alvin

114 6 3
                                    

" papa ga mau tau. Kamu tetap harus menggantikan papa. Belajarlah jadi dewasa Alvin. Rapat hari ini harus kamu hadiri."

"Tapi pa, aku ga bisa. Aku mau pergi ke smaku dulu."

"Papa tidak mau tau, kamu tidak ikut papa itu artinya kamu tidak akan memperoleh uang sakumu untuk bulan ini."

Kata kata papanya sukses membungkam mulut Alvin. Alvin terpaksa mengikuti kemauan papanya. Padahal hari ini adalah penerimaan siswa baru untuk ekstrako pks di smanya dulu. Semua senior boleh datang untuk membantu. Dan penerimaan murid baru adalah hal yang menyenangkan karena bisa mengerjai semua junior barunya.

Aku baru menyelesaikan ujian nasional 2 tahun lalu. Tidak bisakah aku menikmati masa kuliahku tanpa diganggu pejerjaan?? Aku masih muda pa. Alvin merutuki papanya dalam hati.

Alvin berjalan mengikuti om Galey kesana kemari, keruang ini keruang itu, menemui inu menemui itu. Dia bosan. Tidak adakah yang bisa menghiburnya untuk saat ini? Dia sendirian didalam kesibukan para orang dewasa ini. Heyy... aku baru 20 tahun dan sudah ditugaskan mengurusi perusahaan? Yang benar saja.

"Al, hari ini ada rapat dengan manager pemasaran. Mau ikut?" Tawar om Galey yang melihat kebosanan pada Alvin.

"Tidak deh om, aku ke kantin saja. Tidak ada gunanya aku hadir dalam rapat itu. Hanya akan mengganggu."

"Kamu yakin? Disana ada banyak orang muda yang sudah bekerja. Usianya tidak terlalu jauh denganmu."

"Hah?? Muda om? Bekerja? Manager? Aku tidak habis fikir."

"Hahahahaha, mereka bukan manager. Mereka hanya membantu sebenarnya digudang pemasaran. Tapi bila ada meeting mereka selalu menghadirinya."

"Mungkin sedikit tidak membosankan. Apa aku bisa ikut??"

"Apa kau meragukan kekuasaan papamu??"

Baiklah, ruangan ini masih sunyi. Belum ada seorangpun kecuali dirinya dan om Galey didalam. Tak lama, satu persatu orang berdatangan. Banyak orang muda berkisaran usianya didalam. Laki-laki dan wanita. Ada juga yang sudah dewasa. 30-an atau 40-an mungkin.

Para manager duduk dibangku mereka masing masing, sementara orang muda yang dibilang om Galey berdiri di belakang para manager. Alvin duduk disebelah om Galey setelah diperkenalkan pada seluruh jiwa yang ada diruangan ini.

Hampir semua para gadis memandangi Alvin. Beberapanya cuek dan bahkan menganggap Alvin hanya angin lalu. Dan Alvin yang merasakannya terasa amat terganggu karena dianggap tidak ada.

Beberapa wanita digodai Alvin dengan mengedipkan mata. Dan yang digoda tersenyum malu malu.

Mata Alvin memperhatikan satu persatu manusia yang ada diruangan itu. Hingga ia bertemu dengan sepasang mata. Mata dari gadis berparas cantik. Hanya saja kecantikannya tertutup dengan sifat dinginnya.

Alvin mendapat ide jahil. Dengan ketampanannya, siapa yang akan
menolaknya?? Pikirnya.

Alvin mengedipkan satu matanya pada gadis itu. Sementara gadis itu hanya menatapnya dingin kemudian memperhatikan presentator. Alvin merasa malu, kejadian langka yang ia temui selama hidupnya.

Bahkan, selama presentasi dia hanya melihat kearah gadis itu dengan harapan bahwa ia akan melihatnya balik. Setidaknya dia tidak akan merasa malu apabila gadis itu menoleh karena merasa terganggu akan tatapan tajamnya. Tapi hasilnya nihil. Bahkan gadis itu sesekali mengajukan pertanyaan yang menandakan bahwa ia sangat fokus dengan presentasi ini.

"Hey Alvin," sebuah tangan mengayunkan pundaknya pelan. "Jangan menatapnya tajam begitu. Kau tidak terlalu jelek, kau bisa mendapatkan wanita lain."

"Om, aku merasa dilecehkan, dia bahkan tidak melihatku sama sekali. Yang benar saja."

"Kau sudah besar. Sudah 20, dan masih bersikap seperti anak smp yang mencari cinta? Sadarlah, tidak lama lagi kau harus memegang anak perusahaan papamu. Belajarlah jadi dewasa."

"Baiklah, akan kutunjukkan padanya seorang Alvin dewasa."

Om Galey hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku Alvin. Seperti anak kecil yang meminta banyak perhatian.

sister??Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang