Ayah Azka seperti apa?
Hanum menatap Andre lama, begitu juga Andre menunggu jawaban dari Hanum. Sebenarnya ia tak ingin menanyakan ini, tapi entah mengapa keluar dari mulutnya.
"..." Hanum pun masih mencari-cari jawaban, atau lebih tepatnya kata-kata yang tepat. Pertanyaan sepele, tapi kalau kamu jadi Hanum apakah kamu juga mudah menjawabnya? Hanum bukannya tidak ingin membahas tentang Rio, tapi Hanum tidak ingin membandingkan atau bahkan menyamakan Rio dan Andre.
"Emm... dia baik...mmm" Jawab Hanum ragu
Andre mengangguk, sementara Hanum kembali mencari-cara jawaban yang tepat.
"Mas mau tau aja bagaimana dia bersikap sebagai ayah Azka." Andre akhirnya menyadari Hanum tidak nyaman dengan pertanyaannya.
Hanum mengangguk,"Waktu itu Azka masih terbilang kecil sih mas, jadi mungkin memori Azka juga tidak terlalu banyak tentang ayahnya."
Andre mengangguk pelan.
"Aku yakin nanti mas punya cara sendiri untuk mendidik Azka dengan baik juga, dan jadi papa yang baik buat Azka."
Andre tersenyum sambil mengangguk, begitu juga Hanum.
"Tapi aku memang galak mas ke Azka, kamu jangan kaget ya."
"Oya? Berarti mas nggak boleh galak ya? Karena galaknya sudah diambil kamu."
Hanum tertawa kecil.
***
"Hanum, besok sepertinya mas nggak bisa cuti. Tadi Gerald telepon, mas harus ikut dia meeting ke Tangerang."
"Oh... gitu, yasudah nggak apa-apa mas, nanti aku saja yang ke sekolah Azka."
"Nanti kalian diantar Yana saja ya ke rumah ibu, terus biar Yana nunggu aja disana sampai kamu pulang lagi."
"Loh nggak usah mas, Yana nyusul kamu ke kantor aja. Kasihan kalau nunggu aku, aku mungkin pulangnya agak siang."
"Jadi Yana nganter aja ke rumah ibu? Terus nanti kamu pulang naik apa?" Tanya Andre.
"He em, nanti pulangnya aku naik kereta aja, kalau dari sana kesini kan sepi, apalagi bukan jam orang kerja."
Andre terdiam dan berpikir sejenak, "Benar nggak apa-apa?"
"Iya nggak apa-apa mas."
"Maaf ya." Andre menghampiri Azka untuk memberitahu kalau dia tidak bisa ikut menghadiri acara di sekolah Azka.
***
Sore itu setelah Hanum berpamitan dengan Azka dan orangtuanya, Hanum kembali pulang, ia membuka pintu rumah yang didalamnya tampak kosong. Andre memang sempat mengiriminya pesan akan pulang malam.
Ia memasuki kamar dan menaruh tasnya dengan malas, namun ia kaget ketika melihat di salah satu dinding kamar terdapat foto pernikahannya dan Andre dengan frame berwarna hitam. Kenapa tiba-tiba ada disana? Kapan sampainya? Pikirnya. Lalu membuka hijabnya dan mengganti pakaiannya, kemudian mengirimkan pesan kepada Andre.
Mas, foto pernikahan kapan sampainya? Bersama dengan pesan itu, ia menambahkan gambar foto pernikahan yang ada di dinding.
Pesannya terkirim namun beberapa saat Andre belum juga membacanya, pikir Hanum mungkin Andre sedang sibuk.
Setelah itu Hanum mengambil air minum dan berjalan ke arah ruang kerja Andre. Ia membuka pintu dan masuk ke dalamnya, lalu berjalan menuju meja kerja Andre. Tampak disana ada laptop, beberapa buku, alat tulis, speaker dan frame foto Andre dan orangtuanya.
Hanum duduk di kursi kerja Andre dan menyandarkan badannya ke belakang, lalu kembali badannya menegak. Ia tampak tertarik dengan laptop Andre, ia membuka laptop Andre yang menampilkan logo user bertuliskan "Owner" disana. Hanum menekan klik di logo itu dan ternyata Andre tidak menguncinya dengan password.
Laptop Andre menampilkan layar utama, disana terpampang foto Andre, Hanum dan Azka yang diambil saat berada di tempat wisata akuarium kemarin. Senyum Hanum mengembang melihatnya, mereka tampak seperti keluarga yang lengkap dan bahagia.
