Chapter 4: senyuman mu

3 1 0
                                    

Hari kamis yang ku harap terang benderang dengan Matahari pagi yang ku harap bersinar untuk dirinya, tidak terlihat sama sekali. Ku ambil payung ku di samping pintu keluar rumah ku, ku buka pintu dengan perlahan dan tanpa berpaling ku melangkah menuju sekolah, dingin nya pagi dengan rintikan air hujan, serta suara sungai yang mengalir deras seakan menyentuh hati ku. Ku merasa menyatu dengan dengan suasana yg ku rasakan, pikiran dan perasaan ku menjadi tak karuan dan akhirnya diri ku jatuh dalam kehampaan.
"Yo, arata!"
"Ahh yuki! tumben aku bertemu dirimu di sini?"
"Hehe jalan yang biasanya ku lalui di tutup!"
"Ah begitu."
   Di saat pikiran ku mulai terhanyut dalam dunia ku sendiri miyuki menyapaku. Miyuki yang selalu tersenyum dan terlihat sangat ceria setiap hari, sangat membuat ku kagum, dia tidak berubah sama sekali sejak dia berumur 8 tahun. Akari miyuki adalah teman masa kecil ku, ntah mengapa aku bisa berkenalan dengan nya. Yang ku ingat hanyalah hari di mana saat miyuki yang menyeret ku di saat aku bermain dalam imajinasi ku di belakang bangku sekolah dasar.
"Arata apakah kamu sudah sarapan?" Miyuki bertanya padaku
"Sudah." Ekspresi datar tergambar di wajah ku
"Ehh.. kau sama sekali tidak berubah ya? Tapi ya tidak ada yang salah soal itu." Ucapnya sembari tersenyum, miyuki berjalan dan berhenti di depan ku dan berkata:
"Berubah atau tidak nya dirimu tidak masalah bagi ku. Aku akan selalu menemani mu arata!
"Aku bukan lagi bocah yang dulu kau tarik se enak nya miyuki!" Sembari mengusap kepala ku, aku berjalan dan memegang kepala miyuki dan melanjutkan langkah kaki ku
  Kami berdua berjalan dengan payung yang kami genggam saling berdekatan. Tingginya gerbang sekolah sudah terlihat, kami serasa di sambut dan di undang oleh nya untuk masuk ke dalam, kata-kata "sampai jumpa" yang saling bersautan mengakhiri perjalanan ku bersama miyuki. ku berjalan menuju loker ku simpan payung ku di samping rak sepatu. Setelah semuanya selesai ku melanjutkan perjalanan menuju lantai dua tempat kelas ku berada. Miyuki berada di kelas yang berbeda dengan ku. Tanpa sadar ku telah berdiri di depan pintu ruangan kelas ku, ku berjalan menuju meja kesayangan ku, ku tarik kursi dan duduk dengan rapi.

"Arata! Selamat pagi!"
"Selamat pagi yumi."
"Yahh.. matahari yg ku harapkan ternyata tidak muncul ya hari ini?" Yumi tersenyum ke arah ku
"Ya mau gimana lagi kan?" Jawab ku
"Ini arata! Ku kembalikan padamu! Terimakasih arataa!" Yumi memberikan payung yang ku berikan padanya kemarin.
"Tidak masalah, lagi pula aku senang bisa membantu mu! Ah aku juga kecewa matahari tidak menemani kita hari ini. Rasanya hari ini lebih dingin dari biasanya!" Ucapku
"Kau harus mejaga kesehatan mu arata!" Dengan imutnya yumi mengatakan hal itu dengan tangannya yg terlipat ke belakang
"Meskipun hari ini dingin sekali, namun aku tidak kecewa sama sekali!"
"Eh kenapa?" Yumi bertanya padaku
"Karna aku bisa melihat senyuman cantik milik mu itu yumi!." Tanpa sadar aku mengucapkannya hati dan pikiran ku sedikit panik saat ini.
   Wajah yumi mendadak berubah. Wajahnya yang seputih salju tiba-tiba berubah menjadi sedikit kemerahan, dirinya terlihat terdiam dan mengangkat kedua tangan nya, lalu menutupi sebagian mulut nya dan berkata kepada ku.
"Terimakasih arata!"
Jam dinding berdetak begitu kencang, jarum jam berlari dan berputar tak terasa bel pulang berbunyi. Ku ambil sapu yang tertancap kuat di dinding kelas bagian belakang. Ku raih dan langsung ku gunakan goyang kan, debu pun bertebaran melayang di angkasa, jadwal piket yang sebenarnya sangat membosankan bagiku telah menjadi bagian dari kegiatan ku untuk hari ini. Sedikit demi sedikit ruangan kelas bagaikan kapal pecah ini perlahan mulai kembali ke bentuk aslinya. Ku letakan kembali sapu yang telah ku gunakan, dan ku tancapkan kembali ke tempat peristirahatan nya, begitupun dengan diri ku sendiri, aku harus kembali ke tempat asal ku. Rumah dan kamar yang nyaman terbayang di benak ku, seakan mereka memintaku untuk pulang.
Ku berjalan langkah demi langkah. Seperti biasa suasananya tetap sama dengan desir angin lembut dan dingin nya suasana setelah hujan merangkul jiwa ku, bau tanah yang tercium menambah suasana yang sangat tenang bagiku. Ya aku sanget menikmatinya, di sebelah kanan terdapat kolam ikan, terlihat seorang yang sangat tak asing bagi ku. Dia memotong dan meremas remahan roti dan melemparkannya ke air. Ku hampiri dirinya, dengan se genap tekad dan keyakinan ku keluarkan suara ku untuk menyapanya.
"Yumi!"
"Arata! Kebetulan sekali ya!" Dengan senyuman manis nya yumi membalas sapaan ku
"Tidak... Ini bukan kebetulan, aku memang sering lewat sini. Mungkin ini takdir?"
"Ehhh... Kau mencoba merayuku lagi ya arata?" Yumi mengatakan nya dengan nada ejekan
"Bisa jadi?" Ucap ku padanya
"Lihat! Ikan-ikannya makan dengan lahap ya!! Melihat mereka berenang ke sana kemari membuat ku senang sekali. Mereka seakan acuh dengan masalah mereka sendiri iya kan?" Nada suara yumi seketika berubah menjadi pelan dan rendah
"Menurut ku mereka bukan nya tidak memiliki masalah sama sekali. Mereka sampai sekarang tetap berjuang mencari makan, dan hal lain nya yang menjadi masalah mereka bukan?"
"Kau benar arata! Aku bisa mengerti mengapa mereka berenang ke sana kemari tanpa tujuan."
Aku pun memegang kepala yumi dan mengelus nya sembari berkata
"Kau sudah lakukan yang terbaik yumi."
"Kau sungguh luar biasa arata..." Dengan nada yang sangat pelan yumi mengatakan itu.
"Hah? Apa?" Aku bertanya sebari mendekatkan wajah ku ke sebelah kiri kepala yumi. Yumi pun berdiri dan berkata dan membalas ku dengan ekspresi meledek
"Emmm... Bukan apa-apa wlee. Aku duluan ya arata dadah sampai bertemu besok!"
   yumi yang sebelumnya duduk perlahan mulai beranjak dan segera berjalan pergi meninggalkan ku. Pertemuan ku dengan nya hari ini telah usai, aku pun memandangi diri nya, dia yang semakin jauh melangkah membuatku tersadar dia terlalu jauh untuk ku kejar, ku harap dia berbalik dan memperlihatkan senyuman indah nya itu pada ku sekali lagi.

Ethereal: 30 Days With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang