Sugar (🐶 X🐧🦌)

1.3K 118 43
                                    

Don't forget to vote, comments and follow

.

.

.

.

.

Langkah kaki yang selalu mantab itu masuk kedalam ruang kelas. Bertepatan dengan beberapa saat sebelum dosen datang. Selalu seperti itu, mahasiswa yang disebut pendiam dan introvert itu pasti datang tepat waktu. Tidak pernah kurang atau lebih. Membuat mahasiswa lain berpikir kalau dirinya sengaja menghindari orang-orang.

Duduk di kursi paling depan, Jake menghiraukan seluruh kelas. Segera serius memperhatikan sesaat dosen mulai mengajar di depan. Dirinya memang anti sosial. Atau lebih tepatnya, malas berurusan dengan teman kampus.

Tapi itu tak menyulitkan Jake saat tugas kelompok. Karna siapa yang mau menolak jika Jake mengajaknya satu kelompok? Jake pintar dan cerdas. Setiap orang yang pernah satu kelompok dengannya pasti akan mengakuinya kalau menyenangkan bersama kelompok Jake. Terlebih beberapa dari mereka yang penasaran dengan kepribadian Jake yang terlalu misterius di kelas. Pasti mencoba untuk mengetahui bagaimana Jake.

Jake mungkin tak punya teman, dianggap pendiam yang tak gaul sama sekali, introvert parah yang terlalu mandiri. Tapi apa peduli Jake, itu pendapat mereka. Mereka semua hanya tahu namanya, tapi tak pernah tahu siapa dia yang sebenarnya bukan.

Setelah kelas kedua hari ini, Jake segera beranjak menuju kantin fakultas nya. Menjadi mahasiswa business management, cukup menguras otak dan isi perutnya. Terlebih Ramyeon yang disediakan kantin sudah menjadi favoritnya. Sebisa mungkin kadang Jake meluangkan waktunya untuk menikmati makanan tak sehat itu.

Selagi makan, tiba-tiba Jake didatangi oleh dua teman kelasnya. Mengaku kalau mereka tak menemukan meja lain. Jake akui, kantin sedang ramai.

"Duduklah." Jawab Jake singkat. Kembali meneruskan makannya dengan santai.

Dua orang itu duduk. Makan dan mengobrol yang sesekali mencoba mengajak Jake berbicara. Jake hanya menimpali secukupnya.

Oh, satu informasi lagi. Jake juga terkenal karna tampangnya. Jika bukan karna sikap introvert nya, mungkin Jake bisa menjadi bintang dari fakultas nya. Karna pendiam begini pun, tetap banyak yang tahu dirinya. Selain karna di kenal cerdas nya, wajah manis, cantik dan tampan yang menjadi satu pada Jake juga tak jarang jadi pembicaraan.

Jake hampir sempurna. Ya, hanya hampir. Karna Jake tetaplah manusia biasa yang memiliki banyak kekurangan dan keburukkan.

Handphone Jake tiba-tiba berbunyi. Membuat percakapan sedikit ter interupsi karna tak ingin Jake terganggu dengan panggilannya.

"Yes, Dad?"

"....."

"Oh, mau menjemput ku?"

"....."

"Aku sudah selesai, aku sedang makan di kantin."

"....."

"Baik, aku hampir selesai."

"....."

"Love you too, Daddy."

Panggilan itu selesai dan Jake kembali memakan Ramyeon nya. Menghiraukan temannya yang menatapnya.

"Wah, iri gua. Udah gede ini masih bisa dekat sama keluarga yah."

"Lah elu mending masih punya. Gua udah kagak ada ayah."

Tanpa disadari Jake tersenyum kecil. Mereka mengira yang di panggilan tadi adalah ayahnya. Mentang-mentang Jake orang Australia jadi mereka tak curiga saat Jake memanggil orang tersebut dengan panggilan Daddy.

[3] The Lovers | Jake HaremTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang