.
.
Sebenci itukah kau padaku, adik? Sampai menatapku saja kau harus dengan paksaan.
.
.
Tok tok tok.
"Seokjin-ah, kau tidur?" Panggil Eomma ku dari luar kamar setelah mengetuk pintu.
Cklek. Aku membuka pintu dan menjawab pertanyaan eommaku. "Ania eomma, ada apa?"
"Makan malam dulu sebelum kau tertidur. Panggil adikmu juga untuk turun."
Setelah eomma pergi aku masih tetap berdiri di depan kamar dengan pintu terbuka. Pandanganku lurus menatap pintu kamar yang berhadapan langsung dengan kamarku ini. Ya, kamar adikku. Adik tampanku yang hanya berbeda usia satu tahun denganku. Adik laki-laki satu-satunya yang aku miliki. Dan juga saudaraku yang membenciku. Hah, lupakanlah.
Tok tok tok. Aku mulai mengetuk pintu kamarnya.
"Tae, ayo turun. Eomma bilang makan malam sudah siap." Ucapku lumayan keras dengan masih tetap mengetuk pintu kamarnya.
Hening. Itulah balasannya. Tidak ada tanda-tanda dia akan menjawab atau membuka pintunya. Akupun terus mengetuk pintunya dan mencoba memanggil namanya lagi, "Tae, kau tid...." saat tiba-tiba dia membuka pintu kamarnya dan pergi ke bawah begitu saja tanpa menengok padaku.
Mulutku masih terbuka saat aku menatap punggungnya yang mulai berjalan menjauh.
Kau selalu tidak menganggapku. Apa sebenarnya salahku Tae? Beritahu aku agar aku bisa memperbaikinya.
Di meja makan semuanya sudah berkumpul dan duduk ditempatnya masing-masing. Kedua orangtuaku memberiku senyum bahagia mereka hanya adikku saja yang menatapku enggan. Bahkan dia bersikap seolah aku tidak ada.
"Ayo duduk lah Jin-ah. Eomma hari ini memasak makanan kesukaanmu." Ucap eommaku. Aku langsung duduk di tempat kosong sebelah Taehyung.
"Ya selalu seperti itu. Tidak ada dirumah saja eomma selalu membuat makanan kesukaannya, apalagi sekarang." Gerutuan itu bisa aku dengar dengan jelas setelah eomma bicara. Aku langsung menoleh kesamping.
Apa kau cemburu karena perlakuan eomma padaku Tae?
Kalimat ini tertahan di lidahku tidak sempat terucap. Aku tidak mau acara makan malam ini berakhir buruk setelah dia mendengar ucapanku.
Kami makan dengan tenang. Karena orang tuaku mengajarkan anak-anaknya unuk makan dengan tenang tanpa suara.
"Aku selesai." Ucap Taehyung memecah keheningan. Tapi belum sempat dia berdiri Abeoji sudah menghentikan dia terlebih dahulu.
"Duduklah dulu, ada yang mau Abeoji bicarakan pada kalian."
Kalian? Bukankah itu berarti aku juga?
"Cepat kalau begitu, aku sudah mau tidur. Besok sekolah."
"Ini juga tentang sekolah." Ucap abeoji. "Besok hari pertamamu masuk sekolah setelah liburan kan, Tae. Hyungmu juga abeoji sekolahkan disana. Jadi..."
"Apa?" Potong taehyung. "Kenapa harus satu sekolah? Banyak sekolah di kota ini, kenapa harus memilih sekolah idamanku sejak dulu? Abeoji memang tidak pernah mau mengerti aku!" Taehyung protes tidak terima. Aku sebenarnya tidak masalah dimanapun aku sekolah nanti. Ini semua memang kehendak Abeoji.
"Tenanglah Taehyung-ah." Ucap eommaku menenangkan.
"Bagaimana aku bisa tenang? Sejak dulu aku sudah mengalah. Dia" Taehyung menunjukku terang-terangan. "selalu mendapatkan apa yang aku mau. Aku yang lebih dulu mendaftar disana. Dan aku tidak pernah satu kali pun mau satu sekolah dengan dia. Aku belajar mati-matian untuk bisa lulus test masuk disana, dan dia tiba-tiba merusak angan-angan indahku untuk menikmati masa high schoolku dengan tenang. Damn, jangan keterlaluanlah pilih kasihnya!"
"Jaga ucapanmu Tae!" Tegurku pelan mendengar dia mengumpat untuk orangtua kita. Sebenarnya aku syok mendengar rentetan kalimat yang dia ucapkan. Jadi dia merasa selama ini aku selalu mendapat apa yang dia mau.
"Tutup mulutmu. Aku tidak bicara padamu." Sentaknya padaku.
