.
.
.
.
.
.Ruangan itu besar dan megah, dihiasi rak buku tinggi yang penuh dengan koleksi lama, namun atmosfernya terasa dingin. Hyunsik duduk di kursinya, dengan jas hitam yang mencerminkan wibawa seorang pemimpin dunia gelap.
Namun, ketika Sunghoon masuk, raut wajah Hyunsik sedikit melunak, kontras dengan reputasinya sebagai pria yang kejam dan tanpa ampun.
“Sunghoon,” panggil Hyunsik dengan suara lembut. “Duduklah. Ada yang ingin kau bicarakan?”
Sunghoon melangkah pelan, mengambil tempat di kursi di depan meja besar itu. Ia menarik napas dalam-dalam sebelum berbicara. “Ayah, aku ingin melanjutkan kuliah.”
Hyunsik terdiam sejenak, menatap putranya dengan sorot mata yang tajam namun tidak menghakimi. “Kuliah? Untuk apa?”
“Aku ingin menjadi dokter, Ayah,” jawab Sunghoon mantap. “Itu adalah cita-cita Ibu. Aku ingin mewujudkannya untuknya, dan untuk diriku sendiri.”
Mata Hyunsik sedikit menyipit. Wajahnya tetap tenang, tapi jelas ada konflik di balik pikirannya. “Kau tahu dunia macam apa yang kita jalani, Sunghoon. Dunia ini tidak memberikan ruang untuk mimpi-mimpi mulia seperti itu. Apa kau yakin ini yang benar-benar kau inginkan?”
Sunghoon mengangguk tegas. “Aku yakin, Ayah. Aku tidak ingin terlibat lebih jauh dalam dunia Ayah. Aku tahu Ayah tidak ingin aku lemah, tapi menjadi dokter bukan berarti aku lemah. Aku ingin membuat perubahan, setidaknya untuk diriku sendiri.”
Hyunsik bersandar di kursinya, menatap Sunghoon lama tanpa berbicara. Lalu ia menghela napas, sebuah tindakan yang jarang ia lakukan.
“Sunghoon,” katanya akhirnya, nada suaranya lebih lembut. “Ayah mengerti keinginanmu. Tapi kau hanya memiliki satu ginjal sekarang. Kondisimu lebih rapuh dari sebelumnya. Bagaimana jika sesuatu terjadi padamu? Apa kau pikir aku akan diam saja?”
Sunghoon menunduk sesaat, lalu kembali menatap ayahnya. “Ayah, aku sudah memutuskan. Jay tidak boleh tahu tentang ginjalku. Kalau dia tahu, dia hanya akan semakin memandangku lemah. Aku tidak mau itu.”
Hyunsik terdiam, ekspresinya berubah sedikit tegang. Ia menyandarkan siku ke meja, menyatukan kedua tangannya di depan wajahnya. “Kau ingin aku menyembunyikan sesuatu dari Jay? Kau tahu dia keras kepala, kan? Jika dia tahu kau yang menyelamatkan hidupnya, itu mungkin satu-satunya cara untuk mengubah perasaannya padamu.”
“Tidak,” potong Sunghoon cepat. “Biarkan dia tetap seperti sekarang. Aku tidak peduli bagaimana dia memperlakukanku. Yang penting aku tahu kenapa aku melakukannya. Itu cukup.”
Hyunsik memandang Sunghoon dengan sorot mata yang sulit ditebak. Wajahnya dingin, seperti topeng yang selalu ia kenakan di dunia luar, tapi ada kelembutan samar dalam caranya berbicara. “Kau keras kepala, sama seperti ibumu dulu. Baiklah, jika itu maumu, aku akan menyembunyikannya dari Jay. Tapi kau harus hati-hati, Sunghoon. Dunia luar tidak seaman yang kau pikirkan.”
Sunghoon tersenyum tipis, rasa lega sedikit terlihat di wajahnya. “Terima kasih, Ayah. Aku akan berhati-hati. Dan aku akan membuktikan bahwa aku bisa menjalani hidupku tanpa bergantung pada siapa pun.”
Hyunsik mengangguk perlahan. Saat Sunghoon berdiri untuk pergi, suara Hyunsik kembali terdengar.
“Sunghoon,” panggilnya, membuat langkah Sunghoon terhenti.
Sunghoon menoleh, menatap ayahnya.
“Jika ada satu hal yang perlu kau ingat,” kata Hyunsik dengan nada serius, “kau tetap putraku. Tidak peduli jalan apa yang kau pilih, ayah akan selalu mendukungmu. Tapi ingat juga, Ayah tidak akan segan-segan melindungi mu dengan caraku sendiri, meski itu berarti Ayah harus menghancurkan orang lain.”
KAMU SEDANG MEMBACA
SIBLINGS IN THE DARK UNDERWORLD [ JAYHOON ]
FanfictionJaya tidak pernah melupakan bagaimana menderita nya ibu setelah mengetahui penghianat ayah. Ayah dan wanita itu adalah penyebab kepergian ibu nya. Sampai saat ini, Jay masih menyimpan dendam teramat besar terhadap Ayah dan juga wanita itu. Jay tid...