Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
"Guru Gabriel, saya menyambut kedatangan Anda kembali. Yang Mulia ada di Aula Whitemoon.”
Mengangguk pelan mendengar kata-kata pendeta, Gabriel bergegas berdiri. Usianya sudah jauh melewati paruh baya, tetapi tidak ada keraguan dalam gerakannya.
Matanya yang penuh dengan api, setajam biasanya.
Mungkin penampilannya yang agak ceria itu adalah hasil dari keberadaan yang di temuinya hari ini.
Dia mulai tidak sabar, meskipun dia sudah menunggu begitu lama.
Langkah kaki Gabriel menuju aula semakin cepat, sampai-sampai dia hampir berlari. Bagi siapapun yang mengenal Gabriel, ini adalah pemandangan yang cukup mengejutkan untuk bisa di saksikan.
Saat gerbang aula Whitemoon mulai terlihat, Gabriel mulai berlari melalui lorong, dan sebelum dia mencapai pintu, pintu itu terbuka dengan mantra sihir.
Gabriel bertemu dengan sosok makhluk dengan rambut merah muda pucat bergelombang yang terurai sampai ke kakinya.
“Yang Mulia!!!”
Gabriel berteriak keras padanya.
Orang yang berdiri di tengah Aula Whitemoon perlahan-lahan berbalik. Kekuatan suci yang meluap mengalir bersamanya saat dia bergerak.
Jumlah kekuatan suci itu begitu besar sehingga bahkan orang biasa pun bisa merasakannya saat mereka mendekat. Kekuatan itu bahkan lebih kuat bagi Gabriel, yang sudah memiliki indera sensitif sebagai kepala pendeta.
Gabriel sedikit terguncang.
Meskipun dia telah menghadapi kekuatan ini berkali-kali, dia masih merasa heran setiap kalinya.
“Semoga berkah Dewi Hernia selalu menyertai Anda, Yang Mulia. Saya, Gabriel, telah kembali setelah menyelesaikan tugas saya.”
“Ya ampun, Pendeta Tinggi Gabriel, Anda telah kembali.”
Di wajahnya yang dewasa, mata emas mistisnya berbinar cerah. Utusan pertama Dewi Hernia, penguasa Provinsi Suci Hevium, mengalami perubahan warna matanya saat dia menyelesaikan kebangkitannya.
Makhluk yang di kenal sebagai orang suci itu adalah tuan rumah kekuatan suci yang agung ini.
Matanya, yang tampak seolah-olah telah tertanam dengan permata berwarna kuning, berbalik menghadap Gabriel.