chapter 3: Hujan

3 1 1
                                    


Rabu pagi aku berjalan menyusuri jalan yang sangat tidak asing bagi ku. Dengan pemandangan indah dan suasana cerah membuat semua orang tersenyum, sedikit demi sedikit langkah ku hampir menapaki tempat yang sehari-hari ku datangi. Di perjalanan ke sekolah ku lihat yumi berjalan seorang diri, ku percepat langkah ku, ku gerakan kaki ku menuju sosok anggun yang di selimuti aura tenang nan indah. Ku sapa yumi dengan penuh keyakinan namun ketika hendak ku keluarkan suara ku, keraguan menyelimuti diriku. Awan gelap serta tembok besar Cina serasa menghalangi kata yg hendak keluar dari mulut ku, namun hati ku berkata untuk menerjang halang rintang itu.
"Pa...pa..pagi yumii!"
"Ohh arata! Selamat pagi! Tumben kau datang jam segini" tanya yumi padaku
"Ntah mengapa aku tidak bisa terbangun tepat waktu pagi ini." Jawab ku sembari memegang kepalaku
"Kau mimpi buruk ya arata?"
"Ehhh... Kalo aku mimpi buruk, pasti aku bangun lebih awal!"
"Bukan mimpi buruk ya? Pasti mimpi yang sangat indah ya kan? Enak nya... Andai saja aku bisa hidup di dunia mimpi pasti menyenangkan!" Yumi memandang langit dengan wajah tersenyum
"Khayalan mu sungguh di luar dugaan ku yumi. Namun terkadang hal yang tidak realistis justru lebih indah dari pada kenyataan yang ada"
Setelah itu kami beruda tiba di kelas, ku taruh tas ku dan ku ambil sapu yang tergantung di belakang kelas ku. Aku mulai membersihkan bencana yang ada di kelas ku, ku sapu seluruh debu yang menempel di lantai dan ku buat mereka melayang meninggalkan area suci yang ku sebut ruangan kelas. Setelah itu aku duduk di meja ku sembari menghembuskan nafas yang menandakan usai nya peperangan ku dengan sang monster debu. Ku ambil botol minum ku, dan ku teguk air itu dengan semangat, ku lihat yumi yang kembali dari tempat pemakaman dengan membawa tong sampah yang ia buang. Dia mun duduk di kursi nya, dia melepas ikat rambut yang dia pakai, mata ku terpana melihat begitu cantik dirinya meskipun dari belakang. Yumi melirik kan pandangan nya ke belakang, mata nya melirik ke arah ku. Mata kami saling bertemu dan saling menyapa, aku pun langsung menarik pandangan ku dari nya, namun setelah beberapa saat ku beranikan diri ku melihat nya lagi untu memastikan situasi sudah menjadi aman untuk saat ini. Sekali lagi ku arahkan pandangan ku ke depan alangkah terkejutnya aku, aku melihat hangat nya senyum yumi yang dia arah kan padaku.

Selama jam pelajaran yang telah ku lalaui di dalam kelas aku selalu terbayang akan senyum manis yumi yang kulihat pagi tadi. Pikiran dan hati ku sejalan dan kompak melayang seakan menjauhi bumi menuju menembus galaxy, ku lihat yumi sedang memainkan pensil miliknya dengan sangat anggun, menari nari di atas kertas putih sungguh pemandangan orkestra yang menawan. Tangan kiri nya yang merangkul kedua pipinya seakan menambah kesan anggun di mata ku, ke seriusannya dalam memperhatikan materi yang di berikan sang pembawa ilmu, membuat ku kagum padanya, dia memang wanita yang penuh dengan keistimewaan. Pembelajaran pun terus berlanjut, guru yang awalnya sangat tenang tiba-tiba menunjuk ke arah yumi sambil memberi nya pertanyaan.
"Yumi, can you tell me about what the meaning off ethereal in Indonesia?"
"Yess sir. In Indonesia ethereal adalah frasa bahasa inggris yang berarti sesuatu yang indah, ringan dan hangat" jawab yumi dengan suara lembut
"Good job yumi!"
Mendengar suaranya saat menjawab pertanyaan membuat ku ingin berkata padanya "kerja bagus yumi!" Namun itu semua hanya khayalan belaka bagi ku. Tak terasa waktu cepat berlalu, matahari yang tadinya bagai lampu neon yang bersinar terang di angkasa, kini tertutup gumpalan empuk awan hitam yang menyemuti dirinya. Bel pulang berbunyi, air mengalir desar dari atas awan gelap yang ku lihat saat ini, ku langkah kan kaki ku ke depan pintu keluar sekolah, tak di sangka ku liat yumi yang berdiri di depan pintu, terpenjara oleh kepingan air hujan yang menetes.
"Yumii!" Aku menghampiri dirinya dan menyapa nya
"Arata! Kau belum pulang ya? Huahh hujan nya besar sekali ya!" Ucap yumi sembari melebarkan kedua tangan nya
"Iya, air hujan nya terus menetes ya! Aku harap segera berhenti."
"Arata... Pernah kah kau mandi hujan?" Yumi bertanya kepadaku
"Pernah! Sewaktu aku kecil aku pernah melakukan nya." Jawab ku
"Memandangi air hujan yang menetes dari langit sungguh membuat kita tenang ya!" Yumi berkata sambil menggenggam tas nya
"Rasanya memang menenangkan. Seakan semua beban yang kita pikul selama ini terbawa oleh derasnya air hujan yang mengalir." aku menundukan kepala ku
"Kau benar sekali Arata!" Yumi tersenyum ke arah ku
"Ambilah... Kau mungkin lebih membutuhkan nya dari pada aku!" Aku memberikan payung yang aku gengam kepada yumi
"Tapi? Bagaimana dengan mu?" Yumi bertanya kepada ku
"Ah.. pakailah itu! hujan hanyalah air bagi ku, lagi pula aku memakai jaket" aku menggenggam tangan yumi dan memberikan payung ku dan langsung pergi meninggalkan nya. Di tengah hujan aku berbalik dan berkata kepada yumi
"Sampai besok yumi! Aku ingin melihat sinar terang mentari dengan mu! Pakailah payung ku, aku harap dia akan melindungi diri mu dari air hujan yang akan membuat diri mu kedinginan! Dah"
Aku pun kembali berjalan meninggalkan yumi, tetesan air hujan perlahan membasahi tubuh ku. Di tengah perjalan ku berhenti sejenak, ku pandang gelap nya awan dan ku rasakan rintikan air hujan, dengan tulus ku berharap hujan yang deras ini akan segera berhenti dan ku harap hari esok cuaca kan kembali seperti semula dengan matahari yang bersinar terang, untuk diriku dan untuk dirinya.

Ethereal: 30 Days With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang