5. Siska

149 48 9
                                    

Author POV

Setelah bel pulang sekolah berbunyi, suasana di kantin sekolah mulai sepi. Di salah satu sudut meja, terdapat Siska yang terlihat sibuk menggoyang-goyangkan botol minumnya sambil menatap Intan yang sedang membaca buku.

Intan tampak serius, tidak peduli pada Siska yang duduk berhadapan dengannya.

"Eh, Tan," Siska memulai, meletakkan botol minumnya dengan bunyi keras di meja.

"Apa?" Sahutnya singkat.

"Besok hari Minggu kan?" Tanya Siska basa-basi.

"Pake nanya. Emang kenapa?" Ujar Intan yang masih membaca buku.

"Besok gue mau nonton bareng Gebi dan Maria. Lu ikut, ya?" Ajaknya.

Intan hanya melirik sekilas.

"Ngapain gue ikut? Bukannya itu urusan kalian bertiga?" jawabnya dingin.

Siska nyengir, tidak menyerah. "Yah, masa gue nonton sendirian di sebelah mereka? Paling mereka asik sendiri. Lu harus jadi penyelamat gue."

Intan mendengus. "Gue gak ada niat jadi penyelamat lu, Sis. Cari orang lain aja."

Siska mendekatkan wajahnya ke arah Intan, membuat gadis itu sedikit mundur. "Ayolah, Tan. Lu kan jarang keluar. Sekali-sekali gak apa-apa."

Intan menutup bukunya dengan kesal.

"Denger ya, gue gak tertarik. Lagi pula gue males jalan sama orang tengil kayak lu kalau ujung-ujungnya gue yang bayarin."

Siska tertawa kecil, seolah tak terganggu oleh penolakan itu.

"Tengil? Wah, lu tuh yang lucu, Tan. Gue tengil ke elu ya karena gue... ah, sudahlah."

"Lu apa?" Intan menyipitkan mata, merasa ada sesuatu di balik kata-kata Siska.

"Karena... gue cuma mau lu gak kesepian. Ayo, please?" Nada suara Siska tiba-tiba lebih lembut, membuat Intan mengangkat alis.

Intan terdiam sejenak. Dalam hatinya, ia tahu Siska memang sering menjahilinya, tapi tidak pernah benar-benar berniat buruk.

"Besok filmnya apa?" tanyanya, akhirnya menyerah.

Siska langsung bersorak.

"Yes! Gue tau lu gak bakal tega nolak gue. Filmnya seru, pokoknya gue jamin lu gak bakal nyesel." Ucap Siska dengan sumringah.

Intan yang melihatnya hanya memutar bola mata dengan malas. Dia heran kenapa Siska selalu mengikutinya kemana-mana dan selalu memaksanya untuk ikut dengannya.

_______________________________________

Keesokan harinya di bioskop, keempatnya sudah berkumpul. Gebi dan Maria berdiri agak di belakang sambil membahas poster film. Siska berjalan di samping Intan, berusaha mengajak bicara, meski Intan hanya menjawab seadanya.

"Eh, Tan, popcorn rasa apa yang lu suka?" tanya Siska, mengambil kesempatan saat di antrean.

"Original. Kenapa? Jangan bilang lu mau traktir, tumben." jawab Intan sinis.

"Ya jelas mau dong! Gue kan aslinya baik banget." Siska tersenyum lebar.

"Jangan deh. Gue bisa bayar sendiri." potong Intan, membuat Siska menghela napas dengan dramatis.

Sementara itu, Gebi yang tak sengaja mendengarkan percakapan itu pun menoleh ke arah mereka berdua.

"Kalian ribut mulu dari tadi. Siska, lu beneran mau traktir kita semua? Fyuh, akhirnya duit gue kali ini gak jadi sasaran lagi." Ucap Gebi dengan lega.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Masih Labil (GXG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang