khaydila

77 4 6
                                    

Khaydila, siswi yang tengah duduk dibangku kelas xi. Dia cukup terkenal di lingkungan sekolahan. Sifatnya yang supel membuatnya dikenal di kalangan murid maupun guru.

"Pks kelas 2, ...."
Kalimat tegas yang diutarakan rendy selaku ketua pks menyadarkan seluruh anggota untuk berkumpul dilapangan.

"Pks kelas 1, ..."
Semua anggota secepat mungkin membentuk barisan sebelum dihukum oleh ketua galak itu.

Khaydila tentu saja langsung berlari menuju lapangan. Sebagai anggota pks yang baik, ia langsung membentuk barisan.

"Baiklah... hari ini kita kedatangan 3 alumni. Untuk lebih lanjut kakak serahkan alih pada mereka. Silahkan kak." Kata rendy tegas dan sopan.

"Nama saya Livita. Maaf tidak dapat hadir minggu lalu karena kakak sedikit sibuk. Kakak kuliah di salah satu universitas fakultas pertanian. Kakak tamat tahun lalu." Kata salah satu dari mereka.

"Kalau kalian hadir minggu lalu, seharusnya kalian mengenal saya. Kalau tidak, ya saya harus memperkenalkan diri sekali lagi. Saya anika. Kalian bisa panggil saya kak nika. Saya tamat dari sekolah ini 2 tahun yang lalu."

"Baiklah, sepertinya tinggal saya yang belum memperkenalkan diri, saya Alvin Amaron. Kalian bisa panggil Alvin atau Aron. Terserah saja. Saya satu angkatan dengab Anika."

Setelah sesi perkenalan selesai saatnya kembali ke ekstrako yang sebenarnya.
Siswa siswi kelas dua disuruh berbaris didepan siswa siswi kelas satu.
Mereka baris berhadapan yang ditengahnya diisi oleh siswa siswi kleas tiga selaku senior ditambah dengan para alumni.

Para anggota baru disuruh berbagai hal, seperti makan permen dari mulut kemulut, makan biskuit yang sudah dicairkan dengan ludah para senior dan lainnya.

Banyak anggota baru yang mengeluh dan para senior kelas 2 hanya tertawa melihat penderitaan sang junior.

Setelah sesi anggota baru, kini sesi senior kelas 2. Berhubung karena ada alumni yang hadir, maka mereka ditangani oleh alumni.

"Kamu, kamu, kamu, dan kamu" alvin menunjuk mereka satu persatu untuk dipinpin olehnya.

"Ambil barisan dan perkenalkan diri kalian." Seru Alvin tegas.

Khaydila, Danta, Tara dan Theresa berdiri dengan sikap siap sempurna dan memperkenalkan diri mereka masing masing.

"Baiklah, barisan saya ambil alih." Seru Alvin tegas. Ini adalah saat yang paling menyenangkan. Karena dia akan tertawa sepuasnya sehabis ini. Ia membawa mereka berempat ke got didekat tembok sekolah.

"Theresa, sekarang kamu turun ke got itu dan temukan koin yang saya letakkan didalamnya."

"Siap, ia kak." Jawab theresa lesu karena harus berlumpur setelah ini. Belum lagi got itu sangat bau dan kotor.

Setelah mencari lebih dari 10 menit, ia menyerah. "Kak maaf saya tidak bisa menemukannya."

"Saya tidak mau tau, kamu harus menemukannya." Dalam hati Alvin tertawa melihat tingkah juniornya itu.

"Woy, lo bertiga. Jiwakarsa dong." Dan dengan terpaksa ketiga temannya ikut bermain lumpur membantunya. Hingga akhirnya mereka menemukan koin 500 setelah 30 menit bermain lumpur.

Mereka berempat merutuki alumni yang songong belagu tiada tara itu. Hanya koin 500 membuat mereka menjadi sangat bau.

Mereka masih didalam got karena Alvin kekamar mandi sejenak. Dalam keributan mereka berempat, tiba tiba alumni yang namanya Nika datang.
"Kalian ngapain disana? Sudah cepat keluar."
Namun tak satupun dari mereka melangkahkan kakinya.

"Kenapa tidak keluar? Saya ini lebih senior daripada kalian. Cepat keluar!"

Tak ada satupun yang bergerak dari tempatnya. Mereka hanya diam mematung menghadap ke bawah.

"Kalian kira kalian siapa? Saya sudah suruh kalian keluar. Dengarkan saya." Nada bicara nika mulai menaik.

Tiba tiba Alvin datang. "Kalian sedang apa? Berisik sekali. Dan kalian bertiga keluarlah sekarang."

"Apa maksudnya ini? Saya yang suruh kalian tidak laksanakan, giliran Alvin yang suruh kalian kerjakan. Saya juga senior kalian. Saya satu angkatan dengan Alvin. Kalian juga harus menghormati saya." Teriak Nika yang mulai marah.

"Siap, Kak Nika belum ambil alih kak." Jawab salah satu dari keempatnya.

Nika langsung terdiam menyadari kesalahannya dan pergi begitu saja.

Avin membawa mereka kembali kelapangan. Para siswa kelas 1 sudah dibentuk menjadi 3 grup. Satu grup akan dipimpin satu alumni dan beberapa senior kelas 3. Dan yang kelas 2 masih dibawah naungan kelas 3.

"Kamu!" Tunjuk Alvin kearah khaydila.

"Siap, saya kak."

"Ambil alih kelas satu."

Khaydila yang kaget dengan permintaan alumninya itu hanya bisa diam. Sebelumnya dia tidak pernah ambil alih dan tidak tahu apa yang harus dilakukan.

"Kok saya sih kak?"

"Kamu berani membantah saya?"

"Siap, tidak kak."

"Baiklah, barisan saya ambil alih." Seru khaydila dengan suara biasa.

"Bisa tidak kamu berbicara dengan lantang? Kamu itu sudah kelas 2. Masa bicara saja seperti anak tk. Bicaralah yang betul." Terang Alvin tegas.

Ihhh... rese banget sih lo.

"Siap, maaf kak." Kali ini suaranya agak diperbesar.

"Kita mau ngapain kak?"

"Saya tidak tau, kan kamu yang ambil alih."

"Tapi saya ga tau mau ngapain kak."

"Gimana kamu mau dibilang senior kalau ambil alih saja tidak tahu?"

"Baiklah, kita freetime saja."

"Ehh... kenapa freetime?"

"Jadi, kita ngapain kak?"

"Terserah."

"Kalau begitu kita play game saja."

"Saya ada suruh play game?"

"Jadi kita ngapain kak?"

"Terserah."

Urghhhh ini alumni belagak baget sih. Sok senior. Kaya cewe. Terserah terserah, "gigi lo terserah".

"Hah? Apa? Kamu ngelawan saya?? Ambil sikap jongkok kelilingi lapangan"

"Kaaaaakkkk???"

Mau tak mau ia harus mengambil sikap jongkok dan mulai mengelilingi lapangan. Untung sudah sore sehingga hari ini tidak aka terlalu panas untuk berkeringat ditengah lapangan.

"Jiwakarsa" teriak khaydila yang menyebabka seluruh timnya jalan jongkok mengelilingi lapangan.

sister??Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang