her name

73 1 3
                                    

Pagi itu Alvin bangun dengan cepat. Pergi kekantor disaat belum ada orang disana. Hanya beberapa satpam dan recepcionist.

"Pagi pak Alvin. Anda datang pagi sekali."

"Selamat pagi Pak Toni. Dan tolong jangan panggil saya dengan sebutan bapak. Saya tidak setua itu pak."

"Baiklah. Ada yang bisa saya bantu?"

"Sepertinya ada pak. Bapak tau tidak ruangan pegawai pemasaran yang masih seumuran saya?"

"Dilantai 3A. Disana kumpulan pegawai pelajar."

"Oh, baiklah. Terimakasih pak."

Alvin segera bergegas ke lantai yang disebutkan oleh satpam tadi.
Tak butuh waktu lama untuk tiba disana karena dia menggunakan lift.

Ada banyak orang seusianya disana. Mungkin hanya berbeda beberapa tahun. Dari wajah dan penampilannya terlihat bahwa mereka masih berstatus mahasiswa.

"Maaf, ada yang bisa saya bantu?" Seseorang menepuk pundak Alvin pelan. Alvin langsung menoleh kearah sumber suara.

"Maaf pak. Saya tidak tahu." Kata seorang gadis yang menepuk pundak Alvin tadi.

"Tidak apa. Oh ya... dan tolong jangan panggil saya dengan sebutan bapak. Saya tidak setua itu." Jawab Alvin

"Hehehe maaf ya. Aku tidak tau. Kamu mau cari siapa?" Tanya gadis itu pada Alvin yang sedari tadi sibuk mencari seseorang.

"Kamu tau cewek yang ....."

Perkataan Alvin terpotong oleh seseorang dengan lawan bicaranya saat ini.

"Lia? Ada yang cariin tuh dibawah."

Ternyata dia. Dia gadis berwajah dingin
Gadis yang sangat manis bila tersenyum. Gadis yang dibantunya beberapa saat lalu.

Lia langsung mengalihkan pembicaraan dan mulai sedikit berbincang dengan gadis itu.

Setelah sedikit berbincang ia pamit pada Alvin lalu pergi meninggalkan ruangan itu.

Gadis itu menatap sekilas kearah Alvin, lalu pergi menuju meja kerjanya.

Apa dia tidak mengenalku? Aku? Yang benar saja. Wajahku ada di spanduk besar didepan kantor. Bisa-bisanya dia tidak melihatku.

Alvin menghampiri gadis itu dimeja kerjanya.

"Maaf, kamu tau gadis yang tadi itu?" Tanya Alvin sedikit berbasa basi.

"Lia maksudnya? Tau. Ada apa?" Jawabnya singkat dan bisa dibilang terkesan cuek.

"Apa kamu teman dekatnya?" Pertanyaan selanjutnya meluncur dari bibir Alvin.

"Rumah kami cukup dekat." Jawabnya dengan singkat padat.

"Boleh minta alamat rumahnya?"

"Buat apa?"

"Ehm.. mm.." alvin kebingungan harus menjawab apa. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Nih..." gadis itu menyerahkan selembar kertas pada Alvin. Ternyata itu adalah alamat Lia. Bahkan tertera nomor telepon rumah disana.

"Terimakasih ya." Kata Alvin sopan.

"Yap... sama sama. Ada lagi yang bisa dibantu?" Gadis itu mulai menghilangkan formalitas diantara mereka.

"Wow... kamu tidak seformal yang terlihat."

"Jadi kau ingin aku terlihat bagaimana?"

"Wow...." alvin takjub melihat gadis didepannya ini. Benar benar tidak seperti yang diduganya.

sister??Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang