"Hari pernikahan kita sebulan lagi, sayang."
"Gak terlalu terburu-buru, Rey?" ucap Alin. Saat ini keduanya berada di dalam kamar -lebih tepatnya kamar Alin.
"Gak. Aku udah nunggu lama banget, so aku gak mau tunda-tunda lagi, Al." Rey menarik tubuh Alin, menyandarkan kepala wanita itu di dada bidangnya, sambil mengusap lengan Alin lembut.
"Emang kamu gak mau nunggu sampe aku sembuh? Sampe aku ingat semuanya?" Jujur saja, Alin masih belum siap menikah, dia bukan tidak mencintai Rey, dia sangat mencintai cowok itu, laki-laki yang menemaninya belakangan ini, mengurusnya sepenuh hati, Rey yang lembut dan selalu memanjakannya.
Tapi Alin ingin sekali mengingat semuanya, menolak pun dia tak tega melihat wajah Rey.
"Kamu gak percaya sama aku?" tanya Reyga.
"Bukan gitu, Rey." Alin menjeda ucapannya, dia menarik napas dalam-dalam.
"Yaudah, kalo kamu mau gitu aku ikut aja."Mendengar itu membuat Reyga tersenyum, pria itu lantas menangkap wajah Alin, mencium bibir wanitanya dengan intens.
***
"Lo dapat kabar apa hari ini?" tanya Rafa pada seorang laki-laki berusia 25an yang sedang duduk di sofa, dengan laptop di atas meja.
"Gue dapat kabar dari orang-orangan gue, kalo Agnes pernah belanja di tempat ini." Cowok itu memperlihatkan layar laptopnya pada Rafa.
"Tapi setelahnya mereka kehilangan jejak, Agnes udah gak ada di apartemennya, dia pindah.""Shit." Rafa mengumpat sambil mengusap wajahnya dengan kasar.
"Dia masih belum keluar negeri kan?""Belum bos, tapi dia selalu pindah-pindah tempat."
"It's okay, Jangan hentikan pencarian, sebar lagi orang-orang lo kesegala penjuru. Gue harus bisa ketemu sama tu cewek."
"Oke bos."
"Kak Rafa udah siap belum?!" seru Shifa, gadis itu berlari kecil menghampiri sang kakak diruang tamu, Shifa sudah bersiap-siap untuk pergi jalan-jalan dengan Rafa hari ini. Senyuman di wajah gadis itu pun kian merekah saat Rafa mengangguk.
"Ray sama Kanya mana? Gak di ajak?" tanya Rafa.
"Tadi Shifa mau ajak, tapi Papi bilang mau ajak Kanya dan Ray ke kantor."
"Yaudah, kita berangkat sekarang."
Rafa melangkah terlebih dahulu dan Shifa menyusulnya dari belakang sambil berlari kecil.
Ketika sudah sampai di sebuah Mall, Rafa langsung saja menemani Adiknya untuk bermain ke time zone, meskipun Rafa ikut bermain, namun pikirannya tertuju pada hal yang lain, yaitu istrinya, dan bagaimana caranya dia bisa menemukan Agnes.Rafa yakin Agnes adalah kunci segalanya, cewek itu pasti tau sesuatu. Bahkan Ara, Vano pun tidak tahu sebab apa Agnes itu sangat membenci istrinya.
"Kak, abis ini kita belanja ya? Kemarin Shifa liat ada sepatu yang lucu, mau beli tapi uang jajan Shifa gak cukup," kata gadis kecil itu sambil mendongak tinggi melihat kearah kakaknya.
"Iya, beli apapun yang kamu mau," gumam Rafa, terus menatap ke arah depan.
Shifa menjerit, gadis itu gembira lantas menarik tangan kakaknya untuk mencari permainan yang lain. Cukup lama mereka di tempat itu setelahnya Rafa menemani Shifa berbelanja.
Rafa memantau dari jauh, terlihat Shifa dengan penuh semangat memborong pakaian-pakaian yang menurut cewek itu lucu, sampai seseorang yang tak asing tertangkap di mata Rafa.
"Agnes," gumam Rafa, mempertajam penglihatannya dan memang benar itu Agnes.
Cewek itu terlihat berjalan bersama seorang pria dan perut Agnes tampak membuncit.

KAMU SEDANG MEMBACA
RAFAEL
Romansa"Enghh, Raf. Geli ih, udah gue mau ke kamar mandi." "Nanti aja, Al. Boleh gue masukin bentar gak?" Rafa meraih tangan istrinya membawa untuk segera menyentuh miliknya yang selalu tegang di pagi hari. "Dingin, cutie. Dia butuh kehangatan," "Tuh kan...