasuki kamar. Tak lupa mengunci pintu nya juga.

"Kenapa bang sam? Tumben masuk kamar lian" tanya nya.

"Gapapa , lagi mau aja" Samuel melihat lihat sekeliling Kamar Julian. Hingga ia menemukan sebuah bingkai foto yang terlihat rapih dan bersih.

Ia mendekati Bingkai foto itu dan melihat foto yang ada di sana. Ia tersenyum lalu melihat ke arah Julian.

"Ini waktu kita pergi ke pantai itu ya?" Ucap nya.

Julian yang penasaran dengan apa yang di liat sang abang pun mendekati nya.

"Iya, waktu itu ayah ada foto kita jadi Gue cetak dan bikin bingkai" Ucap nya.

"Ini juga waktu kita rayain Natal tahun lalu kan?" Tanya nya lagi.

Julian mengangguk, ia memang suka mencetak foto kebersamaan bersama keluarga nya. Menurut nya itu adalah kenangan yang tak akan terulang lagi, dan ia akan berusaha untuk selalu mengingat kejadian Indah tersebut.

Samuel masih lanjut melihat lihat koleksi bingkai foto julian. Sampai ia melihat satu bingkai foto.

Berisi foto sang bunda yang sedang tersenyum lebar bersama ia dan saudara nya yang lain. Melihat itu Samuel menjadi sedih ia jadi merindukan sang bunda.

Melihat Samuel yang terdiam, Julian melihat apa yang di perhatikan oleh Samuel. Oh ternyata foto sang bunda dengan diri nya dan saudara nya.

Ia dapat melihat ekspresi sedih dari Samuel. Julian yang menyadari nya pun memeluk Samuel. Ia jadi merasa bersalah kembali rasa nya.

"Bang El kangen Bunda ya? Juju juga kok" Ucap nya sembari memeluk Samuel dari belakang. Jangan heran kalo Julian kadang memakai panggilan masa kecil mereka. Ia hanya memakai nya kalo di saat seperti ini.

"Bang El Gapapa kah? Kalo bang El mau Bingkai foto itu Bang El bisa ambil kok" Ucap nya lagi.

Samuel tetap terdiam mengingat masa masa sulit itu dan tak lama memeluk sang adik. Rasa nya ia ingin menangis mengingat masa masa itu. Kehilangan sang Bunda dan bertemu wanita sialan tak tau diri. Ia harus bisa menjadi yang tertua dan mengurus semua adik nya.

Semenjak kejadian itu ia berpikir harus selalu menjadi yang sempurna untuk adik adik nya. Ia harus bisa membantu sang ayah mengurus adik adik nya. Karena sang ayah juga pasti lelah dengan perkerjaan nya.

Padahal waktu itu ia juga tetap lah anak kecil yang butuh bimbingan da bantuan oleh orang dewasa. Ia masih rapuh dan tak tau banyak hal. Saat SMP Ia sering kali pergi ke makam sang ibu hanya untuk Menangis dan menceritakan keluh kesah nya.

Ia selalu merasa bahwa kalo Ia terlihat rapuh dan lemah siapa yang akan menjadi andalan untuk menjaga adik adik nya? Siapa yang akan menjadi sosok panutan yang kuat dan bisa di andalkan?.

Tetapi Pada saat itu sang bunda masuk kedalam mimpi nya. Menyadarkan nya bahwa Ia tak seharusnya seperti itu, sang bunda Benar benar mendengar kan nya. Sang bunda berkata bahwa ia juga bisa bersender kepada saudara nya. Ia tak selama nya harus terlihat kuat, Tak apa menunjukkan bahwa ia rapuh dan ingin menangis. Itu tidak akan membuat nya menjadi sosok yang lemah dan tidak berguna.

Flasback

Samuel terbangun di tempat yang gelap dan hanya ada satu taman di sana. Terlihat ada satu perempuan yang sedang menaiki ayunan sembari melihat kearah nya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 14 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Alkaezar daily lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang