ㅤㅤㅤ౨ৎ ֺ ׅ ✁ 𓂂 ⌜ ♡ ˖ ▷
ㅤㅤㅤAwalnya, aku pikir ini akan bertahan lebih lama dari yang aku harapkan, tapi nyatanya mereka memilih untuk berakhir dengan damai dan kembali tanpa melibatkan ku? Apakah aku memang tidak diterima di sisinya...
ㅤㅤㅤTangan ku mematikan sebuah korek, membuat korek api yang semula padam kini menyala dengan api di dalam nya. Ku arahkan api tersebut pada nikotin dan menyesapnya, sejenak ku arahkan pandangan ku pada dua orang yang terngah bersiap menggunakan jas kemeja miliknya. Menurutku, mereka terlalu lama.
Helaan nafas ku terdengar dengan kepulan asap yng keluar beriringan.
[ Full Name ] : "Masih lama ga kalian berdua?"
Caine : "Sebentar, Rion masih harus nyiapin diri dulu. Katanya, dia masih belum siap lihat kedua anaknya nanti"
Begitu mendengar alasan konyol dari Caine di Radio, aku langsung tertawa kecil. Nikotin yang masih baru ku buang jatuh ke tanah dan menginjak nya dengan sepatu High Heals ku, berjalan melangkah masuk ke rumah ku di kota ini. Untungnya aku punya rumah di kota ini.
Setidaknya untuk meminimalisir kegiatan ku yang berada di kota ini, berbeda dengan kota sebelumnya. Selia dan Riji menikah di kota lain, dan mengharuskan kita untuk melakukan penerbangan tadi pagi. Tidak hanya itu, kami beberapa dari keluarga berdiskusi untuk melakukan kegiatan setlah pernikahan Riji dan Selia, katanya sih semacam Family Tour.
Ide itu tidak buruk, tapi cukup membuat ku sedikit waspada.
Mataku mengangkp Rion yang meminum kopi berulang kali dengan pandangan tidak tenang terlihat di bola matanya "Yang nikah itu anak mu Rion, bukan kamu."
"Tch, kalau ga bisa bantu mending diem." Rion menatap ke arah ku tidak suka, lalu kembali pada secangkir kopi panas di tangan nya.
"Kata [ Name ] itu bener, jangan terlalu gugup. Kita bisa kehilangan banyak waktu dan ngebuat mereka nunggu kita..." Caine mengambil paksa cangkir id genggaman tangan Rion dan meletakkannya pada nakas, dapat mengalihkan atensi pandangan Rion kepada Caine.
Caine tersenyum lembut menenangkan Rion, kulihat Rion masih gugup.
Melangkah mendekati almari sebelah Caine, aku mengambil sebuah box berwarna hitam dan mengambil sebuah tusuk konde. Mengikat rambut ku dengan tusuk konde yang aku bawa, sedikit melirik ke arah Caine di sana. Aku juga mengambil sebuah mantel bulu pendek untuk kupakai dengan pakaian Cheongsam berwarna putih dengan corak naga menghiasi berwarna gold.
Penampilan ku cukup sempurna di pantulan kaca.
"Kamu ga keidinginan?" Merasakan tangan lembut namun besar milik Caine yang membantu merapikan mantel ku, dia juga menata sedemikian rupa posisi yang bagus pada tatanan rambut ku.