3. Basket

670 101 19
                                    

Author POV

Di kantin sekolah, Siska dan Gebi duduk di meja, berbicara sambil makan siang. Gebi terlihat gugup, memikirkan cara untuk mengajak Maria menonton pertandingan basketnya.

Siska tersenyum jahil, mengaduk jusnya.

"Jadi, lu masih nggak berani ngajak Maria nonton turnamen besok? C’mon, Geb. Kalau nggak sekarang, kapan lagi?"

Gebi tersipu, memainkan sendoknya.

"Ya gimana, Sis. Gue takut dia nolak, atau malah makin canggung."

Siska nyengir, mencondongkan tubuh ke depan.

"Kalau dia nolak, setidaknya lu udah nyoba. Tapi gue rasa dia nggak bakal nolak sih. Dia aslinya pedulian, kok. Paling cuma gengsi."

Gebi menatap Siska dengan ragu.

"Lu yakin? Kalau dia gak datang, gimana?"

Siska santai, mengangkat bahu.

"Kalau dia nggak datang, lu tetap main buat menang, kan? Tapi gue yakin dia bakal datang, asal lu ngajaknya nggak terlalu maksa."

Saat itu Maria masuk ke kantin, membawa nampan makan siangnya.
Siska melihat itu lalu menatap Gebi dan berkata.

"Nah kebetulan orangnya dateng~"

Gebi yang mengerti maksud Siska pun menoleh ke belakang, dia melihat Maria yang sedang berjalan mencari tempat duduk.

Siska langsung melambai, memanggil Maria untuk bergabung.

"Maria! Sini duduk bareng kami!" Sahut Siska dengan semangat.

"Eh si anjir! malah dipanggil gak tuh!" Ujar Gebi menepok jidatnya.

Maria terlihat ragu, tapi akhirnya mendekat dan duduk di sebelah Siska, berhadapan dengan Gebi.

"Kalian lagi ngobrolin apa?" Tanya Maria.

Siska berlagak santai, melirik ke Gebi.

"Oh, cuma ngomongin turnamen basket besok. Gebi bakal main di final. Kamu tau kan?" Tanya Siska ke Maria.

Maria mengangguk kecil, berusaha tetap tenang.

"Iya, aku dengar dari teman-teman kelas. Selamat ya Gebi." Ujar Maria singkat.

Gebi yang mendengar itu sedikit tersipu, menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

"Makasih, Mar. Tapi bakal lebih seru kalau kamu yang nonton." Ujar Gebi secara langsung.

Gebi biasanya bakalan gengsi untuk bilang begini ke orang lain, tapi tidak untuk Maria. Hanya Maria yang pengecualian baginya.

Maria terkejut, sedikit menghindari tatapan Gebi.

"Aku? Kenapa aku?" Tanyanya kebingungan.

Gebi berusaha terdengar santai, meski jelas gugup.

"Y- ya… aku cuma pengen ada orang yang aku kenal di sana. Nggak ada salahnya, kan?" Ujar Gebi dengan wajah merona dia juga malu mengatakan hal yang geli untuk didengar.

"Betul tuh. Lagi pula, dukungan dari teman sebangku pasti bikin mainnya tambah semangat." Siska menimpali dengan nada menggoda sambil melirik ke arah Gebi.

Mata Gebi seakan mengatakan 'bacot lu Sis!'

Maria melihat ke arah Siska, lalu kembali menatap Gebi.

"Entahlah… aku nggak tahu bisa atau nggak." Ujar Maria sedikit ragu.

Siska senyum jahil, mencoba meyakinkan Maria. "Udah, nggak usah mikir lama. Paling cuma sejam-dua jam. Lagi pula, ini kan final. Seru lho, apalagi kalau Gebi menang."

Masih Labil (GXG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang