Melamun di dalam kelas telah menjadi kebiasaan ku. Memikirkan tentang apa yang akan terjadi berikutnya, menunggu plot twist dari sang penulis takdir, kegiatan konyol seperti ini selalu ku lakukan. Melihat keluar jendela dengan mata penuh kekosongan. Tanpa ku sadari seruan pembawa petaka memanggilku.
"Hei arata! Jangan melamun! Apa kau dengar apa yang bapak sampaikan tadi?"
"Maaf pak!"
Seperti yang ku selalu ku duga melamun benar-benar tidak berguna. Kini aku sadar, terjun di jurang halusinasi lebih berbahaya dari pada ekspektasi, berharap sesuatu menjadi kenyataan malah menjadi bumerang. Dengan se genap tenaga yang ku punya, aku berusaha menggosok lantai ruangan bersih bagai surga, berbau seperti lavender dengan sejuta kuman. Kamar mandi umum memang memuakan. Kencan pertama ku dengan WC mun berlanjut, namun derak kaki dari luar terdengar bagai musik yang merusak telinga ku. Rey manusia popular dengan mulut yang selalu berkicau menghampiri ku.
"Yo! Mulia sekali dirimu ya! Berkorban nyawa demi para siswa dengan bertempur melawan jutaan bakteri haha!" Rey tertawa meledek ku
"Diam kau sialan!" Teriak ku
"Santai arata.. just relax okay? Siapa suruh ngelamun!"
"Tanya dirimu sendiri! Kau kemari cuma untuk meledek ku kan?"
"Apa sih yang kau pikirkan?" Rey bertanya kepada ku
"Cuma satu sih.." jawab ku
"Katakan arata? Apa yang kau pikirkan?"
"Kapan kau mati rey?" Wajah datar ku seakan menambah kesan yang mempertegas jawaban ku
"Kenapa tidak kau duluan saja? Wibu sialan!" Dengan wajah datar dia mencoba meniru ekspresi ku
"Jangan meniru ku. Kau terlihat jelek dengan wajah seperti itu!" Sambil berpaling ku lanjutkan pekerjaan ku
"Cih! Biar ku bersihkan toilet nya, berikan sikat nya arata!" Rey mengulurkan tangan nya
"Bilang aja kau suka sama tai yang ada di kloset!" Ku berikan sikat itu pada arata
"Hah? Tak perlu sungkan biarkan yang mulia ray membantu rakyat jelata yg sedang kesusahan!" Dia melebarkan tangan nya seakan sedang ber khotbah.
"Sialan." Ucap ku
Aku selalu berpikir mengapa diriku selalu tidak bisa lepas dari bayangan nya. Bernafas di udara yang sama membuat ku berkhayal akan begitu dekatnya diriku dengan dirinya, ruangan kelas dengan segala kesamaan di dalamnya sangatlah berbeda, dirinya lah yang membuat perbedaan itu. Pandangan ku selalu tertuju padanya, beberapa saat kemudian jam berdetak dan bel berbunyi dan para murid meninggalkan kelas, dan merupakan pertanda hidup akan terus berjalan dengan cerita yang berbeda-beda. Ku langkahkan kaki ku meninggalkan kelas, memulai cerita ku sendiri tanpa bayang-bayang pelajaran dan ruangan yang terus ku singgahi. Perlahan Ku berjalan mendekati dirinya, semakin dekat dengan penuh kesadaran aku pun menyapanya.
"Yumi!"
"Arata? Ada apa?" Yumi menoleh ke arah ku
"Kau pulang sendirian ya?"
"Ya begitulah. Jangan-jangan kau mau mengajak ku pulang bersama mu? Iya kan arata? Haha.." yumi tertawa, dirinya terlihat sangat anggun di mata ku
"Meskipun begitu kau akan menolak nya kan?"
"Hmmm? Mau berpegangan tangan?" Yumi mengulurkan tangan nya sembari tersenyum
"Berhentilah menggoda ku!" Ntah mengapa wajah ku memerah aku terlalu malu untuk menerima tawarannya
"Hahaha!" Yumi tertawa menyembunyikan bibirnya dengan spontan
"Berikan tangan mu yumi." Ku ulurkan tangan ku padanya
"Hoho..., kau sedang balas dendam ya arata?" Suara ledekan yg khas seakan meledek ku
"Tidak, sekali ku genggam tak akan ku lepas." Tatapan serius ku arahkan padanya
Yumi tertegun wajahnya berubah menjadi lebih cerah, pipi merah merona memancarkan aura cantik yang tiada tara. Mungkin secercah harapan telah muncul di hadapan ku? Atau kah cuma khayalan ku namun aku berharap tangan nya bisa ku genggam, lembut kulit tangan nya menyentuh ku, halus bagai kapas menenangkan jiwa raga dengan segenap keberanian ku lirikan pandangan ku ke arah nya. Tanpa sadar genggam itu menjadi awal mula dari segalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ethereal: 30 Days With You
Romance"Ethereal". Frasa ethereal dalam bahasa Inggris digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang sangat indah, ringan, dan lembut. Kata ini mengacu pada keindahan yang luar biasa indah dan hampir tidak dapat dicapai. sama seperti diri nya yang luar biasa...