Warning!!! Typo beryebaran guys~
.
.
.Gaeun kembali mengajak Pugy ke taman. Mereka hanya sedikit bermain di bahaw pohon yang teduh.
Disebelahnya, seorang pria tengah duduk sambil memperhatikannya sejak tadi.
Sepertinya pikiran Gaeun benar-benar kosong. Dia tidak memperdulikan orang yang duduk di sampingnya itu. Padahal biasanya walaupun tidak kenal, Gaeun akan tetap tersenyum.
"Khem.." pria itu berdehem, namun tidak mendapat tanggapan dari Gaeun.
"Kau tau, pamali melamun seperti itu. Apa lagi di bawah pohon besar seperti ini"
Kini Gaeun memalingkan wajahnya ke arah pria itu. Dia tertegun,
"Lu-Luhan oppa""Woa, kau masih mengenaliku" Luhan terlihat bercanda.
Gaeun diam beberapa saat,
"Ka-kau, kau benar-benar Luhan?""Eoh, ini aku. Tidak usah berlebihan seperti itu, kau sudah seperti melihat hantu saja!"
"Bodoh! Melihatmu lebih mengerikan dari pada melihat hantu!" saat itu juga Gaeun mendaratkan beberapa pukulan yang cukup keras pada Luhan.
"Aa-aww.. yaa itu sakit, ya.. hentikan" Luhan hanya bisa meringis kesakitan, sedangkan Gaeun tetap memukul Luhan tanpa perduli lagi dengan orang-orang di taman yang sekarang sedang fokus padanya.
--
Luhan membawa Gaeun ke apartemennya. Apartemen yang terlihat sangat rapih dengan design minimalis. Luhan dan Gaeun duduk berhadapan di meja bar kecil yang terdapat di sana.
"Jadi, cepat jelaskan kemana saja kau selama ini, dasar bodoh!" Gaeun memukul kepala Luhan sekali lagi.
"Haish, kau pikir itu enak?!" Luhan balas memukul kepala Gaeun.
"Kau? Bodoh? Yak! Aku ini oppamu" Lanjutnya.Gaeun diam sebentar, entahlah dia terlihat sedang mengatur emosi.
"Kau oppaku? Bukankah aku anak tunggal?" Gaeun melirik Luhan sinis.Luhan terdiam, dia tau adik perempuan di depannya ini masih sangat marah padanya.
"Wah, kau membuat hatiku sakit saja" Luhan masih berusaha membut keadaan tidak tegang, tapi candaannya malah membuat mood Gaeun makin turun.
Gaeun diam menunduk, dia menyembunyikan cairan bening yang secara perlahan keluar dari matanya.
Tapi jelas Luhan tau, mereka memiliki ikatan batin, secara mereka adaah saudara kandung."Gaeun, jangan menangis. Baiklah aku salah karna pergi dari rumah dan tidak memberi kabar selama.. 3 tahun?" Luhan sedikit ragu.
"3? 4! Ini sudah 4 tahun" akhirnya Gaeun mengangkat wajahnya dan memandang Luhan dengan kesal.
"Yaa baiklah 4! Maaf karna keluar dari rumah dan tidak memberi kabar selama 4 tahun ini" ulangnya.
"Maaf? Bodoh! Harusnya dulu oppa membawaku. Aku jadi harus menanggung kesialan sekarang" cairan bening tadi masih mengalir di mata Gaeun.
"Kesialan? Kesialan apa maksudmu? Jangan menangis seperti itu, kau membuatku khawatir!" Luhan bangkit dari duduknya dan menghampiri Gaeun, mencoba menenangkannya.
"Dua bulan yang lalu, aku telah dinikahkan dengan anak dari partner bisnis appa. Dan sekarang, aku sudah resmi menjadi seorang istri. Tapi ini bukan pernikahan yang kuinginkan, bahkan kami tidak saling bicara.." Gaeun menceritakan semua kesusahan yang selama 2 bulan lebih ini dia alami.
Luhan terdiam, dia tidak percaya adik perempuannya yang masih duduk dibangku kelas 3 SMA harus memikul begitu banyak masalah, sedangkan dia hidup dengan tenang selama 4 tahun tanpa tau apapunn.