"Dengar Tae. Kami tidak pilih kasih. Kami menyanyangi kalian berdua. Kalian anak kebanggaan kami. Tapi Seoul Internasional High memang sekolah yang bagus, dan abeoji dan eommamu memang ingin kalian berdua masuk disana."
"Aku tidak peduli, aku yang terlebih dulu terdaftar di sekolah itu. Sekarang kalian tinggal memilih. Dia melanjutkan disekolah lain atau aku tidak melanjutkan sekolah. Semua terserah kalian!"
Abeoji terlihat ingin membalas ucapan Taehyung tapi aku sela duluan. "Aku bisa sekolah ditempat lain abeoji, tidak masalah untukku."
"Cari muka, always." Dengus taehyung lirih. Mungkin hanya aku yang mendengar.
"Tidak Jin-ah. Kalian berdua tetap sekolah disana. Dan kau Tae, kalau kau kau tidak mau melanjutkan sekolah keluar dari rumah ini. Sekarang kembali ke kamar kalian. Tidak ada yang boleh protes lagi."
Aku tidak sempat melihat perubahan muka Taehyung setelah mendengar ucapan Abeoji. Dia sudah terlebih dahulu berdiri dan menendang kursinya yang membuat semua orang di meja makan kaget.
Dari kecil Taehyung memang mempunyai tempramen yang buruk, tapi baru kali ini aku lihat dia terang-terangan menunjukkan hal itu.
Hah, setidak suka itukah dia untuk satu sekolah denganku. Aku jadi ingat dari dulu kita memang tidak pernah satu sekolah. Aku tidak tau alasannya ternyata karena Taehyung tidak mau satu sekolah denganku. Aku kira orang tuaku yang sengaja membuat kita tidak satu sekolah.
Ternyata berjalan sambil berfikir membuatku tidak sadar sudah berdiri di depan kamar. Aku ingin sekali mengetuk pintu kamar di depanku ini. Aku bicara dengan dia. Satu tahun yang lalu dia tidak seperti ini. Memang kami jarang bermain bersama. Bicara satu-sama lain pun jarang. Tapi kami tidak pernag sampai seperti ini.
Perlahan aku mulai mengetuk pintu kamarnya. "Tae kau sudah tidur? Ada yang ingin kubicarakan."
Tidak ada jawaban.
"Tae." Panggilku lagi. Tapi pintu ini masih tetap tertutup.
Baiklah mungkin dia sudah tidur. Pikirku. Aku pun kembali ke kamarku. Mungkin besok pagi aku bisa bicara padanya.
.
.
.Paginya, suasana tegang masih terasa di rumah. Sama seperti semalam saat aku turun keluargaku semua sudah ada di meja makan. Bedanya kalau tadi malam kami masih bisa menikmati makanan bersama-sam sekarang tidak. Taehyung langsung berdiri ketika aku baru saja mendudukkan pantatku di kursi. Tanpa bicara apapun dia langsung pergi.
"Kau tidak mau berangat bersama hyungmu Tae?" Tanya eomma sebelum Taehyung berjalan terlalu jauh.
"Aku dengan Hyojae." Balas Taehyung singkat.
Setelah itu Taehyung berlalu begitu saja. Aku pun dengan cepat memakan makanan di piringku agar bisa menyusul adikku. Aku ingin tau siapa Hyojae itu.
"Pelan-pelan." Tegur eomma.
"Aku selesai. Aku berangkat dulu eomma, abeoji."
Aku segera berlari ke luar rumah setelah mencium tangan kedua orang tuaku. Ternyata Taehyung belum begitu jauh. Dia masih berada di ujung blok rumah kami.
Cukup lama aku mengikuti Taehyung saat terlihat seorang yeoja keluar dari sebuah rumah yang berbeda beberapa blok dengan rumah kami menghampiri Taehyung. Mereka terlihat sangat akrab satu sama lain.
Pacarnyakah?
Dan tanpa sengaja ternyata yeoja itu menyadari keberadaanku. Dia langsung membisikkan sesuatu ke telinga Taehyung. Mungkin dia memberitahu keberadaanku karena setelah itu Taehyung langsung berbalik dan menatapku tajam. Senyum yang tadi sempat muncul dibibirnya kini telah sirna.
×××
Mind to voment?
Thx
Ayyu

KAMU SEDANG MEMBACA
WHY???
FanfictionAku memang nakal. Aku memang anak yang tidak bisa dibanggakan. Tapi jangan parnah membandingkanku dengan dia. Aku tidak membencinya. Dia kakakku. Saudaraku satu-satunya. Aku hanya tidak suka jika kedua orangtuaku selalu membanding-bandingkan aku den...