Setelah mengamati beberapa saat Hanum kembali menutup laptop Andre lalu menyandarkan badannya di kursi yang ia duduki. Matanya terasa berat dan rasa kantuk semakin ia rasakan sembari menggoyangkan kursinya pelan, dan akhirnya tertidur.
"Assalamualaikum." Andre membuka pintu utama namun tak ada balasan salamnya. Ia lalu berjalan menuju kamar untuk mencari keberadaan Hanum. Namun tak ia temukan.
"Hanum..." Andre yang melihat pintu ruang kerjanya terbuka saat hendak menuju dapur membalikkan badannya dan masuk ke ruang kerja, terlihat Hanum sedang terlelap di kursi kerjanya.
Andre berjalan menghampiri Hanum yang tertidur dan berdiri di sampingnya. Punggung jari telunjuk Andre mengelus pipi Hanum, berharap Hanum akan terbangun. Hanum pun terbangun dan menengok ke arah Andre.
"Kamu nggak pegel tidur begitu?"
Hanum membenarkan posisi duduk dan mengusap daerah kedua matanya. "Ketiduran aku mas. Mas baru pulang?"
"Iya."
"Sudah makan malam?"
"Sudah, kamu sudah?"
Hanum menggeleng,"Masih kenyang, makanya ngantuk."
"Sekarang laper nggak?"
"...Nggg... nggak terlalu sih."
"Mau makan nggak? Kita pesan aja."
"Nggak ah mas, besok aja, udah malem banget."
Andre mengangguk, lalu mengelus kepala Hanum, "Ya sudah tidur gih kalau ngantuk, besok kamu masih cuti?"
Hanum mengangguk. Andre mengulurkan tangannya untuk diraih Hanum dan membantunya berdiri.
"Mas nggak mau istirahat sekarang?"
"Nanti kayaknya, mas mau mandi terus review hasil rekaman meeting tadi."
Hanum menghela nafas, "Aku bikinin kopi ya." Hanum langsung beranjak keluar karena kesal.
Satu jam kemudian.
Hanum yang tadinya sempat tertidur tiba-tiba terbangun, ia sendirian di kamar itu, pasti Andre masih ada di ruang kerjanya. Kemudian ia bangun dari tempat tidurnya dan berjalan keluar menuju ruang kerja Andre.
Hanum membuka pintu dan tampak Andre berdiri tak jauh dari meja kerjanya sedang menghadap ke jendela, sepertinya ia tengah menekan earphone tanpa kabelnya memastikan apa yang ia dengar lalu tangannya dilipat kedepan.
Hanum mengamati punggung suaminya yang tampak bidang dengan postur tingginya. Ia menghela nafas lembut dan mulai berjalan mendekati Andre. Setelah badannya tepat berada di belakang Andre, kedua tangan Hanum melingkar di sekitar perut Andre dan menyandarkan bagian samping kanan kepalanya di punggung Andre.
Pelukan Hanum membuat Andre sedikit tersentak. Kepalanya menoleh ke kanan namun badannya tidak ikut berbalik, lalu ia melepas earphone di kuping kanannya. Kedua tangan Andre mendekap tangan Hanum lalu menyandarkan belakang kepalanya ke kepala Hanum.
"Kamu belum tidur?" Tanya Andre.
Hanum tidak langsung menjawab, ia meluruskan kepalanya dan mendaratkan kecupan di leher belakang Andre, menghirup aroma tubuh suaminya lalu kembali menyadarkan kepalanya lagi dengan posisi menyamping.
Setelah beberapa saat Andre memutar badannya menghadap Hanum, kedua tangan Hanum ia letakkan di sisi pinggangnya. Ia menatap Hanum yang juga sedang menatapnya, tangan kanannya berada di pinggang Hanum sementara tangan kirinya bergerak ke arah rambut Hanum yang terurai di pundak depan lalu ia betulkan hingga rambut Hanum sepenuhnya terurai di bagian belakang badannya.
"Mas..." tangan Hanum meraih tangan Andre yang berada di pundaknya.
"Aku mau tidur sama kamu..."
Andre tertegun mendengar kalimat dari Hanum.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
TOUCHED (End)
RomanceCerita hanyalah fiktif belaka, jika ada kesamaan nama, kejadian dan tempat maka itu adalah unsur ketidaksengajaan Hanum harus merasakan pahit ditinggalkan oleh suaminya dalam kecelakaan saat pergi bekerja. Bersama dengan anaknya Azka yang baru berum...