"Serius mau ikutan kelas kickboxing ini?" tanya Jongho sambil melirik Yunho dari ujung matanya. Dia udah pake sarung tangan tinju, berdiri di tengah matras, nunggu jawaban sambil nahan tawa.
Yunho, dengan kaos ketat yang kayaknya lebih buat pamer otot daripada buat olahraga beneran, ngeklik-ngeklik tali sarung tangannya sendiri. "Serius lah. Gue pengen belajar self-defense. Siapa tau suatu saat gue diserang… sama fans yang terlalu agresif." Dia ngedip.
Jongho ngelirik ke pelatih mereka yang lagi sibuk ngatur peralatan. "Yun, satu-satunya yang bakal nyerang lo di sini tuh… gravitasi. Lo jatoh aja udah cukup buat bikin kehebohan."
"Ngomong gitu karena lo takut gue lebih jago daripada lo, ya?" Yunho ngelepas senyum sok yakin sambil ngelakuin stretching asal-asalan yang malah lebih mirip tarian ritual minta hujan.
Jongho ketawa, suaranya berat dan dalam. "Lo? Lebih jago dari gue? Bro, satu-satunya hal yang lo bisa kalahin cuma dispenser air. Dan itu juga kalo dia lagi nggak nyala."
Yunho pura-pura tersinggung, tapi ekspresi di mukanya nggak bisa bohong—dia suka digodain Jongho. “Oke, kita buktiin aja di matras. Jangan nyesel kalo nanti lo sujud minta ampun.”
Jongho ngangkat alis. “Gue sih suka liat lo sujud, tapi bukan karena gue pukul.”
Yunho ngebeku di tempat. Mukanya merah, bukan karena malu, tapi… ya, mungkin dikit malu. “Anjng.”
Mereka berdiri saling berhadapan. Pelatih cuma nyuruh buat sparring santai, tapi nggak ada yang namanya "santai" kalo ego udah ikut campur.
"Siap kalah?" tanya Jongho, senyum miring.
Yunho bales dengan ngangkat tangan tinggi, siap nendang. "Siap bikin lo nyesel lahir ke dunia ini."
Dan dimulailah… pertandingan aneh ini.
Yunho maju duluan dengan semangat 45—sayangnya, tekniknya lebih kayak semangat 404 not found. Tendangannya meleset, malah hampir bikin dia jatoh sendiri. Jongho nahan tawa sambil mundur dikit, gampang banget ngehindar.
"Lo nendang apa sih? Nyoba gebuk nyamuk di udara?" ejek Jongho.
Yunho ngerapetin rahangnya, matanya penuh tekad. "Gue cuma pemanasan."
Jongho ngebales dengan satu langkah maju, nendang rendah yang—kalau dia serius—bisa bikin Yunho salto mundur. Tapi dia nahan, cukup buat bikin Yunho loncat kaget dan… jatoh ke belakang, lagi.
Yunho ngelus pantatnya sambil ngedumel. “Matras ini nggak cukup empuk buat harga diri gue.”
Jongho nyodorin tangan buat ngebantu bangun. Tapi pas Yunho tarik tangan itu, Jongho malah ngeraih dia lebih deket—jarak mereka cuma sehela napas.
“Gue suka liat lo jatoh,” bisik Jongho, suaranya pelan tapi nancep kayak pukulan hook. “Tapi gue lebih suka kalo lo jatoh… di pelukan gue.”
Yunho nahan napas, matanya ngeliat bibir Jongho selama sedetik terlalu lama. "Lo tuh suka banget flirting pas gue nggak bisa kabur, ya?"
Jongho nyengir. "Gue kan suka bikin lo defenseless."
Yunho berdiri, dorong pelan dada Jongho. “Lo pikir lo lucu, ya?”
"Lucu? Nggak. Gue seksi."
Yunho ngegebrak matras pelan dengan kakinya. "Oke, cukup. Kali ini gue serius!"
Mereka mulai lagi. Yunho nyoba nendang, Jongho nangkep kaki Yunho dengan gampang—tapi Yunho pinter. Dia pake keseimbangan itu buat nyeret Jongho ikut jatoh ke matras. Sekarang mereka berdua kejebak, saling dorong, napas berat, keringetan, dada ketemu dada.
"Trik murahan," gumam Jongho, tapi dia nggak bener-bener marah.
Yunho senyum miring, mukanya deket banget. "Tapi efektif, kan?"
Jongho nahan tangan Yunho di atas kepala, ngebatesin geraknya. "Lo suka dikontrol, ya?"
Yunho narik napas dalam, bibirnya setengah senyum, setengah provokatif. "Cuma kalo yang ngontrol kayak lo."
Mata mereka saling kunci. Jantung Yunho berdetak kenceng, nggak tau karena adrenalin atau karena Jongho ada di atasnya, nahan dia tanpa ruang buat kabur.
"Yun," bisik Jongho pelan, suaranya berat kayak bisikan rahasia. "Mau nyerah?"
Yunho nelen ludah, tapi senyum sok pedenya tetap ada. "Kalo nyerah artinya dapet ciuman dari lo… mungkin gue pikirin."
Jongho nggak perlu mikir dua kali. Dia turun dikit, bibirnya nempel ke Yunho dengan panas yang nggak kalah dari latihan mereka. Keringat di kulit mereka, napas berat yang campur aduk, semua jadi latar buat momen aneh tapi… beneran.
Pas akhirnya mereka berpisah, Yunho masih ngos-ngosan. "Gue nggak nyerah, lo tau kan?"
Jongho senyum puas. "Iya, tapi lo tetep kalah… sama pesona gue."
Yunho nggak punya jawaban balik.

KAMU SEDANG MEMBACA
Buxom Episode • All × Yunho
Fanfictionbottom!Yunho / Yunho centric ©2021, yongoroku456